Home Internasional Dubes Ukraina untuk AS Tuduh Rusia Pakai Bom Vakum Mematikan

Dubes Ukraina untuk AS Tuduh Rusia Pakai Bom Vakum Mematikan

Washington, D.C, Gatra.com - Duta Besar (Dubes) Ukraina untuk Amerika Serikat (AS) telah meminta anggota Kongres AS untuk membantu lebih banyak karena negaranya menolak berlangsungnya "perang brutal" dari Rusia. Dia mengatakan bahwa Rusia telah menggunakan bom vakum dalam invasinya.

"Mereka menggunakan bom vakum hari ini, yang sebenarnya dilarang oleh konvensi Jenewa," kata Duta Besar Oksana Markarova, usai pertemuan dengan para politisi, Senin (waktu setempat).

"Kehancuran yang coba ditimbulkan oleh Rusia di Ukraina sangat besar," katanya, dikutip ABC News, Selasa (1/3).

Diketahui, bom vakum menggunakan oksigen dari udara sekitarnya untuk menghasilkan ledakan suhu tinggi, dan gelombang kejut yang mematikan dari paru-paru siapa pun di sekitarnya.

Bom ini juga dikenal sebagai hulu ledak termobarik, dan biasanya menghasilkan gelombang ledakan dengan durasi yang jauh lebih lama daripada ledakan konvensional.

Markarova mengatakan Ukraina bekerja secara aktif dengan AS untuk mendapatkan lebih banyak senjata dan sanksi yang lebih keras.

"Mereka harus membayar, mereka harus membayar harga yang mahal," katanya setelah pertemuan.

Perwakilan Demokrat Brad Sherman, yang hadir dalam pertemuan itu, mengatakan Ukraina telah meminta zona larangan terbang yang diberlakukan AS di atas Ukraina, tetapi dia merasa itu terlalu berbahaya karena dapat memicu konflik dengan Rusia.

Selama berhari-hari ada laporan menyebut bahwa peluncur roket TOS-1 Rusia telah dimobilisasi di Ukraina timur dan terlihat di dekat kota Kharkiv.

Mereka mampu meluncurkan hingga 30 roket yang dipersenjatai dengan bom vakum.

Senjata termobarik yang lebih kecil juga dapat digunakan dalam pertempuran jarak dekat, adapun versi yang lebih besar dapat digunakan dengan pesawat serang.

Jenis senjata ini sudah, ketika pasukan Amerika menggunakan senjata termobarik di Vietnam, dan juga digunakan di Afghanistan untuk menyerang wilayah pegunungan Tora Bora.

Pasukan Rusia mengerahkan dalam konflik Chechnya lebih dari dua dekade lalu.

Menurut Amnesty International, sejak invasi pasukan Rusia telah menargetkan sekolah dengan empat serangan, termasuk menggunakan bom cluster untuk menyerang sebuah prasekolah tempat warga sipil bersembunyi.

Tiga orang, termasuk seorang anak, tewas dalam serangan di kota Okhtyrka, di timur laut Ukraina.

Amnesty mengutip rekaman drone dari tempat kejadian yang menunjukkan bahwa amunisi tandan menghantam setidaknya tujuh lokasi di dekat gedung, empat di atap dan tiga di trotoar tepat di luar sekolah.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuduh Rusia mengintensifkan penembakan dalam upaya memaksa pemerintahnya membuat konsesi selama pembicaraan damai.

Sekjen Amnesty International Agns Callamard menyebut ada gudang penyimpanan logistik 300 meter di utara sekolah yang mungkin menjadi sasaran serangan.

“Tetapi senjata "idak terarah dan tidak akurat, tidak boleh digunakan di wilayah sipil,” katanya.

"Tidak ada pembenaran untuk menjatuhkan amunisi tandan di daerah berpenduduk, apalagi di dekat sekolah," katanya.

“Serangan ini memiliki semua ciri khas penggunaan Rusia atas senjata yang secara inheren dilarang dan dilarang secara internasional, ini dan menunjukkan pengabaian mencolok terhadap kehidupan sipil,” ujarnya.

Callamard ingin serangan bom cluster diselidiki sebagai kejahatan perang.

"Sangat memilukan melihat serangan membabi buta terhadap taman kanak-kanak dan taman kanak-kanak di mana warga sipil mencari tempat berlindung yang aman," katanya.

78