Home Ekonomi Perang Ukraina-Rusia Biang Kerok Naiknya Inflasi Global saat Ramadan

Perang Ukraina-Rusia Biang Kerok Naiknya Inflasi Global saat Ramadan

Jakarta, Gatra.com – Bulan Suci Ramadan selalu dinantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia setiap tahunnya, terlebih lagi setelah adanya batasan-batasan mobilitas sosial selama dua tahun terakhir akibat wabah Covid-19.

Akan tetapi, situasi buruk itu tampaknya tak akan segera usai dengan alasan lain, yaitu meningkatnya inflasi global. Perang Rusia vs Ukraina disebut menjadi faktor penyebab utamanya.

Harga gandum meroket tajam sejak perang tersebut meledak padahal produk pangan tersebut merupakan bahan makanan penting bagi jutaan orang di seluruh dunia. Rusia dan Ukraina menyuplai 30% pasokan gandum dunia.

Mesir, misalnya, merupakan negara pengimpor gandum terbesar di dunia. Dua pertiga permintaan gandum dalam negerinya diimpor dari Rusia dan Ukraina. Sekarang, Mesir kelimpungan untuk memenuhi kebutuhan domestiknya.

“Saya ingin jujur dengan rakyat saya, krisis inflasi ini lebih buruk dari krisis Covid-19,” ujar Perdana Menteri Mesir, Mustafa Madbouly, seperti dilansir kantor berita internasional Turki, TRT World, beberapa waktu lalu.

Penyebab pasokan impor gandum ke Mesir dan beberapa negara pengimpor lainnya tersendat, adalah karena Ukraina menutup sejumlah pelabuhannya untuk jalur ekspor gandum. Selain itu, yang paling krusial adalah karena Ukraina berfokus memasok gandum bagi kebutuhan dalam negerinya di masa krisis itu.

Tak hanya gandum, beberapa produk pangan lain juga mengalami inflasi. Harga produk minyak masak di Irak naik hingga 50%. Di Maroko, harga tomat melonjak tinggi. Di negara mereka, tomat digunakan sebagai salah satu bahan dasar makanan harira, sup khas negara itu yang biasa disantap saat berbuka puasa.

Menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB, inflasi yang terjadi saat ini merupakan tertinggi sejak tahun 1974. “Inflasi global kembali balas dendam setelah setidaknya dua dekade. Ini terasa seperti momen pergantian rezim akibat inflasi,” ujar ekonom Fitch Ratings, Brian Coulton.

127