Home Milenial Kabar Baik! Monash University Indonesia Siap Gelar Perkuliahan Hybrid Awal Tahun Ini

Kabar Baik! Monash University Indonesia Siap Gelar Perkuliahan Hybrid Awal Tahun Ini

Jakarta, Gatra.com – Monash University Indonesia kini siap menyambut pembelajaran mahasiswa secara tatap muka di gedung kampus yang berlokasi di Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, Banten. Hal itu dilakukan setelah kampus global itu resmi beroperasi di Indonesia pada 2021 menyambut mahasiswa angkatan pertamanya dengan aktivitas pembelajaran daring.

Pada 2022 ini, Monash University Indonesia akan menggunakan sistem perkuliahan hybrid learning yang mengkombinasikan kegiatan perkuliahan secara daring dan tatap muka sebagai komitmen lanjutan dari Kampus Monash.

Diketahui, Monash University Indonesia menawarkan program kuliah pascasarjana dengan empat jurusan, yaitu Sains Data (Data Science), Kebijakan Publik (Public Policy), Desain Perkotaan (Urban Design) dan Inovasi Bisnis (Business Innovation). Saat ini pihak kampus sudah membuka aplikasi penerimaan mahasiswa baru, serta beasiswa untuk pembelajaran mahasiswa di bulan Mei dan Oktober 2022.

Di waktu dekat, Monash University Indonesia juga menawarkan program kuliah doktoral (S3), dan juga berbagai program eksekutif dan mikro-kredensial yang ditujukan untuk sektor tertentu. Bekerja sama dengan Monash Business School Australia, rencananya akan tersedia tiga program eksekutif tahun ini. Di antaranya studi mengenai “Digital Strategy Transformation” pada Maret-April, “Fostering Innovation and Leading” di bulan Juni-Juli dan “Leading Complexity” di bulan Agustus-September.

Pro Vice-Chancellor dan President (Rektor) Monash University Indonesia, Profesor Andrew MacIntyre menyatakan, persiapan penyambutan para mahasiswa sudah dilakukan sejak Monash University mengumumkan komitmennya untuk membuka kampus asing bertaraf internasional pertama di Indonesia.

“Sejak awal, kami telah merencanakan dan mempersiapkan segala yang diperlukan untuk operasional kampus Monash University Indonesia,” kata Profesor MacIntyre. MacIntyre mengatakan, pihaknya bertekad agar Kampus Monash berkontribusi membangun hubungan yang kuat antara Indonesia-Australia di berbagai bidang khususnya sosial, ekonomi, dan teknologi.

“Kami ingin berkontribusi terhadap kemajuan Indonesia secara kuat dan secara jelas,” ujar MacIntyre. Kontribusi itu dijabarkan lewat tiga (tiga) pilar, yakni: pendidikan (education), penelitian (research), dan kemitraan (partnership). Khusus untuk program kemitraan, kampus bertekad menjalin kolaborasi dengan universitas lokal, industri atau perusahaan, pemerintah, serta komunitas.

“Mewakili pihak akademisi dan seluruh staf, kami antusias menyambut para mahasiswa kami secara tatap muka, setelah kurang lebih 2 bulan kami telah melakukan sistem pembelajaran secara daring,” ujar Profesor MacIntyre.

Berlokasi di barat daya Jakarta, gedung fisik Monash University Indonesia mengadopsi prinsip universal dan inklusivitas. Seluruh fasilitas di gedung kampus dirancang dan didesain untuk kepentingan seluruh pihak yang menunjukkan bahwa Monash University Indonesia terbuka untuk seluruh kalangan. Sebagai contoh, adanya fasilitas ruang beribadah lintas agama (inter-faith prayer room) yang tersedia di setiap lantai gedung kampus.

Wujud inklusivitas dari kampus Monash Indonesia juga tercermin dengan penanda informasi huruf braille di setiap ruangan, serta tersedianya fasilitas alat bantu dengar untuk mereka yang membutuhkan. Keunggulan lain yang dimiliki oleh Monash University Indonesia adalah kehadiran perpustakaan digital yang dilengkapi dengan dukungan inovasi teknologi yang memadai, serta koleksi buku digital yang lengkap.

Chief Operation Officer (COO) Monash University Indonesia, Tantia Dian Permata Indah menambahkan, bahwa Monash University telah melakukan segala persiapan guna menyambut kehadiran mahasiswa yang sudah dimulai sejak 15 Januari lalu.

“Kehadiran Monash University di Indonesia sebenarnya sudah tidak terlalu asing bagi masyarakat lokal, terlihat dari rekam jejak yang sudah dibangun sejak bertahun-tahun sebelumnya,” ujar Tantia.

Beberapa rekam jejak dan pencapaian penting yang dilakukan Monash bersama dengan pemangku kepentingan di Indonesia, seperti program riset World Mosquito Program (WMP) yang bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM); program RISE mengenai riset terhadap pemukiman informal dan perbaikan kesehatan lingkungan yang berkolaborasi dengan Universitas Hasanuddin, serta program revitalisasi Sungai Citarum (Citarum Action Research Program/CARP) yang bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

“Kemudian, ada Herb Feith Centre yang merupakan pusat studi Australia-Indonesia, ClimateWorks yang menjadi sarana kolaborasi riset untuk sektor lingkungan, dan beberapa kolaborasi lainnya,” kata Tantia.

Selain kolaborasi yang bersifat riset, Monash University Indonesia juga turut aktif berkolaborasi dengan para pemain binis dan industri lokal, menawarkan kemitraan mutual dengan beberapa perusahaan seperti: Tokopedia, tiket.com, Bank Mandiri dan lainnya.

Saat ini, terdapat kurang lebih 10 staf akademik berkualitas Indonesia yang sudah bergabung dengan Monash dan ke depannya, angka itu akan terus bertambah. “Dengan dukungan dari staf akademik Monash University, kami percaya bahwa mimpi dari Monash University Indonesia akan memberikan kontribusi nyata untuk bangsa dapat segera terwujud,” tutup Tantia.

524