Home Kesehatan Kasus Omicron Tembus Rekor 60 Ribu, GPFI Pastikan Stok Obat Aman

Kasus Omicron Tembus Rekor 60 Ribu, GPFI Pastikan Stok Obat Aman

Jakarta, Gatra.com- Ketua Umum Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) Tirto Kusnadi menegaskan bahwa perusahaan farmasi yang tergabung dalam GPFI berkomitmen untuk terus menjamin ketersediaan obat-obatan dan vitamin secara nasional. Dukungan penyediaan obat-obatan dalam menghadapi gelombang ketiga Omicron ini ditujukan agar tidak lagi terjadi kelangkaan obat-obat seperti saat serangan gelombang kedua tahun lalu.

“Sebagai komitmen perusahaan farmasi yang tergabung dalam GPFI terus menjamin ketersediaan obat dan vitamin di 34 provinsi seluruh Indonesia,” ungkap Tirto dalam konferensi pers GP Farmasi Indonesia bertema: "Cukupkah Ketersediaan Obat Untuk Menghadapi Gelombang III COvid di Indonesia??" di Jakarta, Jumat (25/2).

Tirto menyebut bahwa GPFI telah mengerahkan segala kemampuan sesuai dengan kapasitas dan keahlian masing-masing anggotanya untuk percepatan riset dan pengembangan. “Serta proses produksi, distribusi dan penguatan jaringan ritel apotik dan pedagang besar farmasi (PBF) telah secara konsisten dilakukan untuk ketersediaan obat covid dan vitamin,” ungkapnya.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) Tirto Kusnadi. (GATRA/Dok. GPFI)

Adapun GPFI menguasai 88% volume peredaran obat nasional. Secara nasional, komitmen GPFI untuk menjaga ketersediaan obat-obatan dalam menghadapi gelombang ketiga Covid-19 ini telah melibatkan lebih dari 160 pabrik farmasi yang memproduksi kurang lebih 2.000 jenis zat obat.

Dari sisi distribusi turut melibatkan lebih dari 1.600 pedagang besar farmasi dengan 600 cabang di seluruh Indonesia. Serta telah menyalurkan obat-obatan kepada lebih dari 15.000 klinik dan Puskesmas. Juga 3.000 Rumah Sakit, lebih dari 17.000 apotik serta sekitar 5.000 toko obat dan retailer lainnya.

Meskipun kasus baru telah mencapai rekor baru diatas 60 ribu yang menyebabkan banyaknya kebutuhan obat resep dan obat gejala covid lainnya, namun hingga saat ini tidak ada keluhan masyarakat tentang kekosongan obat. Hal ini menurut Tirto membuktikan bahwa industri farmasi nasional telah mencapai level kemandirian dan ketahanan obat nasional, karena kekuatan kapasitas produksi, distribusi dan retail yang merata di seluruh pelosok tanah air.

“Fakta bahwa sampai dengan saat ini, kita tidak lagi mendengar adanya kabar langkanya obat-obatan selama gelombang ketiga ini adalah bentuk prestasi dan kolaborasi dari semua stakeholder, yaitu GPFI, Kementerian Kesehatan dan BPOM. Patut kita banggakan dan syukuri bersama, dengan ketersediaan obat dan vitamin GPFI, masyarakat bisa memperbaiki kualitas hidupnya karena cepat sembuh dan kembali beraktivitas untuk perbaikan ekonomi masyarakat dan bangsa,” papar Tirto.

105