Home Pendidikan Cegah Nikah Dini, BKKBN Ingin Edukasi Seks Diberikan Terbuka

Cegah Nikah Dini, BKKBN Ingin Edukasi Seks Diberikan Terbuka

Bantul, Gatra.com – Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut dari seribu pernikahan tahun lalu, sebanyak 20 adalah pernikahan dini. Setiap tahun angka pernikahan di Indonesia menyentuh dua juta.

“Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, angka pernikahan dini yang terjadi tidak mengalami peningkatan. Meskipun ada anggapan selama pandemi angka pernikahan dan hamil muda meningkat, tapi itu tidak,” kata Hasto, di Bantul, Jumat (11/3).

Menurut Hasto penyebab tingginya remaja yang meningkat dini karena kurangnya pemahaman mereka terhadap hubungan seks. Selama ini pendidikan terhadap pendidikan seks atau kesehatan reproduksi masih didiskreditkan di banyak institusi pendidikan.

”Sebenarnya ada pendidikan soal kesehatan reproduksi itu bagus, dan bagaimana lebih terbuka serta jangan diskreditkan seharusnya,” ujarnya.

Sebagai dokter spesialis kandungan, Hasto menegaskan bahwa pelajaran tentang seks berbeda dengan pelajaran tentang hubungan seks. Banyak tuduhan bahwa pemberian pelajaran tentang seks disangka ingin memberikan pelajaran tentang hubungan seks.

Dengan adanya pelajaran tentang kesehatan reproduksi maupun seks maka ini akan menjadi faktor utama penurunan usia dini pada remaja berusia 15-19 tahun. Pelajaran tentang itu akan memberikan remaja mengenai resiko pada kesehatan reproduksi.

“Mereka tahunya hanya nikah dini, tetapi tidak kawin dini. Sebab tidak paham resikonya. Dari pernikahan dini, Indonesia dinyatakan sebagai negara nomor dua tertinggi dalam jumlah penderita kanker rahim,” lanjut Hasto.

Dibandingkan dengan negara maju, dimana pendidikan tentang kesehatan reproduksi dan hubungan seks disampaikan terbuka. Remaja di sana menjadi paham mengenai resiko nikah maupun kawin dini.

Tidak hanya itu, kehamilan di usia muda disebutnya memiliki sumbangan pada tingginya angka stunting di Indonesia. Dimana di kehamilan usia muda, remaja dari sisi fisik belum siap.

“Ini yang perlu disebarluaskan biar mereka itu takut untuk kawin dini,” tegasnya.

Menanggapi pertanyaan Gatra.com, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sepakat bahwa pernikahan dan kehamilan dini merupakan penyebab tingginya angka stunting.

Namun untuk memasukan materi kesehatan reproduksi dan hubungan seks kedalam materi pembelajaran di sekolah, pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Riset Teknologi (Kemendikbud Ristek).

“Pendidikan seks nanti kita bicarakan dengan Pak Nadiem,” kata Yaqut singkat.

176