Home Internasional Ini Penelitian yang Bikin PM Belanda Minta Maaf ke Indonesia

Ini Penelitian yang Bikin PM Belanda Minta Maaf ke Indonesia

Jakarta, Gatra.com - Perdana Menteri Matt Rutte meminta mmaf kepada Indonesia atas kekerasan yang ektrem yang dilakukan oleh tentara bersenjata Belanda selama periode perang kemerdekaan Indonesia.

Rutte menyampaikan permintaan maaf itu saat berada di Brussels, Belgia, Kamis (17/02), hanya beberapa jam setelah dirilisnya hasil penelitian oleh 3 lembaga penelitian di Belanda mengenai kekerasan ekstrem yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia.

Bersumber dari tautan resmi penelitian tersebut, penelitian ini diberi nama Indepedence, Decolonization, Violence and War in Indonesia 1945-1950. Proyek penelitian ini berjalan cukup lama, yakni dari 2016 hingga akhir 2022.

Proyek ini sebagian besar disubsidi oleh pemerintah Belanda, yakni sebesar 4,1 juta Euro dan sisanya ditanggung bersama oleh 3 institusi yang bekerja sama melakukan penelitian ini yakni The Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies (KITLV), the Netherlands Institute for Military History (NIMH) dan the NIOD Institute for War, Holocaust and Genocide Studies. Total, penelitian ini makan biaya sekitar 6,4 juta Euro.

Tak hanya dilakukan oleh institusi Belanda, penelitian ini juga bekerja sama dengan beberapa penelitii dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Latar belakang penelitian bermula dari tahun 1969, saat munculnya sebuah wawancara veteran perang Belanda Joop Hueting yang menyebutkan bahwa dia dan prajurit lain telah melakukan kejahatan perang selama masa perang di Indonesia.

Namun, pemerintah Belanda kemudian beranggapan dan juga menyimpulkan, bahwa meski ada diakui ada perbuatan yang “kelewatan” yang dilakukan tentara Belanda selama perang kemerdekaan Idnonesia 1945-1949, “tentara bersenjata Belanda telah melakukan tindakan yang sesuai dengan aturan selama di Indonesia.” Posisi pemerintah Belanda tahun 1969 itu kemudian tidak pernah diutak atik lagi.

Beberapa tahun belakangan, mulai bermunculan beberapa indikasi - berupa gugatan hukum, laporan media dan juga penelitian yang dilakukan sejarawan- bahwa tentara bersenjata Belanda sebenanrya melkaukan kekerasan ekstrem, jauh lebih luas skalanya daripada yang pernah disampaikan oleh Pemerintah Belanda. Kemudian mulai bermunculan seruan dari kalangan masyarakat dan juga peneliti untuk dilakukan penelitian lebih mendalam tentang sepak terjang tentara Belanda di Indonesia pada periode 1945-1949.

Desakan inilah yang kemudian melahirkan insiatif untuk melakukan penelitian Indepedence, Decolonization, Violence and War in Indonesia 1945-1950 yang ujungnya memberikan kesimpulan bahwa tentara Belanda sebagai institusi melakukan kekerasan ekstrem yang diketahui dan dibiarkan oleh pihak pemerintah Belanda selama perang di Indonesia.

297