Home Milenial Koperasi Tak Populer di Anak Muda, Menteri Teten: Ada yang Menyimpang dan Tak Berkembang

Koperasi Tak Populer di Anak Muda, Menteri Teten: Ada yang Menyimpang dan Tak Berkembang

Bantul, Gatra.com – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengakui selama ini koperasi tidak populer di mata anak muda. Padahal menurut dia prinsip koperasi sesuai perkembangan ekonomi saat ini.

“Memang koperasi tidak populer di kalangan anak muda. Ada banyak hal, ada banyak praktik koperasi yang menyimpang dan juga bisnis model koperasi tidak berkembang,” kata Teten di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (19/5).

Dampaknya, koperasi tak menjadi pilihan rasional untuk berbisnis. Atas kondisi itu, Kemenkop UKM berusaha memberikan beberapa percontohan pengembangan koperasi.

“Anak muda sekarang ini hidup di era digital blockchain, di mana outlook ekonomi itu sebenarnya cocok dengan koperasi. Nah, ini ada kesempatan sekarang kami mengenalkan koperasi dalam era blockchain ekonomi. Saya sudah berbicara dengan Mas Nadiem (Nadiem Makarim, Mendikbud Ristek),” jelasnya.

Teten melihat kehadiran koperasi dalam dunia ekonomi digital ini menjadi langkah penting untuk memulai masuk ke ranah digital. Menurutnya, perkembangan teknologi informasi akan mempercepat pengenalan koperasi kepada anak muda dibanding lewat pembelajaran manual.

Sebagai upaya memodernisasi koperasi, Teten menerangkan saat ini sudah dibentuk unit-unit koperasi produksi di Lampung dan Aceh. Dalam konsepnya, koperasi ini bergerak sebagai pembeli produk dari petani secara tunai dan menyalurkan langsung ke market.

Selain akan membantu petani untuk mendapatkan dana segar, koperasi ini menjadi media yang menyatukan petani agar nilai jual produknya meningkat.

“Koperasi produksi atau pangan ini nanti kita bantu pembiayaan operasional lewat KUR. Koperasi diperkuat kapitalnya sehingga petani tidak lagi harus memikirkan ke mana jualnya. Petani hanya fokus mengembangkan tanaman pangan yang sudah ditentukan koperasi,” tegas Teten.

Teten menyebut keberadaan koperasi rantai pasok yang didirikan eksportir, merupakan koperasi produksi dengan skema kerja yang bisa diadaptasi ke banyak daerah.

Ketua Forum Kerajinan Mebel dan Seni (Formekers) Alex Kurniawan menyatakan selama ini pengusaha eksportir telah melahirkan koperasi rantai pasok untuk memenuhi kebutuhan bahan baku.

“Kami mengundang banyak perajin maupun petani di banyak daerah untuk menyediakan bahan baku. Di bisnis eksportir, ketersediaan bahan baku yang melimpah menjadi kunci,” katanya.

Sebelumnya, saat ditemui Gatra.com, guru pembimbing SMPN 6 Kota Yogyakarta Erningsih menyebut penyebab utama tak populernya koperasi oleh anak muda karena materi itu tidak masuk dalam kurikulum pendidikan sejak 2016.

“Dulu saya mengenalkan koperasi dengan mengajak siswa bergantian praktik di koperasi sekolah untuk menumbuhkan keberanian dan belajar berwirausaha,” kata guru IPS ini di sela lomba Tangkas Terampil Perkoperasian yang digelar Pemkot Kota Yogyakarta.

120