Home Hiburan Menghabiskan Senja Ramadan di Pantai Kertomulyo

Menghabiskan Senja Ramadan di Pantai Kertomulyo

Pati, Gatra.com – Pati, Jawa Tengah, dikenal sebagai kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani (Bumi Laut dan Pertanian). Bentang alam yang meliputi pegunungan, perbukitan, persawahan, hingga laut, menjadikannya kaya akan keindahan alam. Sehingga banyak destinasi wisata, satu di antaranya adalah Pantai Kertomulyo, Desa Kertomulyo, Kecamatan Trangkil.

Obyek wisata yang juga kawasan konservasi mangrove ini, dapat ditempuh hanya dalam kurun waktu 10 menit dari Kantor Balaidesa Kertomulyo. Pengunjung pun tak perlu kesulitan, karena petunjuk jalan telah disediakan oleh pihak pengelola.

Saat perjalanan menuju ke pantai, pengunjung akan dimanjakan hamparan tambak ikan, lengkap dengan aktivitas warga lokal. Ditambah angin sepoi membuat mata tak akan lelah memandang ciptaan Tuhan.

Selain disuguhi kemilau laut biru yang eksotis dan hijaunya mangrove. Ketika berpaling ke arah barat, pelancong bisa melihat siluet Pegunungan Muria. Wajar saja, Pati merupakan salah satu Triangle of Muria, selain Kabupaten Kudus dan Jepara.

Di bulan suci Ramadan, Pantai Kertomulyo pun menjadi destinasi favorit, baik bagi wisatawan lokal maupun regional untuk ngabuburit. Mengingat, banyak spot cantik untuk berswafoto dan wahana yang tertata apik.

“Di bulan Ramadan ini, ada peningkatan pengunjung. Terlebih saat hari pertama Ramadan. Dibandingkan hari biasa, ada peningkatan empat kali lipat,” kata kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Kertomulyo, Azhar Fikri, Sabtu (16/4).

Biasanya, wisatawan mulai berdatangan selepas Subuh dan sore menjelang azan Magrib. Selain dijejali muda-mudi yang ngabuburit, kawasan tersebut juga banyak dikunjungi wisatawan yang telah berkeluarga.

Tiket masuk ke tempat berpelesir ini sangat terjangkau, pelancong hanya perlu merogoh cuan Rp5.000 untuk sepeda motor, Rp10.000 mobil, dan Rp2.000 untuk sepeda, wisatawan sudah dapat menikmati seluruh wahana dan spot yang telah disediakan pengelola, tanpa dipungut biaya tambahan.

“Kita tidak kenakan biaya masuk perorangan, tetapi yang kita kenakan perkendaraan. Jadi kendaraan diisi berapa orang terserah,” imbuhnya.

Uniknya, 50 persen hasil penjualan tiket, disebutkannya tidak hanya untuk perawatan dan pengembangan objek wisata saja. Namun juga diperuntukkan untuk konservasi di seluruh bibir pantai Kabupaten Pati.

“Sedimentasi selain abrasi banyak terjadi di Pati, sehingga kita juga turut mengkonservasi. Diambilkan dari 50 persen penjualan tiket. Kita banyak dimintai tolong untuk penanaman mangrove di daerah lain,” terangnya.

Pemuda berusia 31 tahun ini menyebutkan, kawasan konservasi mangrove sekaligus wisata edukasi ini mulai dirintis sejak tahun 2014. Dan pada tahun 2019 mendapatkan SK dari Dinas Kepariwisataan. Meski sudah lama dikembangkan, tetapi pembenahan terus dilakukan.

“Kita wahana bermainnya ada kereta mini, bebek-bebekan, spot foto-foto, banyak. Lebaran nanti kita akan tambah lukis-lukisan, traktor-traktoran, pasir-pasiran. Sehingga lebih bersahabat bagi wisatawan yang berkeluarga,” jelas lulusan S1 Psikologi universitas kenamaan di Solo itu.

Diungkapkannya, hutan mangrove di kawasan Pantai Kertomulyo memiliki luas 21 hektare. Sementara yang diperuntukkan untuk objek wisata tidak sampai 1 hektare. Tidak hanya disuguhi keelokan alam, pengunjung juga dapat menambah wawasan baru karena pengelola siap memberikan edukasi cara merawat alam.

“Kebanyakan orang ke sini selain menikmati wisata alam, juga digunakan sebagai edukasi. Bagaimana cara pengelolaan mangrove, kemudian bagaimana merawat lingkungan. Lalu dikenalkan bibit mangrove itu apa saja. Cara nanam, perawatan, dan sebagainya. Kita ada tim khusus,” bebernya.

Seperti halnya obyek wisata di tanah air, destinasi ini juga sempat terdampak saat pagebluk merajalela. Bahkan, pihak pengelola terpaksa menutup berkali-kali sebagai bukti kepatuhan terhadap seruan pemerintah.

“Pandemi Covid-19 tutup, ada dua periode. Periode pertama kita langsung tutup 8 bulan, kedua tutup 4 bulan. Buka kembali pada bulan Oktober 2021. Di bulan itu grafik kunjungan tertinggi yang mencapai 10.000 orang. Kalau hari biasa misal di bulan Maret 6.000 orang,” pungkasnya.

Fika Mardini, salah seorang wisatawan asal Kabupaten Kudus, mengaku sudah dua kali menyambangi Pantai Kertomulyo. Ia menyebut, objek wisata ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap, selain ditopang keindahan alam.

“Banyak tempa selfie. Murah juga. Sudah dua kali ini ke sini. Selalu ada hal baru di sini, spotnya selalu ditambah, jadi semakin betah,” tuturnya.

1548