Home Gaya Hidup Pentingnya Kepemimpinan Perempuan dan Arus Penguatan Gender

Pentingnya Kepemimpinan Perempuan dan Arus Penguatan Gender

Jakarta, Gatra.com- Kepala DWP (Dharma Wanita Persatuan) Diktiristek, Dr. Ir. Sri Puji Saraswati Nizam, DIC., M.SC., IPM. mengingatkan perlunya membangun generasi emas, cerdas, dan berkarakter.  Dalam hal ini, pendidikan berkarakter  harus dijalankan sistematis dan berkelanjutan.

"Dan cerdas itu harus komprehensif, mulai dari cerdas spiritual, emosional, sosial, intelektual, kinestetik, dan lingkungan," ungkapnya dalam Forum diskusi mengangkat tema besar “Pimpin Pemulihan, ​Bergerak untuk Merdeka Belajar Kampus Merdeka" di Kampus Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, Jakarta, Jumat (27/5).

Menurutnya, ada empat area penguatan pengarus utamaan gender yang harus diperkuat,. "Yakni ekosistem sekolah, pembelajaran bermakna, guru sebagai panutan, serta lingkungan keluarga dan masyarakat,” ia menegaskan.

Kesimpulannya, tumbuhnya generasi cerdas berkarakter tidak hanya membutuhkan pendidikan formal dan non-formal dari PAUD sampai pendidikan tinggi, tetapi membutuhkan kehadiran perempuan yang cerdas, perempuan yang mandiri dengan kemauan kuat dan pengetahuan serta wawasan yang luas.

"Kehadiran perempuan-perempuan yang berpendidikan tinggi akan menjadi tulang punggung bagi tumbuh suburnya generasi cerdas berkarakter yang dimulai dari pendidikan keluarga di rumah," jelas Sri.

Menurut dia, DWP di kantor-kantor kementerian dan pemda ataupun Paguyuban Perempuan di PTS perlu di dukung sepenuh hati, dihidupkan dan ditumbuhkembangkan.

"Karena bersinergi dengan pemerintah dalam pembangunan SDM  dalam keluarga dan ruang publik, ikut kontribusi dalam mensejahterakan anggota dan keluarganya, serta dapat ikut menguatkan program kegiatan dan hubungan sosial budaya di perkantorannya,” tambahnya.

Founder & CEO LSPR, Prita Kemal Gani membagi pengalamannya dalam merintis LSPR hingga sekarang. ”Dalam memimpin LSPR, saya melakukannya  seperti memimpin di dalam rumah. Oleh karena itu, suasana yang dihadirkan seperti keluarga. Di LSPR, di tengah dinamika dan kendala, pendekatan yang kami utamakan adalah persuasif dan kekeluargaan.

Lebih jauh, ia menyebut bahwa seluruh staf harus melakukan yang terbaik. Termasuk membuat semua staf, termasuk dosen dan mahasiswa, senang di LSPR seperti di rumah sendiri. Selain itu, persahabatan juga yang menjadikan  LSPR ini kuat hingga sekarang.

"Untuk menciptakan pemimpin perempuan, maka perempuan harus kuat lebih dulu. Mulai dari kemampuan mengurus diri sendiri, contohnya membersihkan kamar tidurnya sendiri; mengurus keluarganya; selanjutnya ditempa menjadi pemimpin. Umumnya, pemimpin perempuan yang berhasil adalah mereka yang berhasil di dalam rumah tangganya,” tambahnya.

Rektor Universitas Gunadarma, Margianti memaparkan, sebagai pemimpin perempuan, ada berbagai prinsip pengembangan yang dikedepankan di Gunadarma. "Pertama, kami semua tumbuh bersama (we all grow together). Kedua, saling win win, saling asah, saling asuh. Ketiga, damage control. Keempat, trouble conviyer,” jelasnya.

Ketua Lembaga Layanan  Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah III, Dr. ir. Paristiyanti Nurwardari, M.P., menambahkan bahwa ada tiga tugas utama Kepala Lembaga Layanan  Pendidikan Tinggi (LLDIKTI). Pertama, meningkatkan mutu layanan PTN dan PTS di wilayahnya.

"Kedua, peningkatan mutu dosen. Ketiga, penyiapan lima klinik mutu untuk memperhatikan setiap individu dosen dan  mahasiswa untuk mempercepat implementasi kampus merdeka belajar,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, perempuan harus adaptif, inovatif, dan berdaya. Saat ini, mahasiswa perempuan di Indonesia 56%. Lalu,  38% pemimpin PTS di Jakarta adalah perempuan. 

"Saya yakin, ke depan, perempuan akan berpotensi untuk menjadi pemimpin. Yang penting, perempuan harus inovatif dan kolaboratif. Selanjutnya, be the best with your uniqueness,” tambahnya.

Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menekankan bahwa kepemimpinan perempuan itu adalah keteladanan yang dihasilkan dari tempaan diri untuk bisa menjadi pemimpin. Jadi, memang harus ada persiapan, seperti bekal, ilmu, karakter, dan sebagainya.

“Mulai dari mencontoh hal-hal baik, hingga mencontoh tokoh di sekitar atau keluarga kita. Dan, kepemimpinan ini harus dilakukan secara berkelanjutan," pungkasnya.

360