Home Internasional Rusia Semakin Agresif, AS Siap Berlakukan Sanksi Ekonomi yang Keras

Rusia Semakin Agresif, AS Siap Berlakukan Sanksi Ekonomi yang Keras

Jakarta, Gatra.com – Langkah agresif Rusia menyerang Ukraina lewat operasi militer khusus di Donbas memunculkan reaksi yang keras dari dunia internasional. Invasi ke wilayah bekas Uni Sovyet yang berlangsung lebih dari sepekan itu merenggut nyawa korban sipil di Ukraina. Sejumlah negara di Uni Eropa merespons agenda tersebut dengan menjatuhkan sanksi ekonomi yang keras terhadap Rusia.

Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Sung Yong Kim menyatakan, Amerika Serikat (AS) berinisiatif untuk menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Kremlin. Tak main-main, sanksi diberikan kepada layanan perbankan Rusia yang selama ini aktif beroperasi di sejumlah negara besar.

“AS, Inggris, Uni Eropa, Jepang, dan Kanada telah menghapus beberapa Bank Rusia dari sistem pesan SWIFT dan memberlakukan tindakan pembatasan pada Bank Sentral Rusia,” ujar Kim dalam keterangan pers pada Jumat (4/3).

Menurut Kim, tindakan tersebut sesuai dengan arahan Presiden AS Joe Biden. Dalam keterangannya dari Gedung Putih, Biden mengumumkan sanksi keuangan secara menyeluruh dan kontrol ekspor ketat yang berpotensi merugikan ekonomi, sistem keuangan, dan akses Rusia ke teknologi mutakhir.

“Setelah memulai invasinya, mata uang rubel mencapai titik terlemahnya dalam sejarah, dan pasar saham Rusia jatuh. Bersama dengan Inggris dan Uni Eropa, AS menjatuhkan sanksi kepada Rusia, termasuk Putin sendiri,” ujar mantan penjabat Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik itu.

AS menurutnya akan menjatuhkan sanksi ekonomi yang lebih keras jika Rusia melancarkan serangan yang tak terkendali. Sejumlah sanksi itu seperti menghambat kemampuan Rusia melakukan bisnis, serta menghambat kemampuan Rusia untuk membiayai dan mengembangkan militernya. “Kami akan melemahkan kemampuan Rusia untuk bersaing dalam ekonomi global. Dan kami siap untuk berbuat lebih banyak lagi,” ujar Kim.

Selain “hukuman” ekonomi, Presiden AS Joe Biden mengesahkan tambahan bantuan keamanan senilai US$350 juta untuk membantu Ukraina mempertahankan diri dari gempuran perang, sehingga total bantuan keamanan AS ke Ukraina setahun terakhir menjadi lebih dari US$1 miliar.

“Amerika Serikat juga telah berkoordinasi dengan negara-negara utama penghasil dan konsumen minyak dunia untuk menekankan kepentingan bersama kita dalam mengamankan pasokan energi global,” katanya.

Kim, menyebut agresi Rusia ke Ukraina akan sangat merugikan Rusia, baik secara ekonomi maupun strategis. “Rakyat Rusia berhak mendapatkan yang lebih baik dari pemerintah mereka alih-alih tanggunan biaya masa depan yang besar yang disebabkan oleh invasi ini,” pungkas lelaki yang menjabat Perwakilan Khusus AS untuk Kebijakan Korea Utara (DPRK) di Washington DC itu.

147