Home Hukum Pelaku Persekusi Ade Armando Bukanlah Mahasiswa

Pelaku Persekusi Ade Armando Bukanlah Mahasiswa

Jakarta, Gatra.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD yakin bahwa pelaku persekusi terhadap pegiat media sosial Ade Armando dalam aksi mahasiswa yang digelar pada Selasa (12/4) bukanlah dari kalangan mahasiswa.

Mahfud menyebut pelaku merupakan "elemen liar". Setelah insiden itu, Mahfud bahkan langsung menghubungi Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran untuk mengusut kasus tersebut.

“Saya langsung menghubungi Kapolda, saya katakan polisi di Indonesia itu mampu menangkap orang yang berbuat keji dan pandai menghilangkan jejak. Orang yang memutilasi orang hanya tersisa satu tangan tapi bisa dicari bisa tertangkap. Semua bisa. Ini harus bisa dicari pelakunya,” kata Mahfud dalam keterangan tertulisnya, Rabu (13/4).

Kepada Fadil Imran, Mahfud meminta polisi menindak pelaku secara adil dan tegas, serta tidak pandang bulu dari kelompok atau afiliasi apa pun.

Pernyataan Mahfud dipertegas oleh temuan Polda Metro Jaya. Polisi menetapkan enam tersangka utama dalam insiden penganiayaan itu.

Mereka adalah Muhammad Bagja, Komarudin, Dhia Ul Haq, Ade Purnama, Abdul Latief, dan Abdul Manaf. Bagja dan Komarudin merupakan dua tersangka awal yang dicokok polisi, masing-masing di wilayah Jonggol, Bogor dan Jakarta Selatan. Keduanya bekerja sebagai pedagang.

Selanjutnya, pada Rabu (13/4), tim Polda Metro Jaya berhasil menangkap pelaku ketiga, Dhia Ul Haq di Pondok Pesantren Yayasan Almadat Serpong, Tangerang Selatan, pukul 02.30 WIB.

Sementara tiga tersangka lain masih buron. Mereka adalah Ade Purnama, Abdul Latif, dan Abdul Manaf.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Endra Zulpan menjelaskan, latar belakang atau pekerjaan para tersangka adalah pelajar, pengangguran, pedagang--salah satunya tukang sate, dan buruh. Tidak ada elemen mahasiswa.

"Jadi, ini kelompok yang melakukan pemukulan, pengeroyokan termasuk pemicu kerusuhan di demonstrasi tanggal 11 April yang lalu adalah kelompok dari elemen yang bukan mahasiswa BEM SI atau dari kelompok non-mahasiswa," kata Zulpan saat konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Rabu (13/4).

Zulpan memastikan bahwa mereka adalah penyusup. Pemukulan itu ada kaitannya dengan pesan media sosial yang tersebar terkait keberadaan Ade Armando di lokasi aksi. Masih diselidiki kelompok atau jaringan para pemukul ini.

Pada pemeriksaan terhadap dua tersangka, Komarudin dan Bagja, diketahui motifnya adalah terprovokasi dengan situasi di tempat kejadian perkara. Bahkan pengakuan Bagja dalam pemeriksaan, ia kesal dengan apa yang selama ini disuarakan oleh Ade Armando dalam media sosialnya.

Di samping enam pelaku utama, sebenarnya ada satu pelaku lainnya lagi. Dia adalah Arif Pardiani, yang ditangkap di kawasan Jakarta oleh jajaran Polda Metro Jaya.

"Ini kalau terlihat di video yang beredar di media sosial, yang bersangkutan melakukan provokasi, di antaranya mengeluarkan kata-kata 'Ade Armando sudah mati', kemudian 'turun semua yang ada di Jakarta'. Yang bersangkutan saat ini sudah kita amankan dan sedang dilakukan pemeriksaan," kata Zulpan.

Dosen Universitas Indonesia, Ade Armando, babak belur dianiaya oleh massa tidak dikenal saat mengikuti aksi demo yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) di depan komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat. Selain dianiaya, pakaian Ade juga dilucuti.

Ade menderita luka di bagian kepala sehingga harus dirawat secara intensif di rumah sakit. Insiden pengeroyokan itu malah mengacaukan aksi yang menuntut ketegasan pemerintah terhadap sejumlah isu, di antaranya soal tiga periode jabatan presiden, kenaikan harga pangan, mafia minyak goreng, konflik agraria, janji-janji sisa jabatan Presiden Jokowi-Maruf Amin. Akhirnya, petugas membubarkan massa aksi dengan kendaraan taktis water cannon dan gas air mata.

148