Home Politik Gus Muhaimin Bertemu Para Aktivis Pergerakan Yogya, Bahas Apa?

Gus Muhaimin Bertemu Para Aktivis Pergerakan Yogya, Bahas Apa?

Jepara, Gatra.com - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Abdul Muhaimin Iskandar melakukan reuni nostalgia dengan para aktivis pergerakan LKiS Yogyakarta di Pondok Pesantren Hasyim Asyari Bangsri, Jepara, Jawa Tengah, Sabtu (12/2) malam.

Reuni yang dibalut dalam forum bertajuk Ken-Duren LKiS itu menjadi ajang temu kangen para aktivis pergerakan Yogyakarta. Hadir para pendiri LKiS KH Imam Azis, Gus Muwaffiq, Zastrow Al Ngatawi, KH Nuruddin Amin, St. Sunardi , Chotibul Umam Wiranu, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar, serta sejumlah aktivis senior LKiS lainnya.

Mereka terlihat larut dalam kehangatan dan rasa kangen setelah sekitar 20 tahunan tidak saling bertemu dalam satu forum pertemuan LKiS. "Saya sungguh bahagia, bersyukur, ini luar biasa dan sangat menyenangkan. Pandemi sulit untuk bertemu, tapi kita bisa ketemu. Mudah-mudahan dalam kondisi sehat semua," ungkap pria yang akrab disapa Gus Muhaimin ini.

Gus Muhaimin mengatakan, pandemi membuat tantangan bangsa kedepan semakin sulit diprediksi. "Ini betul-betul berubah suasana, tantangan di saat-saat transisi sosial, ekonomi, politik yang tidak menentu. Nasib ekonomi kedepan tidak ada yang bisa prediksi,” sebutnya.

Wakil Ketua DPR RI ini mengingat masa-masa di pergerakan bersama para aktivis Yogyakarta yang tergabung dalam LKiS saat berjuang mendobrak kekuatan rezim Orde Baru yang ditandai dengan jatuhnya Soeharto dari pucuk pimpinan negeri setelah 32 tahun berkuasa.

"Dulu LKiS bisa beradaptasi dengan sangat baik. Puncaknya Pak Suharto jatuh. Hal yang saya tahu, LKiS adalah kelompok diskusi. Saya diajak Mas Iman, Fajrul Falaakh, kelompok diskusi kecil yang luar biasa. Saya kemudian pindah ke Jakarta, LKiS semakin maju, dahsyat membanggakan dan menjadi rujukan,” bebernya.

Forum Ken-Duren, kata Gus Muhaimin, perlu diteruskan bukan sekadar untuk reunian, namun juga menjadi forum untuk membahas berbagai persoalan masa depan bangsa yang semakin sulit.

"LKiS bisa menjadi rujukan buat semua tokoh, pelaku-pelaku lembaga-lembaga strategis. Khususnya sahabat-sahabat di berbagai bidang, kita harapkan bisa merawat LKiS selamanya ila yaumul kiamah," urainya.

Senada dengan Gus Muhaimin, tokoh senior LKiS KH Imam Azis berharap lembaga yang dia dirikan bersama sejumlah avtivis lainnya ini bisa kembali menghidupkan tradisi diskusi kebangsaan.

"Aktivis-aktivis Yogya yang tersebar dimana-mana bisa memperkuat demokratisasi, memperkuat masyarakat sipil. Jangan terkotak-kota pada level. Harus ada kerjasama yang baik antara masyarakat sipil, parpol, lembaga negara, pengusaha. Ini harus ada penajaman dan pendalaman demokrasi," paparnya.

Imam mengatakan, dulu LKiS dan NU berhadap-hadapan dengan negara. Saat ini kondisinya berbeda sehingga kedepan tak boleh lagi. "Harus ada penataan dan kolaborasi yang lebih baik," katanya.

Zastrow pun demikian, LKiS harus menjadi harapan dan sarana untuk menata Indonesia ke depan yang lebih baik. "Dulu cita-cita kebangsaan, demokrasi dibicarakan di serambi masjid. Dulu state versus society. Ke depan berbeda karena sebagian kita sudah ada di dalam lembaga negara sehingga harus berkolaborasi dengan baik, memainkan perannya masing-masing untuk menata bangsa,” tandasnya.

154