Home Internasional Bantu Cegah Perang, Kanselir Jerman Terbang ke Ukraina

Bantu Cegah Perang, Kanselir Jerman Terbang ke Ukraina

Berlin, Gatra.com– Kanselir Jerman Olaf Scholz terbang ke Kyiv pada Senin untuk bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Upaya ini dilakukan guna menunjukkan solidaritas dan membantu mencegah perang di Eropa menyusul peringatan bahwa invansi Rusia berpotensi segera terjadi.

Dilansir Reuters, Senin (14/2), perjalanan itu merupakan bagian dari serangkaian upaya diplomatik untuk meredakan krisis lewat dialog dan ancaman sanksi terhadap Rusia jika menyerang Ukraina. Pada Selasa (15/2), Scholz dijadwalkan terbang ke Moskow untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin.

Kanselir Scholz telah meningkatkan keterlibatannya dalam krisis Ukraina selama sepekan terakhir. Sebelumnya, para kritikus menuduh Scholz kurang punya kepemimpinan di konflik Ukraina-Rusia yang tergolong salah satu krisis keamanan terburuk Eropa dalam beberapa dekade.

“[Perjalanan ini] tentang bagaimana kita dapat menemukan cara untuk memastikan perdamaian di Eropa,” kata Scholz kepada wartawan, sambil menyebut penambahan sekitar 100 ribu tentara Rusia di perbatasan Ukraina merupakan ‘ancaman yang sangat, sangat serius’.

Rusia membantah berencana untuk menyerang Ukraina, tetapi mengatakan pihaknya dapat mengambil tindakan ‘teknis militer’ tak spesifik kecuali serangkaian tuntutan dipenuhi. Hal itu termasuk janji dari NATO untuk tidak pernah mengakui Ukraina dan menarik pasukan dari Eropa Timur.

Pada Ahad (13/2), Scholz menyatakan Ukraina dapat mengandalkan solidaritas Jerman, terutama melalui bantuan keuangan untuk membantu menstabilkan ekonomi Ukraina. Pernyataan ini dinilai sebagai upaya Scholz untuk meyakinkan warga Ukraina ihwal kesungguhannya.

Pejabat Ukraina secara terbuka mengkritik Jerman lantaran menolak menjual senjata ke Kyiv. Jerman berpendapat hal itu tidak bisa dilakukan karena sejarah abad ke-20 yang berdarah. Jerman juga dikritik atas keengganannya untuk menghentikan proyek pipa gas Rusia-Jerman yang kontroversial.

Ukraina dan sekutu Barat menilai pipa ‘Nord Stream 2’, yang dibangun tetapi belum beroperasi, akan memungkinkan Rusia untuk memotong Ukraina dari pasokan energi Eropa. Kondisi itu juga membuat Ukraina lebih rentan terhadap invansi Rusia./

37