Home Ekonomi Anti Ribet Miliki 'Istana' di Tengah Badai Corona

Anti Ribet Miliki 'Istana' di Tengah Badai Corona

Padang, Gatra.com- Bulan depan, terhitung dua tahun sudah hiruk-pikuk badai pandemi corona virus disease-19 (COVID-19) di Tanah Air. Semua sektor dihantam. Tak terkecuali sektor ekonomi, ada yang lumpuh hingga 'mati'.

Beruntung, dengan segala upaya yang dilakukan pemerintah, akhirnya sejak pertengahan 2021, COVID-19 mulai melandai, meskipun kini mencuat varian baru. Setidaknya, ekonomi kembali berputar dan aktivitas tak henti. Anak-anak manusia kembali berani bermimpi.

Kamis, pukul 13.00 WIB, suasana Kota Padang tengah panas garang. Sudah barang tentu berpeluh bila menyantap lezatnya Gulai Tunjang, atau Asam Padeh Ikan Karang. Memang, Kota Padang akhir-akhirnya ini cuacanya tak menentu, dari panas bisa hujan tiba-tiba, atau sebaliknya.

Lalu, di sisi jalan, pedagang kelapa muda senyum sumringah. Mungkin dia merasa hoki, dagangannya akan laris, cepat habis, dan pulang ke pelukan rumah. Tak salah, ada kata pepatah "Rumahku Istanaku". Sebab, rumah memang tempat ternyaman untuk rebah dan membuyarkan segala gundah.

Tepat di Jalan Pagang Raya - Siteba Kota Padang, M Teguh (27), tengah cekatan melakukan verifikasi dan validasi data. Selaku karyawan di PT Surveyor Indonesia, dia harus kerja cepat, tepat, dan teliti agar hasil sesuai yang diinginkan. Namun ia juga tak mau abai protokol kesehatan.

Mengawali aktivitas kerja pukul 7.30 WIB dan pulang ke pangkuan keluarga pukul 16.30 WIB. Begitulah rutinitas Teguh setiap harinya. Ketika survei ke lapangan, kadang tak jarang pulang usai matahari tenggelam ke peraduan, di ujung ufuk tapi lauik (taplau) Pantai Padang.

Teguh paham, sebagai manusia, kadang ada titik lelahnya. Apalagi dalam situasi pandemi COVID-19. Namun ketika ingat keluarga, terutama anak dan istrinya, lelah baginya hanyalah angin lalu. "Ya, beginilah aktivitas sehari-hari, demi masa depan keluarga kecil kami," ucap Teguh saat disapa.

Sejak masa lajangnya dilepas 2019, dia bersama istri terpaksa tinggal di rumah orang tuanya. Sejak itu pula kepalanya berkecamuk untuk berkeinginan membeli rumah. Terlebih lagi, dia ingin memulai hidup baru, mandiri tanpa membebani keluarga.

Pengakuan Teguh itu, bukti dia tengah memikul tanggungjawab yang besar. Dia telah memiliki istri, Tri Wasilah (26) yang dinikahinya sejak tiga tahun silam. Kini, bahkan dia juga dikarunia seorang buah hati, Rayyan Khan, yang baru berusia 4 bulan.

"Baru beberapa bulan nikah waktu itu, awal tahun 2020 virus corona datang. Jadi mau tak mau kita bersabar dulu punya rumah, karena fokus terkait kesehatan," ujarnya.

Teguh tak patah arang, sembari bekerja informasi-informasi tentang perumahan terus digali. Baik mendatangi developer langsung, atau searching di internet melalui android. Dengan tekad bulat itu, tak lupa pula sebagian penghasilan setiap bulan selalu disisihkannya.

Warga Kuranji Kota Padang ini sadar, dengan gaji Rp2,9 juta per bulan takkan cukup membeli rumah besar secara tunai. Tapi setidaknya, dia ingin memiliki 'istana' sendiri, tanpa harus menumpang 'istana' orang tuanya. Terlebih, dia anak pertama dari 4 bersaudara.

Rupanya, doa-doa yang dihembuskan ke langit selama ini didengar Tuhan. Akhirnya dia menemukan perumahan kawasan Kelurahan Korong Gadang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. Tak jauh dari rumah orang tuanya yang ditempati selama ini.

"Langsung ke lokasi, akhirnya ketemu dengan developer. Setelah diskusi banyak hal, pilihan KPR jatuh ke Bank Tabungan Negara (BTN)," tutur Teguh dengan mantap.

Demi menghilangkan keraguannya, Teguh juga sempat berselancar di aplikasi BTN Property Mobile. Matanya menjelajah dunia properti secara digital. Hatinya ke BTN makin kuat. Ia yakin, bisa meminang 'istana' dengan angsuran Rp900-an per bulan itu. Ditambah lagi down payment lebih mudah, dengan tenor 15 tahun.

Langkahnya, diiyakan istrinya tercinta, Tri Wasilah. Selain pertimbangan jarak dekat dengan rumah orang tua, hunian Tipe 36 pilihannya terbilang elegan, aman, serta cukup nyaman. Terlebih, lingkungan rumah masih asri, ada persawahan, jalannya lebar, dan bebas dari banjir.

"Yang penting aman dan nyaman, sih. Apalagi, ada kamarnya dua, kamar mandi satu, sudah ada sumur, listrik, berlantai keramik, dan sinyal juga kuat. View-nya bagus, rumah berjejer rapi, depan rumah ada ruang ditanami bunga," tambah Tri yang sehari-harinya guru di MTsN 2 Padang itu.

Lebih dari itu, pertimbangan memiliki 'istana' di lokasi pinggiran kota ini juga demi masa depan anaknya. Kawasan yang dipilih ini aksesnya juga mudah, seperti dekat SDN 40 Padang, SMPN 28 Padang, dan SMAN 5 Padang. Terpenting lagi lokasinya dekat dari masjid, dan juga tak jauh dari Balai Kota Padang.

Kini, impian pasangan muda ini meraih 'istana' kecil di bumi bengkoang sudah di depan mata. Cita-cita untuk membesarkan buah hati, Rayyan Khan, sebagai tumpuan kasih sayang di rumah impian makin kuat menuju keluarga bahagia. "Bagi kami, ini bukan istana biasa, tapi pelabuhan hingga usia senja," ungkap Tri sambil menimang buah hatinya.

BTN Anti Ribet
Beragam inovasi layanan yang ditawarkan Bank BTN menggaet pasar generasi muda. Salah satunya, dengan terus memperkuat layanan digitalisasi. Mulai dengan aplikasi BTN Mobile Banking, BTN Property Mobile, portal www.btnproperti.co.id, serta www.rumahmurahbtn.co.id.

Kemudian, di lain sisi, banyak kemudahan sebagai pertimbangan berbagai kalangan melabuhkan hati ke BTN untuk memiliki hunian. Apalagi, BTN sebagai pelopor tenor panjang bagi generasi milenial. Maka tak ayal, rumah KPR yang ditawarkan BTN selama ini jadi buruan.

"Karena di BTN syaratnya gampang, cuma KTP, KK, slip gaji. Kami cuma satu minggu pengajuan, langsung diterima," tutur M Teguh didampingi istrinya, Tri Wasilah yang telah akad dengan BTN, pada Rabu (9/2) lalu itu.

Pernyataan yang sama juga dilontarkan warga Koto Tingga Kota Padang, Alfan Jayusman (30), yang menilai pengajuan rumah KPR di BTN anti ribet. Dia mengakui, adanya kemudahan-kemudahan yang ditawarkan BTN, terlebih dimasa pandemi COVID-19 ini.

"Gak ribet. Saya tak sampai sebulan pengajuan, langsung diterima dan akad dengan BTN. Apalagi, angsuran dan bunga flat," ucap pria yang sehari-harinya kerja di sebuah Hotel Ibis Padang itu.

Alfan anak pertama dari tiga ini, telah memilih 'istana' impiannya Tipe 36. Angsuran Rp1.147 per bulan dengan tenor 15 tahun. Tepatnya, perumahan yang tak jauh dari kawasan Bandara Internasional Minangkabau (BIM). "Biar enggak ngontrak, bentar lagi saya nikah," ucapnya sumringah.

Pengakuan juga datang dari bibir Suci Wulandari (26). Kendati masih sendiri, dia sudah punya nyali mengambil hunian. Anak kedua dari dua bersaudara ini, melabuhkan hati KPR melalui BTN. "Dua tahun saya menunggu KPR ini, setelah dipilah-pilah, dan segala pertimbangan, saya percayakan ke BTN," tuturnya.

Bagi alumnus Manajemen UPI YPTK Padang ini, membeli rumah saat ini ibarat investasi masa depan. Dia yakin, harga rumah setiap tahunnya naik. Jadi lebih menguntungkan membeli hunian, daripada barang elektronik, atau kendaraan seperti orang kebanyakan.

Lanjut Suci, proses memiliki hunian bersama BTN tak sulit. Dengan uang muka Rp7,5 juta, dan tenor Rp960.000 per bulan, rumah Tipe 36 dengan dua kamar bisa dia miliki. Baginya, harga yang ditawarkan BTN masih terjangkau. Kendati, saat ini dia sebagai admin di salah satu perusahaan pembiayaan di Kota Padang.

"Gaji Rp2,9 juta per bulan. Ya, meski pandemi COVID-19, jika pandai mengelola keuangan, berhemat, pasti bisa diangsur. Beli rumah ini juga dorongan orang tua. Hitung-hitung nabung untuk masa depan," tambahnya.

Sedikit berbeda, Hudzalmi (50), memilih KPR di BTN karena ditawarkan developer. Tentu bukan saja langsung setuju tanpa pertimbangan matang. Selain harga yang ditawarkan terjangkau, lokasi perumahan aman dari bencana longsor dan banjir.

"Kita tak mau beli kucing dalam karung. Jadi langsung cek ke lokasi, untuk melihat kelayakan. Syukurnya lokasi zona hijau bencana, termasuk dari tsunami, karena rumah ini jangka panjang. Bangunannya pakai pondasi yang kuat, biar aman gempa, dinding dan atap tak ada yang bocor," katanya.

Bukan itu saja, bangunan rumah ukuran 6x6 meter ini juga terpisah dengan rumah yang lain. Sehingga akan merasa nyaman tanpa harus terganggu tetangga. Selain itu, lokasi hunian pilihannya di Korong Gadang, Kota Padang ini yang sangat asri dan jauh dari kebisingan kota.

Hudzalmi sangat bersyukur, sebab sejak menikah 2001 lalu dia dan istrinya, Eka Fitriama (48), yang kini guru PNS SDN 09 Berok Nipah, terpaksa tinggal di rumah mertua kawasan Lubuk Begalung, Kota Padang. Sebelumnya, bukan tak berniat membeli rumah, namun belum mampu.

"Sangat bahagia, dengan uang muka Rp17 juta hasil nabung sedikit demi sedikit bisa beli rumah," ucap Hudzalmi yang sehari-harinya pekerja swasta saat ditemui di halaman rumah barunya.

Pengakuannya, Hudzalmi setahun lebih mengelilingi Kota Padang untuk mencari rumah yang pas dan harga yang cocok. "Hampir semua perumahan sudah saya datangi. Pilihan jatuh ke lokasi ini melalui BTN. Angsuran 10 tahun dengan bunga 5 persen flat," tutur pria satu anak ini.

Sebelumnya Deputi Branch Manager (BM) Bussines Bank BTN Cabang Padang, Emon Subiantoro tak menampik bisnis KPR sempat lesu awal virus corona mewabah di Tanah Air. Sejak Maret 2020, masyarakat lebih mengkhawatirkan kesehatan, dan berupaya bisa makan dibanding beli rumah.

"Bukan hanya di Padang, secara nasional bahkan. Bukan hanya BTN, tapi semuanya turun, sebab waktu itu masyarakat lebih mengutamakan kesehatan, dan bisa makan," jelasnya akhir tahun lalu.

Mendapat pukulan pandemi itu, BTN Cabang Padang mulai berpikir keras mengeluarkan jurus jitu agar KPR tetap laku. Salah satunya, menjalin hubungan baik dengan pengembang lebih dari 100 mitra di 19 kabupaten dan kota. Kemudian, menjangkau masyarakat lebih dekat dengan membuka outlet di sejumlah daerah strategis.

"Seperti di Kota Solok, Bukittinggi, Payakumbuh, dan lainnya. Dengan begitu, mereka tak harus mengurus akad kredit ke Kota Padang. Apalagi situasi pandemi saat ini," terang Emon.

Tentu saja, lanjut Emon, demi memudahkan peminat KPR menjangkau hunian idamannya, BTN Property Mobile bisa diakses 24 jam. Mencari rumah tanpa harus keluar rumah. Hanya menjelajah dengan smartphone, atau laptop, peminat bisa memilih rumah yang diinginkan, lengkap dengan gambar, dan skema pembayarannya.

"Kita tawar kemudahan. Apalagi bagi milenial. Akhirnya, sejak awal 2021 peminat berangsur meningkat, dan daya beli masyarakat berangsur naik. Selama pandemi, banyak juga yang nikah, tentu butuh rumah, jadi banyak faktorlah," tukasnya.

Harus diakui, generasi milenial dan generasi Z merupakan peluang besar untuk meningkatkan ekonomi Indonesia hingga 20 tahun mendatang. Dua generasi ini akan menjadi pangsa pasar potensial di sektor properti dan perbankan. Apalagi, data BPS 2020 menunjukkan generasi milenial dan generasi Z mendominasi penduduk di Indonesia.

Diketahui, generasi milenial mencapai 69,90 juta jiwa (25,87 persen). Sementara generasi Z jumlahnya mencapai 75,49 juta (27,94 persen). Jika digabungkan kedua generasi itu, jumlahnya mencapai 145,39 juta (53,81 persen) dari total 270,20 juta jiwa penduduk Indonesia.

Membidik pangsa pasar itu, BTN terus berbenah dengan mengembangkan layanan ekosistem perumahan digital (digital mortgage ecosystem) dengan menggandeng startup yang fokus pada ekosistem perumahan. Melalui layanan digital BTN Properti, pengguna bisa mencari listing rumah dengan mudah, mengajukan pinjaman, dan memanfaatkan layanan renovasi atau desain properti.

Bersemi Tengah Pandemi
Memang, awal-awal pandemi COVID-19 terasa betul melemahnya ekonomi. Baik ekonomi raksasa hingga pedagang kaki lima. Apalagi, sejak adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) upaya pencegahan COVID-19.

Tak pelak, memang Bisnis KPR sempat lesu tapi tak kehilangan harapan. Dengan membidik tepat sasaran, peminat KPR di BTN terus bersemi meski tengah pandemi. Terbukti, adanya peningkatan realisasi KPR 9,7 persen 2021 di Sumbar dibanding tahun 2020.

"Realisasi KPR subsidi 2021 mencapai 1.325 unit, total nilai Rp174.627.140.028. Realisasi KPR non subsidi 61 unit, dengan nilai Rp12.814.979.000," sebut Eki Valen, Branch Consumer Lending Unit Head BTN Cabang Padang saat dihubungi, Kamis (17/2) malam.

Dia juga tak menampik ada yang menunggak angsuran akibat pandemi COVID-19 selama ini. Namun bisa teratasi melalui program penundaan pembayaran angsuran. Pasalnya, sepanjang 2020-2021, BTN telah melakukan restrukturisasi kredit perumahan 84 persen. 

Apalagi, berdasarkan catatan pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara keseluruhan sebanyak 89,446 debitur ada di Sumbar mengikuti restrukturisasi kredit jasa keuangan sepanjang 2021. Termasuk di dalamnya sektor perumahan. Total outstanding yang dicapai sebesar Rp6,59 triliun. Program ini bahkan diteruskan hingga Maret 2023 mendatang.

Dengan capaian 2021 itu, sebut Eki, pihaknya dari BTN meningkatkan target realisasi 2022 dan optimis bisa mencapai angka 1.918 unit, dengan nilai totalnya Rp257.991.000.000. Selain KPR subsidi dan KPR non subsidi, BTN juga memiliki program Kredit Anggunan Rumah (KAR), dan produk Kredit Ringan (Kring) untuk karyawan perusahaan/instansi, baik PNS, TNI, Polri, BUMN, dan BUMD.

Secara umum, industri properti 2022 lebih sehat dibanding 2020 dan 2021. Ditopang membaiknya padar properti dan ekonomi Indonesia mencapai 5,2 persen, pihak BTN meyakini pertumbuhan kredit 2022 bisa capai double digit. Apalagi, pemerintah melalui KemenPUPR tahun 2022 akan menggelontorkan dan subsidi Rp28 triliun dengan 4 program subsidi perumahan.

Direncanakan, 200.000 unit rumah nantinya melalui dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Lalu 24.426 unit melalui Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BPPBT). Kemudian, 769.903 unit melalui Subsidi Selisih Bunga (SSB). Terakhir, 200.000 unit melalui Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM).

"Kami optimisi dengan dukungan pemerintah untuk rumaj subsidi dengan skema FLPP terus meningkat, dan pasar properti juga membaik. Pertumbuhan kredit kami bisa antara 10 persen," beber Direktur Utama BTN, Haru Koesmahargyo, dalam webinar 'Prospek Pembiayaan Perumahan 2020' lalu.

Peningkatan itu, lanjut Haru, didukung pembiayaan rumah subsidi menjadi fokus BTN. Kendati, BTN juga menyasar kelas menengah yang berpenghasilan di atas masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), dengan harga rumah di atas Rp200 juta-Rp500 juta. Potensi pembiayaan KPR ini dinilai cukup besar di tahun 2022.

Tingginya minat pembelian KPR ini dirasakan, Kurnia Ilahi (23), selaku admin PT Artha Duta Mandiri yang menyiapkan perumahan Artha Duta Tampat Durian, Kelurahan Korong Gadang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. Terutama, banyaknya kaum muda memburu KPR bersubsidi.

"Tahun ini, dari 82 unit KPR subsidi yang kita punya, cuma sisa 1 unit. Kebanyakan pembelinya karyawan swasta, dan usia muda, bahkan banyak belum nikah. Yang sudah akad 35 orang, sisanya 46 unit belum akad, tapi sudah setuju," terangnya.

Komisioner BP Tapera, Adi Setianto, kepastian peluang rumah subsidi 2022 ini akan makin menguat. Atas dukungan BP Tapera, ini sangat membantu pengembang dan MBR dalam pembiayaan perumahan untuk jangka panjang dan stabil. Apalagi, Tapera dipercaya pemerintah mengelola dana FLPP, dan dana Tapera.

Dikatakan Adi, dana Tapera saat ini sudah mencapai Rp9,4 triliun, sebanyak Rp2,7 triliun disiapkan untuk ASN yang ingin memiliki rumah, atau merenovasi rumah. Sementara dana FLPP yang akan dikelola BP Tapera diperkirakan mencapai Rp22,5 triliun untuk 200.000 unit rumah MBR.

"Backlog perumahan di Indonesia masih tinggi, mencapai 12,7 juta. Tentu ini akan membutuhkan dana cukup besar. Jadi Tapera juga akan kerjasama dengan Pemda untuk rumaj MBR ini," aku Adi.

Kabar positifnya bisnis properti juga muncul dari beragam pengamat properti. Banyak pihak memprediksi tahun 2022, bisnis properti di Tanah Air optimis akan kembali bangkit, sepanjang pemerintah Indonesia mampu menekan penyebaran COVID-19. Terutama untuk rumah subsidi yang disokong pemerintah.

Harapan itu juga bisa dipercaya dengan tingkat minat pembeli rumah. Dari 10 orang dipilih Gatra.com secara acak di Kota Padang, baik karyawan swasta, PNS, dan pedagang, ketika ditanya pilihan antara rumah, kendaraan, usaha, serta makan, semuanya milih rumah. Dengan beragam alasan, rumah bagi mereka lebih utama untuk dimiliki.

"Tentu saya milih rumah, itukan kebutuhan primer. Kalau makan asal mau bergerak, pasti bisa. Kalau kendaraan, itu kebutuhan sekunder, penunjang, biarlah pakai sepeda. Percuma punya mobil bagus, tapi rumah masih ngontrak, rugilah," seloroh Agus Prayitno, pegawai PNS di BPBD Sumbar saat jumpa di kedai kopi.

Bangkit dan Tumbuh Bersama
Memiliki rumah telah menjadi kebutuhan dasar setiap orang. Apalagi, kehadiran rumah menjadi penguat keluarga yang sejatinya pilar utama kekuatan bangsa. Rumah juga benteng pertahanan dari segala risiko kesehatan. Termasuk saat pandemi COVID-19.

Kebutuhan rumah itu, juga tertuang dalam amanat UUD 1945. Demi mewujudkan cita-cita tersebut, Presiden Joko Widodo telah mencanangkan rumah layak huni bagi rakyat sejak 2015 lalu, melalui Program Sejuta Rumah. Dengan harapan untuk memberikan kemudahan masyarakat memiliki hunian.

Pada tahun 2021, tercatat realisasi Program Sejuta Rumah ini mencapai 1.105.707 unit rumah di seluruh Indonesia. Upaya mengatasi kekurangan perumahan (backlog) khusus bagi MBR juga terus dilakukan pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

"Program Sejuta Rumah akan tetap dilanjutkan, karena rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang harus dipenuhi," sebut Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono pertengan bulan lalu.

Terlebih, sambung Direktur Jenderal Perumahan KemenPUPR, Iwan Suprijanto, rumah layak huni sangat dibutuhkan dalam situasi agar bisa terhindar dari penularan COVID-19 saat ini. Dalam percepatan untuk mewujudkannya, butuh kolaborasi antara pemerintah dengan pihak pengembang, dan pemangku kepentingan lainnya.

Dari capaian Sejuta Rumah 2021, sebut Iwan, terdiri dari 826.500 unit rumah MBR, 279.207 unit rumah non MBR. Sebelumnya, sejak bergulir pada 2015 ada 699.700 unit rumah dibangun, 2016 sebanyak 805.169 unit, 2017 ada 904.758 unit, 2018 tercatat 1.132.621 unit, 2019 mencapai 1.357.852 unit, dan 2020 hanya 965.217 unit menurun dilanda COVID-19.

"Capaian Program Sejuta Rumah itu, tak lepas dari dukungan semua pihak. Dengan terus berjalannya program ini, akan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Apalagi, sektor properti memiliki multiplier effect dengan menggerakkan lebih 140 industri," jelas Iwan saat webinar, Jumat, (4/2) lalu.

Menurutnya, sektor properti ini merupakan upaya kolaborasi untuk tumbuh bersama. Mulai dari penyediaan material bangunan, genteng, semen, paku, besi, kayu, kaca, dan lainnya bergerak bersama untuk menjadi konstruksi bangunan yang kuat. Tak ubahnya kesatuan menjadi lokomotif pemulihan ekonomi nasional.

Sementara, di sisi lain, dalam usia #72TahunBTNMelayani, BTN terus mengembangkan layanan di ranah ekosistem perumahan digital. Upaya ini dengan menggandeng berbagai startup. Salah satunya dengan platform Arsitag, yakni marketplace jasa layanan profesional arsitektur, desain interior, dan kontraktor.

Direktur Operation, IT and Digital Banking BTN, Andi Nirwoto menjelaskan, upaya ini untuk mewujudkan BTN One Stop Digital Housing Services bagi seluruh rakyat Indonesia. Tak tanggung-tanggung, platform Arsitag penunjang ekosistem perumahan digital BTN, kini terdapat 6.500 profesional dari berbagai bidang.

"Jadi pengguna BTN Properti/digital mortgage ecosystem BTN tak hanya bisa mencari listing properti atau mengajukan pinjaman secara digital. Pengguna juga bisa mencari layanan renovasi dan desain properti," ujar Andi.

Awal diluncurkan program KPR, BTN memang menjadi kontributor utama dalam mendorong perumahan nasional. Sejak 1976, BTN telah membiayai pembangunan 4,9 juta rumah masyarakat. Setidaknya, 90 persen portofolio kredit BTN terkait sektor perumahan, dan 80 persennya KPR. Bukan itu saja, BTN juga telah menyerap kuota subsidi terbesar, atau lebih dari 70 persen.

Kendati begitu, masih banyak hal yang mesti diperbaiki. Terutama KPR subsidi harus tepat sasaran. Contohnya, Kamran Agus (53), tertarik sejak lama memiliki rumah. Rumah baginya kebutuhan dasar yang mestinya harus dimiliki. Namun sayang, sudah bertahun-tahun mimpinya belum terwujud. Terpaksa tinggal di rumah kontrakan Rp600 ribu per bulan.

Setahun belakangan ia sering memantau, pertumbuhan perumahan di Sumbar makin pesat. Meskipun dilanda pandemi COVID-19, minat pembeli rumah tak surut. Sebab, anak-anak muda makin kreatif, sehingga penghasilan sedikit lebih. Apalagi, setahun lalu perantau di kota-kota besar banyak gulung tikar akibat pandemi, akhirnya beli rumah KPR di kampung halaman.

Namun sayang, pria yang peduli dengan kondisi bencana di Sumbar ini, merasakan ketidaktepatan sasaran KPR subsidi. Dia menilai, banyak orang yang beli rumah subsidi justru dari strata menengah ke atas. Padahal, KPR subsidi diperuntukkan untuk masyarakat berpenghasikan menengah ke bawah.

"Ada yang beli rumah subsidi, tapi punya kendaraan lebih, motor, mobil. Jadi suatu saat harga rumah naik, dia jual ke pihak lain. Jadi kita rakyat kecil ini tak kebagian," keluh yang sering memberikan Sosialisasi Evakuasi Mandiri menghadapi bencana di berbagai daerah ini.

Relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Sumbar ini berharap, adanya koordinasi intens pemerintah dengan perbankan, dan pengembang selaku mitra kerja, dengan maksud penyaluran KPR subsidi lebih tepat sasaran ke depannya. Solusi renyah sangat ia nantikan, agar masyarakat bawah juga memiliki 'istana' Program Sejuta Rumah dengan mudah.

638