Home Regional PCNU Kota Semarang Perjuangkan Mbah Soleh Darat Terima Gelar Pahlawan Nasional

PCNU Kota Semarang Perjuangkan Mbah Soleh Darat Terima Gelar Pahlawan Nasional

Semarang, Gatra.com – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang, Jawa Tengah menggagas gelar pahlawan nasional untuk KH Sholeh Darat.

Sebagai guru dari pendiri NU Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari, pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan, hingga RA Kartini, sosok KH Sholeh Darat dipandang layak untuk mendapat gelar pahlawan. Hanya saja, untuk merealisasikan hal tersebut butuh banyak pembuktian.

Hal itu terungkap dalam Sarasehan & Workshop Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional Mbah Soleh Darat yang digelar PCNU Kota Semarang, di kantor PCNU, Selasa (10/5).

Ketua PCNU Kota Semarang KH Dr Anasom mengatakan, kitab-kitab yang disusun Mbah Soleh Darat menggerakkan visi antikolonialisme. Namun hal itu tetap perlu banyak pembuktian.

“Karena nanti pertanyaan dari tim yang mengurus gelar ini sangat sederhana. Buktinya mana? Karena untuk urusan foto saja juga belum ada kejelasan,” ujarnya.

Dari kajian yang ada, jelas Anasom, Mbah Soleh Darat memang tidak banyak terlibat dalam perjuangan fisik melawan penjajah. Menurut Anasom rentang kehidupan Mbah Soleh dari 1820 hingga 1903, merupakan masa perang intelektual.

“Perang intelektual ini untuk menguatkan sisi budaya, maupun politik. Ini juga terlihat dalam kitab-kitab Mbah Soleh,” sebutnya.

Menurut Anasom, RA Kartini juga mendapat gelar pahlawan nasional, bukan karena dominan dalam perjuangan fisik, namun lebih dari sisi intelektual. Adapun KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan terlibat dalam perjuangan fisik maupun intelektual.

“Memang butuh waktu panjang. Namun kita berharap pada haul Mbah Soleh yang ke-125 atau 3 tahun lagi, gelar ini sudah dapat diterima,” terangnya.

Katib Syuriah PCNU Kota Semarang sekaligus ketua tim pengusulan gelar pahlawan bagi Mbah Soleh Darat, Dr H Muh In'amuzzahidin mengatakan, usulan ini harus melibatkan banyak pihak.

“Perjuangan beliau secara fisik memang masih kurang. Tapi pemikiran-pemikiran yang memcerminkan nasionalisme, sangat kuat,” imbuhnya.

In’am mencontohkan, dalam sebuah kitab misalnya, Mbah Soleh menuliskan bahwa masyarakat yang berpakaian seperti penjajah Belanda, membawa dasi, topi adalah kafir. Menurutnya, hal ini adalah bagian perjuangan untuk melawan Belanda.

“Karya-karyanya kontributif mencerdaskan umat. Tulisan pegon yang dia susun adalah cara beliau dakwah riil bagi orang awam,” jelasnya.

Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah Harso Susilo mengatakan, seseorang bisa diajukan untuk mendapat gelar pahlawan nasional karena prestasi atau karyanya untuk kemajuan bangsa dan negara.

“Untuk Mbah Soleh Darat ini, bagaimana tulisan atau perjuangan antikolonialismenya yang diperdalam. Gagasan wawasan nusantaranya seperti apa,” jelasnya.

Dia menjeleaskan, pengajuan itu melalui tahap pertimbangan oleh Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP). Tim ini akan melakukan penelitian lebih mendalam apakah tokoh bersangkutan layak atau tidak sesuai persyaratan.

102