Home Milenial Selain Andesit, Wadas Juga Terkenal dengan Kopi, Durian, dan Rambutannya

Selain Andesit, Wadas Juga Terkenal dengan Kopi, Durian, dan Rambutannya

Purworejo, Gatra.com- Hasil alam Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, seperti buah, rempah, hingga kopi menjadi penghidupan warga setempat. Anak muda Wadas mulai bertani dan merasa dapat sejahtera tanpa tambang.

Meski bukan musim durian, saat melintas di Desa Wadas untuk urusan dinas, Nurhadi (40) mudah memperoleh buah dengan bau dan rasa khas itu. “Tadi lewat di warung sisa tiga. Ya sudah saya ambil semua. Cuma Rp100 ribu,” ujar warga Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini, Selasa (15/2).

Menurutnya, meski ukurannya tak terlalu besar, rasa durian Wadas mantap. “Manis. Enak jos!’ ujar dia singkat.

Siswanto (30), warga Wadas menjelaskan, awal-awal tahun belum memasuki musim durian. “Sekarang ini sini justru musimnya rambutan,” kata dia saat ditemui di rumahnya.

Tak lama kemudian, ia keluar rumah sebentar. Di luar, hujan mengguyur Wadas sedari pagi. Selang 15 menit, ia kembali dengan memboyong satu kardus bekas mi instan.

Isinya, apalagi kalau bukan rambutan. Warnanya merah-merah. Saat dicicipi, rasanya manis dan segar. “Ini dari pohon-pohon di depan rumah situ,” kata bapak dua anak ini.

Di luar rumah, pohon-pohon rambutan memang tengah berbuah lebat. Selain durian dan rambutan, Siswanto juga mengembangkan temulawak dan kopi.

Kopi Wadas (Gatra/Istimewa)

Dikemas dengan brand Kopi Wadas, produk ini dibanderol Rp15ribu untuk kemasan 50 gram. “Masih dipasarkan di sekitar-sekitar sini saja,” kata dia.

Menurutnya, Wadas sangat subur untuk tanaman rempah dan buah. Saat musim panen, duren dapat tiap hari panen dan kopi bisa dituai berton-ton. Rempah-rempah pun ada yang di pohon dan ada yang dari tanah, seperti kencur, jahe, dan lengkuas.

Ada pula tanaman kemukus untuk kosmetik dan obat, Rp60ribu per kilogram dan panennya mencaai 1,5 ton per tahun. "Potensi rempah luar biasa.tidak sebanding dengan ganti rugi jika ditambang. Tak masuk akal nilainya,” kata Siswanto.

Desa itu akan menjadi lokasi penambangan batu andesit untuk material Bendungan Bener di Purworejo, 10 kilometer dari Wadas.

Ia pun menyebut dapat hidup mandiri sebagai petani. "Kalau jadi pekerja UMR Rp2 juta per bulan atau Rp 24 juta setahun. Tapi harus tiap hari berangkat. Kalau bertani ndak harus tiap hari ke lading, penghasilan lebih besar. kami enggak pernah kelaparan atau minta-minta. Kami merasa sejahtera," katanya.

Karena alasan itu pula ia tak mau melepaskan tanahnya untuk diambil alih pemerintah dan dijadikan lahan tambang. Belum lagi,  nilai ganti rugi tak masuk akal. Ia mendengar nilainya Rp 60 ribu per meter persegi. "Duren aja Rp50 ribuan satu. Enggak sebanding dengan potensi Wadas," katanya. 

261