Home Regional Lokasi Pasar Dipindah, Pedagang Tak Patuh, Dinas Perdagangan Kota Kendal Lakukan Langkah Ini

Lokasi Pasar Dipindah, Pedagang Tak Patuh, Dinas Perdagangan Kota Kendal Lakukan Langkah Ini

Kendal, Gatra.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kendal, Jawa Tengah, menindaklanjuti keluhan pedagang eks Pasar Weleri yang menempati pasar relokasi. Lewat Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM dikeluarkan surat NO. 510/266/Disdag tertanggal 27 Januari 2022 untuk menjawab semua permasalahan pedagang di pasar relokasi.
 
Diantara permasalahan yang dikeluhkan sejumlah pedagang di pasar relokasi pada saat audensi beberapa waktu lalu yakni, masih banyaknya pedagang eks Pasar Weleri yang beum menempati relokasi dan permasalahan jam operasional pasar di tempat relokasi.
 
Usai peremuan tersebut, Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM Ferinando Rad Bonay mengatakan, pihaknya akan membuat kesepakatan bersama terkait sanksi yang akan diterima pedagang yang tidak mau menempati relokasi
 
Bentuk sanksi kepada kepada pedagang yang tidak mau menempati Pasar Relokasi Bahurekso Weleri dan berjualan di Pasar Longopan, nantinya tidak akan mendapatkan hak kios atau tempat di Pasar Weleri yang akan dibangun. 
 
"Jadi ini adalah usulan-usulan dari pedagang-pedagang itu sendiri kepada kami, salah satunya pedagang yang jualan di Longopan Weleri itu harus ditertibkan. Dan ini tentu harus dituangkan dalam kesepakatan bersama," kata Ferinando beberapa waktu lalu.
 
Namun usai surat tersebut diterbitakan, langsung ditanggapi berbeda oleh Anggota DPRD Kendal dari Fraksi PAN, Mukhlisin. Menurut Mukhlisin, keputusan itu kurang bijak, dan mencederai rasa keadilan pedagang. 
 
Dikatakan dalam surat itu, di point tiga disebutkan, bahwa yang akan menempati pasar baru Weleri nantinya adalah para pedagang yang mau menempati Los di pasar relokasi yang berada di Terminal Bahurekso. 
 
Sementara saat ini jumah pedagang yang sudah atau mau pindah di pasar relokasi hanya sekitar 35% dari jumlah pedagang pemegang kartu kuning. "Berarti yang 65% belum pindah. itu artinya bahwa pemilihan tempat relokasi pasar menurut sebagian besar pedagang kurang tepat dan sebelumnya juga sudah menjadi pro dan kontra dari para pedagang itu sendiri," kata Mukhlisin, Minggu (30/1). 
 
Dikatakan, semestinya dalam mengambil kebijakan Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM melakukan dialog dengan sebagian besar pedagang Pasar Weleri 1 yang menjadi korban kebakaran dan mengalami kerugian materiil, moril dan modal juga abis, sehingga nunggak beban angsuran bank, juga beban  keluarga. 
 
Sementara langkah penanganan dari Pemkab pasca kebakaran, terbilang lambat dalam memfasilitasi pedagang untuk bisa berjualan lagi, sehingga sebagian para pedagang pada mencari solusi sendiri dengan membuka kios atau lapak ditempat yang memungkinkan, yang dirasa nyaman dan berpotensi laku, meski dengan kondisi serba terbatas. 
 
Ditegaskan, mereka juga merupakan konstributor PAD. Menurutnya, mereka yang blum mau pindah ke pasar relokasi ini tentu punya alasan dan patut didengar.
 
Hal itu perlu dilakukan supaya ada solusi yang lebih bijak. Tidak serta merta divonis sebagai pembangkang atau tidak patuh pada pemda. Karena para pedagang eks Pasar Weleri cukup menderita dan baru mulai bisa berdagang  di lapak kios pasar yang selatan juga di lapak lainnya. Hal ini dilakukan sebagai proses pemulihan ekonominya.
 
"Kalau dipaksa segera pindah, apa ada jaminan dari Pemerintah terkait omset mereka? Kasihan sekali kalau para pedagang pemegang kartu kuning yang tidak pindah ke pasar relokasi nantinya tidak bisa mendapatkan Los atau lapak di Pasar Weleri baru yang akan dibangun nantinya," tegasnya. 
 
Salah satu pedagang Pasar Weleri 1 yang belum pindah ke Pasar relokasi, Nur Purwanto mengatakan, untuk pindah ke pasar relokasi dibutuhkan biaya utuk penataan lapak juga kios, paling tidak Rp 3-5 juta. 
 
Dikatakan, paska terbakarnya Pasar Wekeri 1, dirinya tidak mau larut dalam kesedihan dan mencoba bangkit dengan menyewa lapak di Oasar Selatan seharga Rp12 juta pertahun dan itu dari hasil menghutang.
 
"Hidup harus terus berjalan, meski harus menyewa lapak dari uang hutang saya memberanikan diri jualan lagi," ungkapnya.
 
"Sekarang sudah agak mulai lumayan dan cukup nyaman. Omset juga mulai ada, kalau harus pindah tentu mengeluarkan biaya lagi dan belum ada kepastian apakah disana jualanya laris," imbuhnya.
 
Dijelaskan, meskipun tempat jualan sekarang kurang memadai tapi dagangan laku dan tidak keluar biaya lagi yang memberatkan. "Saat ini kami sudah terlilit hutang, masak harus menambah hutang lagi untuk pindahan," ujarnya.
40