Home Kesehatan BKKBN: Keluarga Miskin yang Merokok Masih Sangat Tinggi

BKKBN: Keluarga Miskin yang Merokok Masih Sangat Tinggi

Jakarta, Gatra.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan bahwa sampai saat ini konsumsi rokok pada keluarga miskin masih sangat tinggi di Indonesia.

Hal ini disampaikan oleh Deputi Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN Muhammad Rizal Martua Damanik via Zoom dalam webinar bertajuk Sosialisasi Pemahaman Hubungan Perilaku Merokok dan Stunting untuk BKKBN Perwakilan Provinsi dan Tim Pendamping Keluarga (TPK), yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube BKKBN OFFICIAL pada Kamis, (20/1).

"Artinya, jika belanja rokok dikurangi bahkan dihilangkan sama sekali, maka kesempatan keluarga miskin untuk belanja makanan bergizi akan menjadi lebih besar," ujarnya, yang mewakilkan keynote speech Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam webinar tersebut.

"Hal ini menjadi salah satu poin penting untuk mencegah stunting. Dan dari sini terlihat tarik-menarik yang kuat antara konsumsi rokok, kejadian stunting, dan kemiskinan," tambah Rizal.

Di samping itu, ia mengatakan salah satu penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia (UI) dan Imperial College London (ICL) di Inggris, menunjukkan bahwasanya prevalensi perokok pasif dalam rumah di Indonesia itu tertinggi dibandingkan negara-negara lain yakni sebesar 78,4%. Di Cina 48,4%, Bangladesh 46,7%, dan di Thailand hanya sebesar 46,8%.

"Hal ini cukup mengkhawatirkan, mengingat perempuan dan anak-anak merupakan kelompok yang rentan terhadap asap rokok," imbuhnya.

Rizal mengatakan, paparan perokok pasif selama kehamilan telah dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan, kematian, dan kesakitan pada bayi. Termasuk lahir-mati, prematur, keguguran, dan berat badan lahir rendah.

Sedangkan bagi ibu hamil, sambungnya, menjadi perokok pasif itu berhubungan dengan kelahiran yang berkualitas rendah. Antara lain, rata-rata berat badan bayi itu 71,6 gram lebih rendah, terdapat 16% lebih tinggi kemungkinan berat badan lahir rendah, dan 51% lebih tinggi kemungkinan ukuran lahir yang lebih kecil daripada rata-rata.


 

76