Home Kebencanaan Nila Sebut Penyebab Banjir Rob Kota Semarang karena Faktor Penurunan Tanah

Nila Sebut Penyebab Banjir Rob Kota Semarang karena Faktor Penurunan Tanah

Semarang, Gatra.com – Terjadinya banjir rob di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), antara lain karena faktor penurunan tanah sehingga membuat genangan menjadi makin dalam dan sulit dialirkan ke laut.

Menurut Direktur Amrta Institute for Water Literacy, Nila Ardhianie, penurunan tanah adalah fenomena yang terjadi di berbagai kota pesisir di dunia, termasuk Kota Semarang.

“Dari hasil penilitian terbaru tahun 2022 dari Pei-Chin Wu, Meng (Matt) Wei, dan Steven D’Hondt menyimpulkan bahwa Semarang adalah kota dengan laju penurunan tanah tercepat kedua di antara 99 kota tepi pantai yang diteliti,” katanya, Kamis (26/5).

Urutannya adalah Tianjin, Semarang, dan Jakarta dengan laju maksimal 30 mm per tahun LOS. Data yang digunakan penelitian ini adalah PS Interferometric Synthetic Aperture Radar method and Sentinel-1

Dengan penurunan tanah ini, lanjut Nila, pada saat air pasang kondisi menjadi lebih parah karena air akan menggenang lebih lama di darat dan sukar dialirkan ke laut.

“Penurunan tanah adalah turunnya permukaan tanah sebagai respons terhadap peristiwa geologi atau penyebab yang terkait aktivitas manusia,” ujar mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang tersebut.

Beberapa hal yang terkait dengan penurunan tanah adalah ekstraksi air tanah berlebihan, pembebanan bangunan dan struktur, dan kompaksi/konsolidasi sedimen aluvial muda, terutama di kawasan Semarang bawah.

“Peristiwa tektonik di bawah Semarang juga dapat menyebabkan penurunan tanah,” katanya.

Oleh karenanya, sambung Nila, dalam penangan banjir rob tersebut jangan pada tanggul jebol sebagai penyebab banjir karena dapat membuat lengah dalam penanganan bencana ke depan.

Setidaknya, kata Nila, ada empat faktor terkait dengan besarnya dampak banjir rob di Kota Semarang, yakni early warning system atau sistem peringatan diri yang tidak optimal, kualitas kontruksi dan pemeliharaan tanggul, penurunan tanah, serta terkait dengan air lau,t baik ketinggian air laut, kecepatan gelombang, dan lainnya.

“Sistem peringatan dini sudah ada dan berjalan karena BMKG terus melakukan prediksi cuaca dan membuat peringatan, hanya sosialisasinya belum berjalan efektif,” ujarnya.

1260