Home Ekonomi FOI Ajak Semua Pihak Tekan Kemubaziran Pangan

FOI Ajak Semua Pihak Tekan Kemubaziran Pangan

Jakarta, Gatra.com – Foodbank of Indonesia (FOI) atau Bank Pangan Indonesia mengajak semua pihak untuk berkolaborasi menekan kemubaziran pangan dengan memanfaatkannya untuk pihak yang membutuhkan.

Pendiri FOI, M Hendro Utomo, dalam keterangan pers yang diterima pada Kamis (28/4), menyampaikan, kolaborasi untuk menekan kemubaziran bahan pangan, menyelamatkan bumi, dan mengakhiri kelaparan merupakan keniscayaan.

Salah satu yang dilakukan pihaknya, lanjut dia, adalah berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, JNE, Superindo, dan Pasar Tradisional Tebet Timur pada kegiatan Peringatan Hari Bumi Sedunia 2022.

“Bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, JNE, Superindo, Pasar Tradisional, kita bergerak bersama untuk menekan kemubaziran makanan dan memanfaatkannya untuk memerangi kelaparan sekaligus melestarikan bumi,” katanya.

Pada acara tersebut, pedagang sayur dan dunia usaha secara simbolis menyerahkan bahan pangan berlebih kepada FOI yang diterima M. Hendro Utomo. Serah terima ini menandai komitmen semua pihak dalam pencegahan kemubaziran pangan yang dimanfaatkan untuk mengurangi kelaparan pada masyarakat yang membutuhkan.

Sejak tahun 2018 hingga 2021, sebesar 2.457 ton makanan telah dikelola dan disalurkan FOI untuk membantu masyarakat. Berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), diketahui bahwa pada tahun 2021, sebesar 8,03 juta ton makanan terbuang ke tempat sampah yang berdampak pada percepatan panas bumi dan hilangnya kesempatan bagi 61-125 juta orang untuk mendapatkan akses pada pangan. Di Jakarta, timbulan kemubaziran pangan di Tahun 2020 mencapai 1,4 juta ton (SIPSN, 2021).

Ia menjelaskan, makanan yang terbuang dan kemudian tertimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan melepaskan gas metan (CH4) ke lingkungan. Gas metana ini merupakan emisi gas rumah kaca 25 kali lebih ganas dari karbondioksida (CO2), yang berkontribusi mempercepat pemanasan global. Saat ini, krisis iklim sudah di depan mata.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 98% frekuensi kejadian bencana di Indonesia dalam 10 tahun terakhir berupa bencana hidrometeorologi sebagai dampak dari perubahan iklim, didukung kondisi geografis Indonesia sebagai negara dengan bentuk kepulauan yang menyebabkan menjadi lebih rentan terhadap dampaknya.

PD Pasar Jaya sebagai Badan Usaha Daerah yang menaungi pasar tradisional di DKI Jakarta, turut mendukung gerakan bersama dalam mencegah kemubaziran pangan untuk melestarikan bumi dan mengurangi kelaparan.

”Perumda Pasar Jaya mengapresiasi pedagang Pasar Tebet Timur yang mulai memberikan makanan berlebih tidak terjual untuk didonasikan,” kata Arief Nasrudin, Direktur Utama (Dirut) Perumda PD Pasar Jaya.

Menurutnya, ini bisa menjadi contoh untuk pasar lainnya karena pasar tradisional DKI 90%-nya adalah pasar basah yang left overnya cukup banyak, sehingga ketika pedagang sudah ada kesadaran untuk tidak menjadikan sampah ini merupakan hal baik.

Pihak swasta atau dunia bisnis juga berperan penting dalam upaya mengurangi kemubaziran pangan dan memerangi kelaparan. Sejak Tahun 2018, FOI berkolaborasi dengan PT Lion Superindo sebagai perusahaan ritel dan PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pengiriman dan logistik dalam mengurangi kemubaziran pangan.

Direktur Utama PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), Mohammad Feriadi, menyampaikan, JNE telah membantu menyelamatkan dan mengantarkan makanan kepada orang-orang yang mengalami kelaparan.

“Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 8,34% penduduk Indonesia kekurangan pangan pada 2020. Jumlah ini meningkat 0,71% dari tahun sebelumnya. Sehingga, kalau makan jangan tersisa karena di luar sana masih banyak yang tersiksa karena kekurangan makanan,” ujarnya.

General Manager of Corporate Affairs & Sustainability PT Lion Superindo, Yuvlinda Susanta, menyampaikan, selama lebih dari 4 tahun, pihaknya telah mempraktikkan pencegahan kemubaziran pangan dengan mendonasikan makanan berlebih kepada FOI untuk mengurangi kelaparan dan menekan krisis iklim.

Menurut Yuvlinda, pihaknya akan terus berkomitmen mencapai bisnis berkelanjutan yang bertanggung jawab. Sebagai jaringan supermarket nasional terkemuka di Indonesia, Superindo berkomitmen untuk menjalankan kegiatan bisnis dan operasional dengan menerapkan prinsip berkelanjutan, salah satunya adalah bagaimana menangani sampah makanan yang dapat timbul dari kegiatan operasional.

“Oleh karena itu, kami memiliki program #Zerotolandfill sebagai salah satu implementasi dari bisnis berkelanjutan yang dikhususkan dalam manajemen sampah organik yang bisa memberikan nilai dan manfaat bagi masyarakat,” katanya.

Kerja sama Superindo dengan Foodbank of Indonesia telah berjalan dari tahun 2018. Superindo mendonasikan makanan yang sudah tidak layak jual di gerai namun masih layak dikonsumsi untuk kemudian dijadikan bahan pangan di dapur pangan Foodbank of Indonesia.

“Dari tahun 2018 hingga 2021, kami telah berhasil menyelamatkan dan mendonasikan kurang lebih 558 ton,” katanya.

Yuvlinda menyampaikan, tentunya tidak akan berhenti sampai di sini, pihaknya akan berjalan bersama FOI untuk terus memberikan akses pangan yang baik dan layak bagi masyarakat yang membutuhkan.

Pedagang tradisional sebagai salah satu penyumbang potensi kemubaziran pangan yang tinggi pada pangan segar menjadi pihak pemeran kunci dalam mencegah kemubaziran pangan.

Pedagang Tradisional Pasar Tebet Timur sudah mulai terbangun kesadarannya dalam hal mengurangi kemubaziran pangan yang terwujud dari komitmennya untuk mendonasikan pangan segar yang tidak terjual hingga menjualnya dengan harga yang lebih murah kepada bank makanan.

90