Home Hukum Atasi Klithih, Ridwan Kamil Beri Saran ke Sultan

Atasi Klithih, Ridwan Kamil Beri Saran ke Sultan

Bantul, Gatra.com – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyarankan Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta untuk merangkul pimpinan para pelaku klithih. Hal ini dulu pernah dilakukan Kang Emil, sapaan akrabnya, dalam menangani kejahatan jalanan.

“Dulu Bandung terkenal dengan geng motornya, namun relatif lebih rendah dibandingkan sini. Penanganannya, salah satunya adalah merangkul mereka,” kata Emil usai bertamu ke kediaman seniman Butet Kertaradjasa di Bantul, Rabu (6/4).

Berdasarkan pengalamannya, Emil memberi masukan agar para pelaku aksi itu memiliki organisasi. Untuk itu, pimpinan aksi itu perlu dirangkul kemudian dimasukkan dalam organisasi formal untuk berkegiatan.

“Itu pernah kita lakukan. Kemudian semua tokoh itu dilatih dan mendapatkan tentang wawasan kebangsaan, ketertiban, dan lain-lain,” ungkap mantan Wali Kota Bandung itu.

Menurutnya, penanganan tidak hanya pada taraf edukasi atau imbauan. Namun harus didukung dengan pembuatan program perekrutan semua pelaku untuk dilatih oleh institusi negara.

“Pulang-pulang mungkin pemikirannya bisa lebih baik. Secara nasional, program ini bisa dijalankan. Mungkin bisa menjadi masukan,” lanjutnya.

Berdasarkan pengalamannya, Emil bercerita bahwa pada dasarnya orang Indonesia hanya butuh dirangkul. Ibarat bola bekel, jika dipukul semakin keras ia akan memantul keras juga. Namun berbeda ketika ia dirangkul dan dilempar perlahan-lahan. Pantulan yang dihasilkan pun akan pelan.

“Intinya cuma satu sebenarnya, sibukkan para pemuda itu dengan kegiatan-kegiatan positif agar mereka tidak berbuat nakal,” tegas Emil.

Pandangan yang hampir sama juga disampaikan Butet. Menurutnya, klithih sering muncul karena kurangnya infrastruktur sebagai tempat bertumbuh komunitas-komunitas seni yang difasilitasi pemerintah melalui Dana Keistimewaan (Danais).

“Tempat-tempat seperti itu harus terus ditumbuhkan dan diperbanyak. Saya yakin kalau mereka sudah bersentuhan dengan kebudayaan, mereka akan berbeda,” katanya.

Menurutnya, klithih menjadi kompensasi saat anak-anak muda remaja butuh dan mencari perhatian secara gampang dan primitif, yaitu dengan membacok dan melakukan tindakan kriminal.

Terkait klithih, anggota keluarga Keraton Yogyakarta Raden Mas Acun Hadiwidjojo (KRT Poerbokusumo) melalui Komunitas Obar Abir mendeklarasikan gerakan ‘Habisi Klithih’ pada Selasa (5/6) malam.

“Ini sebagai bentuk keprihatinan kami dengan kemunculan klithih setiap malam. Bukannya kami tidak percaya dengan aparat. Tapi peberapa kali (pelaku) ditangkap, dilepas, dengan dalih janggal, seperti masih di bawah umur,” katanya.

Untuk  itu, 1.800 orang anggota komunitas itu akan berkeliling dan berjaga di berbagai kawasan yang rawan kejahatan. Jika ada pelaku klithih, Acun mengatakan mereka akan memproses pelaku sesuai hukum plus akan dibikin kapok.

190