Home Gaya Hidup Denny JA Siapkan 34 Film Puisi Esai Soal Kearifan Lokal di Semua Provinsi

Denny JA Siapkan 34 Film Puisi Esai Soal Kearifan Lokal di Semua Provinsi

Yogyakarta, Gatra.com - Komunitas puisi esai menyiapkan 34 film berdasakan puisi esai tentang kearifan lokal semua provinsi di Indonesia.

Hal ini menandai ulang tahun ke-10 komunitas puisi esai pada 17 Maret 2022 lalu. Sastrawan dan penulis generasi pertama puisi esai, dari Aceh hingga Indonesia Timur, pun hadir dalam peringatan ultah komunitas itu di Jakarta.

Penggagas puisi esai, Denny JA, mengungkapkan generasi pertama puisi esai mensyukuri pencapaian 10 tahun komunitas itu. Selama satu dasawarsa, komunitas itu sudah menerbitkan lebih dari 150 buku puisi esai.

Selain itu, karya-karya puisi esai juga akan dijadikan skenario untuk diwujudkan sebagai film. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya 34 film sesuai jumlah provinsi di Indonesia.

“Ini pertama kali di dunia. Akan hadir 34 film yang semua skenarionya berdasarkan puisi, tepatnya puisi esai. Sebanyak 34 skenario film dari local wisdom 34 provinsi sudah selesai ditulis, selama dua tahun oleh tim yang terdiri dari 7 orang,” kata Dennya, dalam keterangan tertulis, Senin (21/3).

Menurutnya, saat ini sudah terbit pula situs puisi esai di internet. Lebih dari 100 karya puisi esai telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Dengan menghadirkan ke medium film, ia berharap puisi esai dapat dinikmati secara lebih luas.

Saat ini komunitas puisi esai di negara-negara ASEAN juga telah aktif. Puisi esai, kata Denny, telah meluas ke Malaysia, Singapura, Brunei, hingga Thailand. Setiap bulan, komunitas puisi esai ASEAN ini menyelenggarakan webinar.

"Puisi esai pun kini menjadi kosa kata baru dalam kamus bahasa Indonesia. Resmi sudah sejak tahun 2020 bahkan kamus bahasa Indonesia mendefinisikan puisi esai sebagai sebuah ragam sastra yang berbeda," ujarnya.

Menurut Denny, Panitia Nobel Sastra Swedia juga mengundang komunitas puisi esai untuk mencalonkan sastrawan Indonesia sebagai peraih Nobel.

Para sastrawan dari Aceh hingga Indonesia Timur jug disebut melihat undangan asli dari The Swedish Academy sebagai panitia Nobel. Amplop besar yang ditujukan untuk komunitas puisi esai pun ditunjukkan di acara syukuran, lengkap dengan perangko dari Swedia.

“Ke depan, ini juga yang pertama di Indonesia. Akan ada dana abadi untuk terus membiayai kegiatan puisi esai. Generasi pertama puisi esai, termasuk saya, pada waktunya tak hadir lagi di dunia. Tapi dana abadi ini akan terus hadir membiayai kegiatan puisi esai,” ujarnya.

Denny menyatakan, saat ini kita hidup di era paling besar, lebih besar dibanding era manapun dalam sejarah. Pada era ini, banyak hal baru diciptakan oleh ilmuwan, wirausaha pengusaha, dan politisi. "Tapi apa hal baru yang disumbangkan sastrawan di era ini?” katanya.

Menurut Denny, puisi esai diikhtiarkan membawa hal baru dalam sastra. Untuk itu, karakter puisi esai akan lebih diperjelas. "Puisi esai akan mengabarkan kisah- kisah hak asasi manusia sebagai seting sosial bagi drama individu melalui sastra," katanya.

80