Home Kesehatan Kanker Ovarium Silent Killer Perempuan, Shahnaz Haque Genjot Kampanye 10 Jari

Kanker Ovarium Silent Killer Perempuan, Shahnaz Haque Genjot Kampanye 10 Jari

Jakarta, Gatra.com – Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI), Dr. dr. Brahmana Askandar, SpOG(K), K-Onk mengatakan, kanker ovarium merupakan salah satu kanker yang dikenal sebagai silent killer bagi kaum perempuan.

Brahmana dalam webinar bertajuk “Kampanye 10 Jari: Bersama Kita Bisa Menghadapi Kanker Ovarium” pada pekan ini menyampaikan, kanker ovarium menjadi silent killer karena penyakit tersebut tidak menunjukkan gejala apa pun di stadium awal.

Menurutnya, hanya 20% dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal. Jika ditemukan lebih dini, 94% pasien dapat hidup lebih dari 5 tahun setelah didiagnosis. Untuk itu, penting bagi perempuan di Indonesia untuk mengetahui faktor risiko dan gejala kanker tersebut.

“Tak hanya itu, saya juga mengimbau para pasien yang telah terdiagnosis dengan kanker ovarium untuk tetap mengontrol kondisi mereka dengan menemui dokter secara rutin dan menemukan terapi yang tepat untuk menghadapi penyakit tersebut agar kualitas hidup mereka semakin baik,” katanya.

Berdasarkan data terakhir dari Global Burden of Cancer Study (Globocan), pada tahun 2020 Indonesia mencatat sejumlah 14.896 kasus baru kanker ovarium. Hal tersebut membuat kanker ovarium menempati urutan lima teratas dari kanker yang khusus terjadi pada perempuan. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa 1 dari 78 wanita berisiko menderita kanker ovarium dalam hidup mereka.

Terkait hal itu, AstraZeneca Indonesia bekerja sama dengan Cancer Information and Support Center (CISC) dan HOGI menegaskan kembali komitmennya untuk membantu pasien dan wanita Indonesia dalam meningkatkan kesadaran untuk menghadapi kanker ovarium.

Salah satu upaya dari komitmen tersebut, yakni menggencarkan kampanye dan edukasi tenteng kanker ovarium, yakni “Kampanye 10 Jari” yang diluncurkan pada Mei 2021 lalu untuk membantu lebih banyak masyarakat Indonesia dalam mengenali risiko dan gejala kanker ovarium.

Peningkatan kampanye akan dilakukan terlebih lagi pada tahun ini, Shahnaz Haque, seorang selebritas dan penyintas kanker ovarium didapuk sebagai Duta Peduli Kanker Ovarium.

Direktur AstraZeneca Indonesia, Rizman Abudaeri, mengatakan, diagnosis sedini mungkin dan melakukan pengobatan yang tepat merupakan faktor penting dalam pengobatan kanker ovarium. Karena itu, pihaknya bekerja sama dengan CISC dan HOGI dalam upaya untuk membantu para pasien mendapatkan informasi mengenai diagnosis dini dan langkah-langkah dalam menghadapi kanker ovarium secara tepat.

“Kami berkomitmen untuk terus memberikan akses terhadap obat-obatan inovatif untuk kualitas hidup yang lebih baik bagi para pasien, termasuk perawatan kanker ovarium di Indonesia,” kata Rizman.

Dalam webinar yang dihadiri oleh komunitas pasien dan masyarakat umum secara daring tersebut, Shahnaz Haque menceritakan perjalanannya sebagai survivor kanker ovarium. Ini menjadi motivasinya untuk menjani Duta Peduli Kanker Ovarium, khususnya pada “Kampanye 10 Jari” ini.

“Sebagai penyintas kanker ovarium, saya menekankan pentingnya mengidentifikasi gejala awal kanker. Maka dari itu, saya sangat bersemangat dalam membagikan pengalaman saya pada masyarakat,” ungkapnya.

Shahnaz mengatakan, akan fokus memperkenalkan enam faktor risiko dan empat tanda kanker ovarium, dan menginformasikan berbagai langkah-langkah yang tepat untuk dilakukan pasien yang terdiagnosis.

Selain itu, Shahnaz juga mengimbau agar keluarga maupun masyarakat turut memberikan dukungan kepada pasien secara berkelanjutan untuk melawan kanker ovarium dan bergabung dengan komunitas untuk menemukan pengobatan yang tepat.

Sedangkan apa itu Kampanye 10 Jari? Angka “10” yang tercantum dalam “Kampanye 10 Jari” merupakan salah satu cara untuk mengedukasi masyarakat tentang enam faktor risiko dan empat tanda kanker ovarium. Yang termasuk ke dalam enam faktor risiko tersebut adalah: memiliki riwayat kista endometrium; memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan atau kanker payudara; mutasi genetik(misalnya BRCA); paritas rendah; gaya hidup yang buruk, dan pertambahan usia.

Sedangkan empat tanda kanker ovarium yakni kembung; nafsu makan berkurang; sering buang air kecil; dan nyeri panggul atau perut. Setelah pasien didiagnosis menderita kanker ovarium, sangat penting bagi mereka untuk berkonsultasi dengan ahli medis dan menjalani terapi yang tepat.

Pembedahan dan kemoterapi saat ini merupakan pengobatan umum untuk kanker ovarium. Pada kanker ovarium stadium awal, penyakit masih terbatas pada ovarium, terapi-terapi tersebut memiliki peluang keberhasilan yang tinggi.

Selain dukungan dari aspek medis, pasien kanker juga membutuhkan dukungan emosional dan mental dari orang-orang di sekitar mereka untuk memenangkan pertempuran melawan kanker.

“Kampanye 10 Jari” juga menganjurkan pentingnya kelompok pasien sebagai support system bagi para penyintas. Sebagai bagian dari perannya sebagai duta kampanye, Shahnaz Haque juga mengajak perempuan yang didiagnosis menderita kanker ovarium untuk menjangkau kelompok atau komunitas pasien, seperti CISC, yang juga merupakan penggagas utama “Kampanye 10 Jari”.

Ketua Umum CISC, Aryanthi Baramuli Putri, mengatakan, melihat begitu banyak perempuan yang meninggal akibat kanker ovarium, ia percaya bahwa penting sekali bagi semua pemangku kepentingan untuk berkolaborasi secara berkesinambungan dalam upaya promotif, diagnosis, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif untuk pencegahan penanggulangan kanker yang lebih baik.

“Tak hanya itu, sebagai komunitas kanker yang sudah ada sejak 2003 di Indonesia, kami juga telah melihat bagaimana para penyintas kanker ovarium dapat bersatu, dan mendukung satu sama lain untuk saling menguatkan dalam melawan penyakit ini,” katanya.

Dengan adanya “Kampanye 10 Jari” ini, lanjut Aryanthi, pihaknya berharap semoga ada lebih banyak lagi perempuan di Indonesia yang melakukan deteksi dini dan mengetahui faktor risiko kanker ovarium.

Sejak diluncurkan pada Mei 2021, “Kampanye 10 Jari” telah melakukan berbagai kegiatan edukasi kanker ovarium dan mencapai lebih dari 20.000 masyarakat Indonesia melalui sesi edukasi awam secara online dengan praktisi kesehatan dan kelompok pasien di media sosial.

“Kampanye 10 Jari” bertujuan untuk membantu perempuan melakukan deteksi dini dan memberdayakan penyintas kanker ovarium untuk menghadapi penyakit tersebut dengan pengobatan yang tepat.

419

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR