Home Kesehatan Obat-Obatan Terbatas, Kematian Sapi Akibat PMK di Lobar Terus Bertambah

Obat-Obatan Terbatas, Kematian Sapi Akibat PMK di Lobar Terus Bertambah

Lombok Barat, Gatra.com - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sapi yang menjadi keluhan para peternak akhir-akhir ini terus terjadi di Lombok Barat (Lobar), NTB. Data sementara menyebut ada 1.184 ekor terkena penyakit ini. Dari jumlah yang terjangkit itu baru 184 ekor dipastikan sembuh. Sisanya 1.000 ekor masih dalam penanganan.

“Kesembuhan bagi 184 ekor sapi tersebut, karena kerja semua pihak, terutama tim dokter, tenaga keswan, penyuluhan, Kabid keswan. Kami terus berikan motivasi dan dorongan kepada semua tim untuk melakukan pengobatan kepada sapi-sapi yang terindikasi PMK,” tandas Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Lombok Barat HL Winengan, SP, MM di Lombok Barat, Kamis (2/6).

Mantan Kadis Perkim Lobar ini mengakui, ternak yang terjangkit penyebarannya di seluruh kecamatan. Sayangnya pihak Dinas mengalami kendala kekurangan dokter hewan, tenaga kesehatan hewan hingga logistic berupa obat-obatan.

“Pemkab Lobar telah meminta agar pemerintah pusat dan Pemprov NTB membantu supaya PMK ini bisa dikendalikan. Kita bersyukur Bank NTB Syariah memberikan dukungan untuk pembelian obat-obatan. Kita juga mendorong dari kalangan pengusaha atau pengembang. Tidak saja kalangan swasta, lebih utama ia mendorong Pemprov segera membantu Pemkab,” ujarnya.

Menurut Wakil Ketua PW NU NTB ini, dalam hal penanganan PMK sebaiknya jangan menunggu APBD perubahan. Dia berharap ada dana biaya tidak terduga (BTT) yang bisa dialokasikan untuk penanganan daerah terjangkit PMK, termasuk Lobar. Sebab kalau menunggu APBD perubahan dieksekusi September dan Oktober, dikhawatirkan ternak-ternak warga malah mati.

Dikatakan, PMK pada sapi sebenarnya tidak mematikan. Namun kalau terlambat obat-obatan, ternak tidak mau makan akibat PMK, maka lama-lama mati karena kelaparan.

“Warga butuh penanganan berupa obat-obatan. Sementara obat-obatan sendiri terbatas. Di samping itu, Pemprov perlu memberikan dana untuk operasional dokter, tenaga Keswan. Kasian mereka turun dari pagi sampai tengah malam untuk penanganan PMK ini. Untuk ketersediaan stok obat-obatan sendiri diperkirakan cukup untuk seminggu kedepan. Pihaknya sudah membeli obat-obatan dari bantuan Bank NTB Syariah. Obat-obatan itupun hanya ada di Bali,” terangnya.

Terkait perbandingan dokter hewan di Lobar idealnya lanjut dia, satu dokter hewan menangani 2.000 ekor. Namun yang ditangani melebihi ideal. Kalau saja dari jumlah ternak itu terjangkit PMK 10 persen saja maka yang harus ditangani 13.000 ekor. Sehingga itu butuh dana Rp7,6 miliar untuk pengobatannya.

“Saat ini kita sangat butuh dokter dan tenaga keswan. Baik lewat P3K maupun dari kontrak. Sebab kalau dibanding penanganan covid-19, banyak tenaga kesehatan yang dikerahkan. Berbeda dengan dokter hewan, jumlahnya sangat terbatas di Lobar,” tutupnya.

 

191