Home Internasional Putin: Kepentingan Rusia Tidak Dapat Dinegosiasikan

Putin: Kepentingan Rusia Tidak Dapat Dinegosiasikan

Moskow, Gatra.com - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada hari Rabu (23/2) bahwa kepentingan negaranya tidak dapat dinegosiasikan.

Moskow saat ini mengumpulkan lebih dari 150.000 tentara di perbatasan dengan Ukraina dan Barat, menunggu pentintah baru.

Dalam pidato video menandai Hari Pembela Tanah Air, hari libur umum di negara itu, Putin memberi selamat kepada militer Rusia dan memuji kesiapan tempur tentara setelah dia mengisyaratkan rencana untuk mengirim pasukan ke Ukraina.

"Negara kami selalu terbuka untuk dialog langsung dan jujur, untuk mencari solusi diplomatik masalah yang paling kompleks," kata Putin, dikutip AFP, Rabu (23/2).

Dia menambahkan: "Kepentingan Rusia, keamanan warga kami, tidak dapat dinegosiasikan bagi kami."

Putin berbicara setelah majelis tinggi parlemen, Dewan Federasi, pada Selasa malam memberinya persetujuan dengan suara bulat untuk mengerahkan "penjaga perdamaian", ke dua wilayah Ukraina yang memisahkan diri --yang sekarang diakui oleh Moskow sebagai wilayah independen, dan berpotensi ke bagian lain Ukraina.

Pada Selasa malam, Rusia mengatakan bahwa mereka telah menjalin hubungan diplomatik "di tingkat kedutaan" dengan wilayah yang dikuasai separatis, yang memisahkan diri dari Kyiv pada 2014 dalam konflik yang menelan 14.000 nyawa.

Moskow juga mengatakan akan segera mengevakuasi personel diplomatik dari Ukraina, untuk "melindungi mereka".

Berbicara kepada wartawan pada Selasa malam, Putin menetapkan sejumlah kondisi ketat jika Barat ingin mengurangi eskalasi krisis, dengan mengatakan bahwa Ukraina yang pro-Barat harus membatalkan ambisi keanggotaan Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO), dan mempertahankan netralitas.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada hari Selasa mengumumkan sanksi baru yang keras terhadap Rusia karena "memulai" invasi ke Ukraina, meski mengatakan bahwa masih ada waktu untuk menghindari perang.

Jepang dan Australia juga mengikutinya pada Rabu pagi dengan memberi sanksi keras untuk Moskow dan individu yang terkait dengan agresi terhadap Ukraina. Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyebut anggota dewan keamanan Rusia "berperilaku seperti preman dan pengganggu".

Biden mengumumkan apa yang disebutnya "tahap pertama" sanksi, termasuk langkah-langkah untuk membuat Rusia kekurangan pembiayaan dan menargetkan lembaga keuangan dan "elit" negara itu.

Namun dia membiarkan pintu terbuka untuk upaya terakhir diplomasi untuk mencegah invasi Rusia skala penuh.

"Tidak diragukan lagi bahwa Rusia adalah agresor, jadi kami melihat dengan jelas tentang tantangan yang kami hadapi," kata presiden.

Pidato Biden mengikuti gelombang sanksi yang diumumkan oleh Inggris dan Uni Eropa, setelah Putin mengakui wilayah separatis Donetsk dan Lugansk yang dideklarasikan sendiri minggu ini.

Jerman juga mengumumkan penghentian sertifikasi pipa gas Nord Stream 2 dari Rusia.

Moskow mengatakan bahwa rezim sanksi akan menjadi bumerang.

“Sanksi yang dipimpin AS akan merugikan pasar keuangan dan energi global," kata Anatoly Antonov, duta besar Rusia untuk Amerika Serikat. Ia menyebut dalam sebuah posting Facebook, bahwa orang Amerika biasa akan "merasakan konsekuensi penuh dari kenaikan harga".

200