Home Gaya Hidup Calon Pengantin di Banjarnagara Wajib Skrining Elsimil

Calon Pengantin di Banjarnagara Wajib Skrining Elsimil

Banjarnegara, Gatra.com – Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng), memulai program pendampingan, konseling, dan pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin melalui aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Hamil) sebagai upaya pencegahan dan penurunan angka stunting.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana (Dispermades PPKB) Banjarnegara, Hendro Cahyono, menyampaikan, aplikasi Elsimil ini untuk melakukan skrining dan pendampingan calon pengantin untuk memastikan kesiapan menikah dan hamil.

Selama tiga bulan sebelum calon pengantin melangsungkan pernikahan maka akan dilakukan pemeriksaan kesehatan, meliputi tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, dan anemia

“Aplikasi ini sebagai alat memantau kesehatan dan edukasi seputar kesiapan nikah dan program hamil serta upaya mencegah terjadinya bayi yang dilahirkan stunting karena deteksi awal dapat dilihat dari kondisi pasangan pengantin,” ucap dia, dalam keterangannya, dikutip pada Senin (17/1).

Dia menjelaskan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan penurunan angka stunting 14% di tahun 2024. Sementara itu, saat ini angka stunting nasional masih 24,4% sedangkan untuk Kabupaten Banjarnegara diangka 23,16%.

Terkait edukasi pranikah dan pengisian informasi pada aplikasi Elsimil, para calon pengantin akan didampingi oleh tim pendamping keluarga meliputi unsur tenaga kesehatan, PKK, dan kader KB.

“Total kami memiliki 2.352 orang dari tim pendamping keluarga yang bertugas mendata dan mendampingi calon pengantin dalam mengisi informasi pada aplikasi Elsimil,” ujarnya.

Plh Bupati Banjarnegara, Syamsudin, mendukung adanya aplikasi Elsimil yang dikembangkan oleh BKKBN ini. Dia menyambut baik dan berharap aplikasi tersebut bisa mencegah dan menurunkan angka stunting, khususnya di Kabupaten Banjarnegara.

Stunting walaupun bukan merupakan penyakit tetapi tidak boleh dianggap remeh. Anak dengan kondisi stunting cenderung memiliki kecerdasan lebih rendah dibandingkan anak yang tumbuh dengan optimal.

Stunting dapat mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang,” kata Syamsudin.

Oleh karena itu, dengan adanya aplikasi ini dia berharap bisa memotivasi semua pihak untuk saling bersinergi serta mengajak berkolaborasi bersama-sama dalam penanganan stunting di Banjarnegara.

“Hilangkan egosektoral dan dibutuhkan sistem terpadu dan terintegrasi dalam penanganan stunting agar bisa optimal seperti konvergensi program, akses pangan bergizi serta pemantauan dan evaluasi,” ungkapnya.

1191

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR