Home Politik Reaksi AHY Saat Ditanya Kesaksian Angelina Sondakh Soal Dalang Korupsi Wisma Atlet

Reaksi AHY Saat Ditanya Kesaksian Angelina Sondakh Soal Dalang Korupsi Wisma Atlet

Yogyakarta, Gatra.com - Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Agus Harimurty Yudhoyono (AHY) enggan menanggapi pernyataan mantan politisi PD Angelina Sondakh.

Sebelumnya di sebuah stasiun televisi, Sondakh mengungkap ketakutannya untuk membongkar dalang kasus korupsi Wisma Atlet yang membuatnya divonis 10 tahun penjara. Sondakh kini menjalani program cuti menjelang bebas.

Kasus korupsi Wisma Atlet yang menjerat Sondakh terjadi di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Umum PD kala itu sekaligus ayah AHY.

Selama dua hari, 6-7 April, Agus berkeliling di Yogyakarta dalam agenda Safari Ramadan. Ia antara lain menyambangi Malioboro, Masjid Jogokariyan, hingga ke kafe di Alun-alun Utara Yogyakarta, Rabu (6/4) malam, untuk berdialog dengan mahasiswa dan jurnalis.

Usai acara tersebut, mendengar pertanyaan Gatra.com soal pernyataan Sondakh, Agus melengos. Ia hanya berkata singkat.

“Nanti saja ya. Kami sudah ditunggu di sana,” kata Agus kepada Gatra.com sambil berjalan ke arah kafe lain.

Sebelumnya, pada acara itu, Agus melancarkan kritik keras ke pemerintah, terutama soal rencana penambahan periode presiden dan propaganda para buzzer.

“Mau ada amandemen supaya bisa terjadi tiga periode. Jabatan (presiden) dibatasi dua periode itu karena cukup sebenarnya,” ujar dia.

Ia pun menceritakan saat ayahnya, SBY, menerima usulan serupa saat masih menjabat presiden. Namun SBY, kata Agus, menolak usulan itu.

Menurutnya, jika periode jabatan presiden diamandemen untuk diperpanjang, bukan tidak mungkin jabatan presiden kelak akan diusulkan tanpa batasan periode.

“Begitu lepas (diamandemen), tambah satu kali lagi, setelah itu enggak ada limitnya,” tuturnya.

Agus menyatakan pemerintah tak memprioritaskan masalah rakyat saat ini. “Kok rakyat susah, harga-harga naik, bukannya mencari solusi terbaik, tapi malah memperpanjang kekuasaan. Konstruksi berpikirnya tidak nyambung,” kata dia.

Kondisi itu membuat rakyat bergerak. Namun, kata Agus, PD justru menjadi korban hoaks, kampanye hitam, dan propaganda yang menyatakan PD ada di balik gerakan tersebut.

“Ini dilancarkan buzzer untuk membuat kita gagal fokus,” ujarnya.

 

1591