Jakarta, Gatra.com - Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan bahwa konflik geopolitik Rusia-Ukraina berdampak besar pada perekonomian dunia.

"Sebenarnya ketika akhir tahun lalu, banyak badan dunia itu sudah memprediksikan pada 2022 ini, pertumbuhan ekonominya akan lebih lambat dibanding 2021," katanya dalam diskusi virtual pada Selasa (19/4).

Ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi dunia sebelum konflik Rusia-Ukraina diprediksikan masih sekitar 4%. Setelah terjadinya konflik, pertumbuhan ini dipresentasikan akan merosot lebih jauh.

Berdasarkan simulasi yang dilakukan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), konflik Rusia-Ukraina bisa mengoreksi pertumbuhan ekonomi dunia hingga lebih dari 1%. Bahkan dii beberapa kawasan Eropa, koreksinya bisa lebih tajam lagi hingga 1,4%.

"Jadi akan ada perlambatan yang lebih signifikan lagi di tahun 2022 akibat dari konflik. Tapi di sisi lain, kita tahu bahwa harga komoditas naik," ucapnya.

Ia menjelaskan, kenaikan beberapa komoditas ini juga mendorong inflasi global. Perkiraan OECD, kenaikan inflasi global akibat kenaikan komoditas ini bisa mencapai 2,47%.

"Ini kenaikannya saja, bukan total inflasinya. Artinya akan sangat tinggi inflasinya kalau kita lihat tambahannya saja mencapai hampir 2,5%," ujar Faisal.