Home Teknologi Panel Listrik Tenaga Surya Kunci Transisi Energi Terbarukan

Panel Listrik Tenaga Surya Kunci Transisi Energi Terbarukan

Jakarta, Gatra.com – Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Terbarukan (RUU EBT) saat ini sedang digodok di parlemen. Sejak RUU EBT dinyatakan masuk Prolegnas Prioritas tahun 2021, banyak pihak berupaya mendorong agar RUU ini bisa segera disahkan. Pemerintah berkomitmen mewujudkan Indonesia yang mengedepankan penyelenggaraan energi baru dan terbarukan.

Sebagai bagian dari Rencana Strategis Energi Nasional menuju bauran energi baru dan terbarukan sebanyak 23 persen di tahun 2025, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berupaya mendorong pemanfaatan panel tenaga surya di berbagai fasilitas publik. Ini langkah konkret yang dilakukan pemerintah dalam upaya transisi energi menuju energi terbarukan.

Peneliti sekaligus Spesialis Teknologi Energi & Kendaraan Listrik, Institute for Essential Services Reform (IESR), Idoan Marciano menyatakan, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi salah satu sumber energi terbarukan yang paling potensial untuk dimanfaatkan di Indonesia.

Pertama, karena sumber energi terbarukan ini memiliki potensi teknis terbesar di Indonesia. Kedua, karena sangat scalable, sehingga memungkinkan untuk digunakan dari skala terkecil hingga besar. PLTS bisa diadopsi untuk skala residensial maupun bisnis dan industri.

“Selanjutnya, PLTS ini juga lebih padat energi dibanding sumber EBT lain, sehingga pemanfaatannya tidak membutuhkan lahan yang terlalu besar, dan penempatannya pun fleksibel,” kata Idoan Marciano dalam keterangan yang diterima Gatra.com, Rabu (12/1).

Menurutnya terdapat banyak implementasi panel listrik tenaga surya yang sudah dikembangkan, mulai dari sumber listrik untuk green building sampai dengan sumber energi untuk penerangan lalu lintas dan fasilitas publik lainnya. Sumber Energi Green Building Transisi energi pada implementasi green building menjadi salah satu langkah konkret yang dilakukan pemerintah saat ini.

Masjid Istiqlal adalah salah satu contoh rumah ibadah dengan konsep green building yang memanfaatkan panel tenaga surya untuk memenuhi kebutuhan listriknya. Masjid Istiqlal memiliki 504 unit modul solar dengan kapasitas masing-masing modul sebesar 325 WP (atau Watt Peak) yang dibuat sejak tahun 2019. Saat ini pasokan energi Panel Listrik Tenaga Surya di Masjid Istiqlal sudah memenuhi sekitar 16% dari total kebutuhan energi listrik.

Namun, transisi menggunakan panel surya ini masih akan terus dikembangkan. Salah satunya melalui program wakaf energi yang mengajak publik untuk ikut berkontribusi meningkatkan kapasitas panel surya di Masjid Istiqlal. Dari pemanfaatan panel tenaga surya, pengelola Masjid Istiqlal bisa menghemat biaya operasional pembayaran listrik secara signifikan.

Wakil Kepala Bidang Riayah Masjid Istiqlal, Her Pramtama mengatakan, panel tenaga surya digunakan pihak masjid untuk pengadaan listrik untuk operasional AC, lampu sampai dengan CCTV. “Dari sisi pengadaan awal instalasi PLTS, biaya yang dikeluarkan saat itu cukup besar, akan tetapi setelah itu tidak ada biaya lainnya, paling hanya membersihkan panel saja. Rencananya kami akan meningkatkan kapasitas listrik dengan menambah instalasi PLTS,” ujar Her Pramtama.

Ia menyebut, pemanfaatan PLTS hasilnya sudah terlihat. Dalam penghematan penggunaan AC misalnya, pihaknya melakukan improvisasi pengaturan energi langsung yang mampu menurunkan biaya listrik sampai dengan 15 persen.

Konsultan Green Building, Yodi Danusastro, yang mendampingi Pengurus Masjid atau Building Management Masjid Istiqlal dalam proses sertifikasi green building menyampaikan, dalam konsep green building, bukan hanya pengadaan listriknya saja yang diperhatikan, tetapi juga faktor lainnya seperti pengelolaan sampah.

“Tujuan green building itu bukan hanya konsep untuk bangunannya saja, tetapi juga untuk orang-orang yang berada dalam gedung tersebut, bagaimana perilakunya, apakah sudah melakukan budaya ramah lingkungan? Karena itu, di atas saklar pada gedung ini, ada himbauan hemat lampu, dan hemat air di WC juga ada,” kata Yodi.

Peneliti International Council on Clean Transportation (ICCT), Tenny Kristiana menyampaikan, implementasi green building kebanyakan masih terlihat di tingkat pemerintah pusat. Ia berharap, implementasi itu dapat meluas ke pemerintah daerah untuk membantu instalasi listrik di daerah.

“Bahkan, pemerintah pusat bisa juga membuat semacam pilot project di berbagai kota di daerah, dan bisa saja dengan membuat kompetisi antar perkotaan atau kabupaten. Sehingga pemerintah daerah pun bisa berlomba-lomba untuk mengimplementasikan panel surya di gedung-gedung mereka,” pungkas Tenny.

224