Home Ekonomi Instrumen Keuangan Berkelanjutan Masih Sulit Diakses, Ini Fokus Bahasan G20

Instrumen Keuangan Berkelanjutan Masih Sulit Diakses, Ini Fokus Bahasan G20

Jakarta, Gatra.com- Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan sektor publik dan swasta masih menghadapi tantangan, terutama dalam mengakses dan mengadopsi instrumen sustainable finance instrument (SFI) atau Instrumen Keuangan Berkelanjutan.

Karenanya, mengatasi hambatan tercermin dalam bahasan alur kerja Kelompok Kerja Keuangan Berkelanjutan G20 (SFWG). Yakni bagaimana meningkatkan SFI dengan fokus pada peningkatan aksesibilitas dan keterjangkauan.

"Negara-negara G20 harus bekerja sama dan bekerja sama dalam mengatasi masalah bersama tantangan, seperti standar, alat penyelarasan pasar termasuk untuk pelaporan dan persyaratan," ungkap Perry dalam Leaders Insight: Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting G20 di Jakarta, Jumat (18/2)

Perry menyebut bahwa di Indonesia, sebenarnya perkembangan SFI sudah ada sejak tahun 2007 lalu dengan tren yang menggembirakan. Tidak hanya secara volume, tetapi juga dalam berbagai instrumen.

"Kami memiliki instrumen keuangan pasar modal, bond sosial, pembiayaan berkeberlanjutan. Kami juga menyadari bahwa beberapa lembaga keuangan global mulai memanfaatkan instrumen pasar uang hijau, seperti Repo hijau atau berkelanjutan, Komersial hijau atau berkelanjutan," jelasnya.

Obligasi hijau secara global juga menunjukkan peningkatan yang signifikan lewat penerbitan obligasi keuangan berkelanjutan. Dikutip dari Reuters disebutkan bahwa penerbitan global mencapai US$859 miliar pada tahun 2021 atau tertinggi yang pernah ada. Obligasi hijau mencatatkan penerbitan tertinggi sebesar US$482 miliar diikuti oleh obligasi sosial dan obligasi berkelanjutan.

Dalam hal ini, menurut Perry ketersediaan standar, prinsip serta peraturan dan taksonomi hijau pun dikembangkan di banyak bagian dunia yang mendukung fenomena ini.

"Namun, pertumbuhan secara berkelanjutan pembiayaan ini masih kecil dibandingkan dengan total investasi yang dibutuhkan untuk mencapai target global kolektif pada Perjanjian Paris dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB," ungkapnya.

Prioritas agenda G20 berkaitan dengan keberlanjutan, baik di bidang keuangan dan Sherpa track menandakan pentingnya topik ini. Di jalur keuangan khususnya, G20 sedang mencari cara untuk mempersempit kesenjangan pembiayaan untuk lingkungan yang lebih berkelanjutan.

"Ini akan membutuhkan upaya terkoordinasi antara sektor publik dan swasta, dari lokal hingga global tingkat. Tujuan bersama kami dapat dicapai melalui strategi jangka panjang dan jangka pendek," kata Perry.

Negara-negara sekarang mempertimbangkan dan menerapkan penetapan harga karbon, menyesuaikan rencana pembangunan menuju pertumbuhan berkelanjutan, dan beralih ke ekonomi rendah karbon untuk memenuhi Perjanjian Paris 2030.

"Meskipun ini dianggap bermanfaat pada jangka panjang, kita harus ingat bahwa pengembangan SFI sangat penting dalam jangka pendek dan jangka menengah untuk mendukung dan meningkatkan pembiayaan pembangunan berkelanjutan," jelas Perry.

77