Home Internasional Rusia Tunjuk Jenderal 'Operasi Suriah' Pimpin Pasukan di Ukraina

Rusia Tunjuk Jenderal 'Operasi Suriah' Pimpin Pasukan di Ukraina

Moskow, Gatra.com - Rusia menunjuk seorang komandan baru untuk operasinya di Ukraina, agar lebih memfokuskan upaya perangnya di wilayah di timur, setelah gagal mengamankan wilayah di sekitar ibu kota, Kyiv.

Dikutip Bloomberg, Minggu (10/4), seorang pejabat keamanan dan diplomat Barat yang mengetahui perubahan tersebut mengatakan, komandan Distrik Militer Selatan, Jenderal Alexander Dvornikov akan memimpin pasukan Rusia di lapangan, Kremlin memang belum mengumumkan penunjukan tersebut.

Dvornikov, 60 tahun telah memegang beberapa jabatan senior di militer Rusia, termasuk komandan Distrik Militer Timur Jauh. Dia terutama mengawasi pasukan Moskow di Suriah pada 2015 dan 2016. Mereka bertempur bersama pasukan pemerintah Suriah dalam konflik di mana Presiden Bashar al-Assad dituduh menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri.

Pada perang yang sudah memasuki minggu ketujuh, Rusia sebagian besar telah menarik pasukannya dari utara pasca menghadapi perlawanan sengit dan macet di luar Kyiv. Moskow juga kehilangan banyak tank dan pesawat karena serangan rudal oleh Ukraina.

Saat ini Moskow fokus pada wilayah Donbas timur dan mengambil kota-kota di wilayah Laut Hitam, termasuk Mariupol, yang telah dikepung selama berminggu-minggu. Langkah itu akan memungkinkannya untuk membuat jembatan darat antara Krimea, yang dianeksasi pada tahun 2014.

Institute for the Study of War menyebut Dvornikov bertanggung jawab atas operasi di selatan dan timur Ukraina. “Kurangnya satu komandan keseluruhan telah jelas menghambat kerja sama pasukan Rusia,” katanya dalam sebuah laporan tertanggal 9 April.

“Meskipun struktur lebih disederhanakan, Rusia mungkin akan terus berjuang dengan pengaturan komando dan kontrolnya,” kata institut itu. Sebagian besar bala bantuan yang menuju Donbas diambil dari distrik militer lain, selain yang dipimpin Dvornikov.

“Tidak ada penunjukan jenderal mana pun yang dapat menghapus fakta bahwa Rusia telah menghadapi kegagalan strategis di Ukraina,” kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan pada hari Minggu di “State of the Union” CNN.

“Tidak masalah jenderal mana yang akan ditunjuk Presiden Putin. Tapi, seperti yang Anda catat, jenderal khusus ini memiliki resume yang mencakup kebrutalan terhadap warga sipil di ‘panggung’ lain, di Suriah. Dan kita bisa mengharapkan lebih banyak hal yang sama di ‘panggung’ ini,” katanya.

Ukraina, AS, dan negara-negara lain menuduh pasukan Rusia melakukan kejahatan perang di kota-kota yang mereka duduki di utara, termasuk Bucha, tempat ditemukannya kuburan massal warga sipil saat pasukan Rusia mundur.

Jenderal AS David Petraeus, mantan komandan pasukan NATO di Afghanistan yang mengepalai Badan Intelijen Pusat di bawah Presiden Barack Obama, mengatakan kepada CNN pada hari Minggu bahwa struktur komando yang lebih ramping mencerminkan keinginan Rusia untuk memiliki sesuatu untuk diklaim sebagai kemenangan pada 9 Mei. Hari kemenangan Perang II.

Petraeus juga mengatakan lebih banyak warga sipil kemungkinan akan menjadi sasaran. 

“Rusia dikenal di Suriah pada dasarnya untuk -- kutipan --  'mengurangi populasi'. Itulah yang mereka lakukan pada Aleppo. Itu yang mereka lakukan ke daerah lain. Dan saya pikir kita bisa menilai itu,” katanya.

76