Karanganyar, Gatra.com - Harga rata-rata minyak goreng (migor) curah di 15 pasar tradisional di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp14 ribu. Malahan, di beberapa pasar tradisional, salah satu bahan pokok ini tidak ditemukan.

Berdasarkan rekapitulasi harga sembako yang dihimpun Disdagnakerkop UKM Kabupaten Karanganyar, harga rata-rata pada Jumat (25/3) untuk migor tanpa merek/curah Rp17.667 per liter. Pasar Nglano Tasikmadu menduduki peringkat tertinggi harga migor curah Rp24 ribu.

Disdagnakerkop UKM Kabupaten Karanganyar bahkan tidak mendapati migor curah yang dijual di Pasar Kebakkramat, Jatipuro dan Pasar Tuban pada Kamis (24/3). Sedangkan pada Rabu (23/3), migor tak tersedia di Pasar Malangjiwan Colomadu, Kebakkramat dan Jatipuro.

Empat pasar tradisional ini menjadi langganan mengalami kondisi demikian dalam sepekan terakhir. Distributor minyak goreng curah tak menyetornya ke pasar itu, diduga kehabisan stok. Hal ini dikuatkan sidak Satgas Mafia Pangan Polres Karanganyar ke gudang PT Vinoli pada Jumat siang (25/3). Pasokan rutin dari pabrik di Semarang ke distributor ini berhenti sejak delapan hari lalu.

Kasi Perdagangan Disdagnakerkop UKM Karanganyar, Eko Supriyadi mengatakan kondisi berlainan pada migor kemasan. "Kemasan merek ada di semua pasar. Bimoli rata-rata Rp25 ribu per liter. Merek Hemart Rp24,3 ribu per liter. Tersedia. Enggak langka," katanya kepada Gatra.com, Jumat (25/3).

Kepala Produksi PT Vinoli Karanganyar, Mulyadi mengatakan sudah delapan hari pabrik di Semarang menyetop kirimannya. Padahal gudangnya membutuhkan pasokan 30 ton migor curah per hari.

"Akhirnya enggak melayani pembelian migor curah. Akhirnya kami hanya repacking yang kemasan saja," katanya.

Dewi, salah satu pedagang kelontong Pasar Jungke di Kios Surya mengatakan pasokan migor curah tak bisa diandalkan stabil. Sehingga, ia memilih jualan migor kemasan saja.

"Susah nyari pemasok curah. Adanya kemasan," katanya.