Home Nasional BPIP Minta Media Sosial Diisi Konten yang Sesuai Nilai Pancasila

BPIP Minta Media Sosial Diisi Konten yang Sesuai Nilai Pancasila

Sleman, Gatra.com - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menyatakan media sosial menjadi platform penting dalam mengenalkan nilai Pancasila karena keterjangkauannya yang luas, membentuk opini, dan bisa diakses kapanpun serta di manapun.

Hal itu disampaikan Yudian saat membuka dialog kebangsaan “Pembangunan Narasi Persatuan dalam Kebhinekaan dan Moderasi Beragama antar Tokoh Agama se-Indonesia” gelaran BPIP di Hotel royal Ambarrukmo, Sleman, Rabu (30/3).

"Media sosial menjadi platform penting dalam mengenalkan mata pelajaran Pancasila kepada siswa dan mahasiswa kita. Dalam mata pelajaran Pancasila, 30% materi bersifat teoritis dan 70% materi lebih bersifat menggali Pancasila pada kehidupan masyarakat melalui tradisi dan kebudayaan," ujarnya.

Untuk itu, di ajang ini berbagai perwakilan organisasi lintas agama mendeklarasikan 14 sikap etika dalam bermedia sosial yang mengedepankan nilai-nilai Pancasila.

Isi deklarasi itu antara lain meneguhkan peran media sosial dalam memberikan edukasi untuk pemahaman kebhinekaan dan moderasi beragama demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara; serta menjadikan media sosial sebagai sarana literasi dalam penyebarluasan narasi untuk menguatkan wawasan keberagaman dan kebangsaan.

Di forum ini, Yudian juga menyinggung soal konsensus dalam berbangsa dan bernegara. Menurutnya, legitimasi kebangsaan tertinggi bukan muncul dari suatu kelompok tertentu. Tetapi, ada di kebersamaan dan persahabatan.

"Artinya, konsensus merupakan sumber hukum tertinggi yang mengatur kehidupan. Untuk agama, konsensusnya adalah kitab suci masing-masing. Karena ini dalam kehidupan bernegara, maka konsensusnya termaktub dalam UUD 1945. UUD 45 itu isinya nilai-nilai keagamaan yang sudah disepakati bersama, tapi bahasanya memakai bahasa hukum," tuturnya.

Karenanya, Yudian menegaskan bahwa tidak ada toleransi tanpa konsensus karena nanti masing-masing standarnya berbeda. "Masing-masing nanti punya warna antara kelompok yang satu dengan yang lainnya," tambah Yudian.

Rektor UIN Sunan Kalijaga, Al Makin, mengatakan, dialog Kebangsaan ini didasarkan pada kajian UIN Suka selama bertahun-tahun tentang hubungan persahabatan antar umat beragama maupun internal beragama.

Dalam banyak kajian Perguruan Tinggi Negeri Keagamaan Islam (PTKIN) mulai dari UIN Ar Raniry Aceh sampai IAIN Papua, ditemukan hasil bahwa persahabatan di kalangan remaja, anak, dan para mahasiwa umumnya didadasari kesamaan iman, kedaerahan, dan aliran. "Jarang sekali persahabatan didasari lintas organisasi dan lintas iman," kata Al Makin.

Karena itu, Al Makin mengatakan bahwa ukuran moderasi beragama itu sederhana yakni, seberapa banyak teman kita yang tidak berbahasa sama dengan kita, tidak berorganisasi sama dengan kita, dan tidak sama cara beribadahnya.

"Maka mari kita tingkatkan persahabatan diantara kita yang berbeda-beda agama, kepercayaan, etnis, golongan dan seterusnya," kata Al Makin.

"Mari kita sosialisasikan di masyarakat dan medsos, bahwa kita semua bersahabat, berkawan, dan bersaudara. Saya kira ini sangat diperlukan dalam konteks ke-Indonesiaan yang sangat kaya," tambah Al Makin.

76