Home Internasional Eks Wantimpres: Ukraina Dibela, Kok Palestina Tidak?

Eks Wantimpres: Ukraina Dibela, Kok Palestina Tidak?

Jakarta, Gatra.com - Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI, Prof. Ginandjar Kartasasmita, menyayangkan mengapa simpati warga dunia ke Ukraina jauh lebih banyak ketimbang simpati kepada Palestina.

“Dalam benak saya terlintas, seandainya reaksi yang keras seperti itu juga dilakukan bagi rakyat Palestina yang selama 70 tahun terusir atau menjadi orang asing di tanah airnya sendiri. Kenapa Ukraina dibela, sementara Palestina tidak dibela?” ujar Ginandjar dalam webinar yang digelar Universitas Paramadina, Rabu, (30/3).

Setidaknya, sentimen yang sama juga terjadi di ruang publik warga Indonesia, terutama di media sosial. Kantor berita Al-Jazeera menyoroti situasi ini pada laporannya yang dirilis Sabtu, (19/3/2022), lalu.

Simpati warga Indonesia kepada Ukraina terpantau minim lantaran masyarakat Tanah Air melihat adanya standar ganda perilaku negara-negara Barat terhadap Ukraina dan Palestina serta negara-negara rawan konflik lainnya. Menurut warganet RI, Palestina juga seharusnya mendapatkan simpati yang sama seperti yang didapat Ukraina.

“Ada masalah standar ganda dan whataboutism mengapa Israel membombardir Palestina tetapi tak ada simpati bagi Palestina, tapi kok tiba-tiba ramai simpati untuk Ukraina ketika disernag Rusia?” ujar Yohanes Sulaeman, dosen hubungan internasional Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), seperti dilansir Al-Jazeera.

Tak hanya itu, Al-Jazeera juga sempat menyoroti standar ganda negara-negara Barat dalam hal menangani pengungsi dari wilayah konflik. Beberapa mahasiswa Afrika di Ukraina mengaku kesulitan mengungsi ke negara lain karena dihadang petugas di perbatasan, tak semudah apa yang dialami pengungsi Ukraina ketika menyeberang ke wilayah lain.

“Kami merasa diperlakukan seperti binatang,” ujar Gurure, seorang mahasiswa berusia 19 tahun asal Zimbabwe yang sedang menimba ilmu di National Aviation University, seperti dilansir Al-Jazeera, (2/3/2022).

Masyarakat Indonesia juga menyoroti situasi tersebut, tak terkecuali Ginandjar. Ia menyesalkan mengapa pengungsi Ukraina diperlakukan layaknya seorang tamu istimewa, sementara pengungsi dari negara lain diperlakukan berbeda.

“Banyak sekali pengungsi dari wilayah konflik Irak, Libya, Suria, dan beberapa wilayah lain di Afrika mencari suaka di Eropa. Mereka tidak diperlakukan seperti pengungsi dari Ukraina,” ujar Ginandjar.

Maka dari itu, Ginandjar mewajarkan terjadi diskursus mengenai standar ganda perilaku negara-negara Barat ini. Merujuk pada ekonom asal turki, Dani Rodrik, Ginandjar menyebut bahwa orang awam di banyak negara non-Barat menganggap kekuatan Barat sebagai oportunistik, munafik, dan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri semata.

357