Home Kesehatan Penularan Omicron di Komunitas Lebih Dari 20 Persen

Penularan Omicron di Komunitas Lebih Dari 20 Persen

Jakarta, Gatra.com- Dokter Spesialis Penyakit paru dari RSUP Persahabatan Dr.dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) mengatakan, sejak awal januari 2022, terjadi perkembangan yang signifikan. Di awal tahun masih di bawah 200 kasus, kemudian meningkat hingga ribuan.

"Asumsi saya, kalau dilakukan pemeriksaan, sebagian kasus yang terjadi di Indonesia sudah Omicron," kata dr. Erlina dalam diskusi virtual SOHO Global Health yang betajuk "Jangan Lengah, Tingkatkan Daya Tahan Tubuh untuk Mencegah Penularan Covid-19", Kamis (3/2).

Salah satu karakteristik Omicorn adalah sangat mudah menular dibandingkan Delta. Hal ini terlihat dari angka peningkatan kasus harian yang sangat cepat.

Ia menjelaskan, kalau sebelumnya, di pertengahan Desember, kasus Omicron merupakan imported cases yang dibawa dari orang luar negeri atau Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN). Tetapi, setelah berlangsungnya waktu, sekarang sudah terjadi penularan di komunitas.

Dokter Spesialis Penyakit paru dari RSUP Persahabatan Dr.dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) (GATRA/PT SOHO Global Health)

Ia menilai kalau penularan di komunitas sudah lebih dari 20%. Pasalnya, kalau omicron naiknya tinggi, terjadi lonjakan seperti pada Juli-Agustus 2021, maka kemungkinan sistem kesehatan juga akan kewalahan. Karena, makin banyak kasus, maka makin banyak juga orang yang perlu dirawat baik secara isoman mandiri di rumah, maupun di berbagai Rumah Sakit.

“Virus ini tertular karena ada interaksi antar manusia. Jadi, kalau tidak penting-penting banget, janganlah bepergian. Saya juga sarankan jangan makan bersama di kantor, melainkan makan sendiri-sendiri di ruangannya masing-masing. Karena pada saat makan, kita buka masker dan kemungkinan penularan tinggi,” paparnya.

Data menunjukkan penyakit yang ditimbulkan Omicron, lebih ringan daripada  delta. Namun perlu diwaspadai, gejala ringan terjadi pada kelompok mereka yang sehat dan muda."Sementara itu, kita terlena bahwa kasus Omicron tanpa gejala dan ringan. Jadi masyarakat ngga perlu panik. Saya setuju ini, tapi waspada itu tetap harus," imbuh dr. Erlina.

Tetapi, untuk kelompok tertentu, contohnya orang lanjut usia, anak-anak balita yang belum divaksin, orang kormobid (penyakit bawaan yang kronis dan tidak terkendali) menjadi tidak gejala ringan lagi, sehingga perlu dirawat di Rumah Sakit.

Dengan sistem imun yang turun, orang-orang dengan kelompok itu mudah sekali tertular. Apalagi, mereka yang lansia sekaligus kormobid, ditambah lagi tidak divaksinasi. “Jangan terlalu meremehkan, karena  ada kelompok-kelompok yang rentan yang harus kita lindungi,” papar dr. Erlina.

Perlu ditingkatkan lagi protokol kesehatan. Selain itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh, seperti makan makanan bergizi, dan istirahat yang cukup. Selain itu, konsumsi suplemen imunomodulator dan vitamin dapat dipertimbangkan untuk membantu meningkatkan imunitas. Jika memungkinkan, sediaan 1 kali sehari kombinasi vitamin dan imunomodulator akan lebih praktis bagi masyarakat.

153