Home Internasional Kekerasan Komunal India, Bangunan Milik Umat Muslim Dirobohkan di New Delhi

Kekerasan Komunal India, Bangunan Milik Umat Muslim Dirobohkan di New Delhi

New Delhi, Gatra.com - Pihak berwenang yang mengendarai buldoser meruntuhkan sejumlah toko milik warga Muslim di New Delhi, sebelum Mahkamah Agung India meminta menghentikan pembongkaran pada Rabu, (20/4). Kejadian ini rentetan beberapa hari setelah kekerasan komunal mengguncang ibu kota dan puluhan warga ditangkap.

Associated Press, Rabu (20/4), melaporkan, pemilik toko menyiangi puing-puing jualan mereka sambil mengumpulkan barang-barangnya. Sebelum perintah Mahkamah Agung, selama hampir satu jam para pejabat setempat terus menghancurkan bangunan-bangunan tersebut, termasuk pintu masuk luar dan tangga menuju sebuah masjid.

Petugas menghentikan buldoser tepat di luar pintu masuk kuil Hindu, sekitar 50 meter dari masjid, dan mulai mundur ketika muncul kemarahan warga Muslim.

Sentimen dan serangan anti-Muslim telah meningkat di seluruh India dalam 10 hari terakhir, termasuk pelemparan batu antara kelompok Hindu dan Muslim selama prosesi keagamaan dan pembongkaran banyak properti milik warga Muslim, di negara bagian lain pekan lalu.

Polisi telah menangkap sedikitnya 24 tersangka sejak kekerasan komunal pecah Sabtu lalu, selama prosesi keagamaan Hindu di lingkungan Jahangirpuri barat laut New Delhi. Mereka mengatakan kelompok Hindu dan Muslim saling melempar batu selama prosesi, menandai festival keagamaan. Media lokal melaporkan, akibat kejadian itu delapan petugas polisi dan seorang warga sipil terluka.

Para pejabat mengatakan upaya pembongkaran mereka menargetkan bangunan ilegal dan bukan komunitas tertentu. Namun para kritikus berpendapat ini tindakan itu adalah upaya terbaru untuk melecehkan dan meminggirkan umat Muslim, yang memiliki populasi 14 persen dari 1,4 miliar penduduk India. Mereka menunjuk pada pola meningkatnya polarisasi agama di bawah Partai Bharatiya Janata Party (BJP), pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi.

Pada Rabu pagi, buldoser menghancurkan serangkaian toko di pinggir jalan di Jahangirpuri sementara pemiliknya hanya sanggup mengintip dari jendela di rumah mereka, menyaksikan tanpa daya saat kios mereka dihancurkan dengan truk.

“Mereka tidak ingin Muslim tinggal di negara ini. Mengapa? Apakah Muslim teroris?” kata Sabiran Bibi, 31 tahun, yang telah tinggal di daerah itu sepanjang hidupnya.

Raja Iqbal Singh, wali kota Korporasi Kota Delhi Utara yang diperintah oleh BJP, mengaku pihak berwenang hanya merobohkan “bangunan ilegal yang merambah ke jalan.” 

Dia menambahkan bahwa tindakan itu tidak ada hubungannya dengan kekerasan sebelumnya, meski beberapa pemilik toko membantah dan mereka pun dituduh melakukan kerusuhan.

“Pengusiran itu terjadi ketika daerah di barat laut New Delhi dikerumuni oleh pasukan paramiliter dengan perlengkapan anti huru hara dan terjadi setelah kepala BJP kota Adesh Gupta, mendesak otoritas kota untuk mengambil tindakan terhadap pembangunan ilegal dan perambahan para perusuh," katanya dalam sebuah tweet pada hari Rabu. 

“Saya ucapkan selamat kepada aparat berwenang mengambil tindakan cepat,” katanya.

Sementara pihak berwenang menyebutnya sebagai tindakan itu hanya “kegiatan rutin,” sebagaimana seruan dari Gupta sewaktu dilakukan pemindahan – empat hari setelah kekerasan di lingkungan itu meletus – kini menimbulkan pertanyaan.

Aksi pembongkaran serupa terlihat pekan lalu di kota Khargone, negara bagian Madhya Pradesh, setelah prosesi ritual Hindu pada 10 April untuk menandai peringatan kelahiran Lord Ram, yang meletus dalam kekerasan, dengan massa Hindu --mengacungkan pedang dan tongkat saat mereka berbaris melewati lingkungan dan masjid Muslim. Menurut polisi, kelompok-kelompok dari kedua komunitas itu mulai saling melempar batu.

Sehari kemudian, buldoser meruntuhkan sekitar 45 bangunan, termasuk rumah dan toko, di lima bagian kota Khargone. Banyak dari mereka menjadi korban gusuran, meskipun tidak semua, milik penduduk Muslim.

“Bangunan yang dihancurkan adalah bangunan ilegal yang didirikan di atas tanah perambahan milik orang-orang dari kedua komunitas,” kata kolektor distrik di kota itu, P. Anugraha mengatakan kepada The Indian Express pekan lalu.

218