Home Ekonomi Pengamat Nilai Feronikel Antam Memiliki Prospek Menarik

Pengamat Nilai Feronikel Antam Memiliki Prospek Menarik

Jakarta, Gatra.com – Pengamat pasar modal Lucky Bayu Purnomo berpendangan bahwa feronikel PT Aneka Tambang (PT Antam) Tbk., dapat menjadi pengganti atau subtitusi jika sektor lainnya, misalnya emas mengalami penurunan atau pelemahan.

“Saya melihat dengan produksi feronikel, Antam memiliki produk lain sebagai subsitusi atau pengganti kinerja fundamental apabila salah satu produknya memiliki koreksi,” katanya pada Senin (31/1).

Menurut Lucky, beberapa produsen hasil tambang tentu memiliki diversifikasi atau beberapa produk lain yang menjadi subsitusi untuk mendukung kinerja fundamentalnya. Feronikel adalah salah satunya.

Ia menilai langkah Antam itu positif karena tidak terpaku pada satu sektor usaha, seperti emas, tetapi juga sektor yang lain, di antaranya feronikel. “Feronikel, terutama Antam dengan diversifikasi hasil tambang menurut saya memiliki prospek yang menarik,” ujarnya.

Ia berpandangan, upaya diversifikasi juga sangat memungkinkan Antam untuk dapat menghindari kerugian dan sekaligus meraup keuntungan yang lebih maksimal lagi.

Terkait itu, Lucky mencontohkan fenomena pada awal 2020. Saat itu, Antam terancam mengalami pelemahan yang cukup tajam, terutama akibat dampak pandemi Covid-19. Kemudian Antam kembali menguat karena sektor usaha yang dilakukannya mengalami peningkatan, termasuk di sektor feronikel dan emas.

“Kita ingat awal tahun 2020 Antam kondisi yang melemah, tetapi dia berhasil menguat, karena selain feronikel juga dipicu harga emas saat itu tertinggi sepanjang sejarah di Antam, itu US$2.039,77 per troy ounce,” katanya.

Sedangkan soal naik turunnya saham Antam pada awal tahun 2022 dan pelemahan belakangan ini, Lucky mengakatakan bahwa itu bersifat hanya temporal. “Pelemahan ini dimaknai sebagai koreksi temporer, peraturan kan bisa mengalami perubahan,” ujarnya.

Lucky lantas menyampaikan contoh sejumlah kebijakan di sektor komoditi, di antaranya pajak ekspor-impor di industri Kelapa Sawit dan domestik market obligation (DMO) di batu bara. “Itu kan mengikuti dinamika di sektor. Jadi pandangan saya, sentimennya ini temporer,” katanya.

Soal feronikel, Antam dalam siaran pers yang dilansir laman Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan lalu menyampaikan, pada 2021 mencatatkan produksi feronikel (unaudited) sebesar 25.818 ton nikel dalam feronikel (TNi).

Angka tersebut dinilai relatif stabil jika dibandingkan dengan tingkat produksi feronikel pada tahun 2020. Sementara itu, volume penjualan produk feronikel Antam di tahun yang sama mencapai 25.992 TNi.

Tidak hanya itu, produksi bijih nikel (unaudited) Antam yang digunakan sebagai bahan baku pabrik feronikel dan penjualan kepada pelanggan domestik, juga mencapai 11,01 juta wet metric ton (wmt). Angka tersebut meningkat 131% secara tahunan (yoy) dibandingkan dengan tingkat produksi tahun 2020 sebesar 4,76 juta wmt.

Adapun kinerja penjualan bijih nikel perusahaan pelat merah sepanjang 2021 mencapai 7,64 juta wmt, tumbuh 132% dari realisasi penjualan di tahun 2020 sebesar 3,30 juta wmt.

Antam juga sempat menyampaikan feronikel yang dihasilkannya melalui akun resminya @OfficialAntam. Dalam? akun tersebut disampaikan bahwa feronikel yang dihasilkan pihaknya memiliki 80% kadar besi dan 20% nikel. Umumnya feronikel digunakan untuk bahan paduan pembuatan baja dan memiliki unsur lapisan antikarat. “Di Indonesia feronikel ini diproduksi di Pabrik Feronikel Pomala," demikian perjelasan tersebut.

571