Home Lingkungan Kolaborasi G20 Menata Energi Global

Kolaborasi G20 Menata Energi Global

Jakarta, Gatra.com - Presidensi G20 Indonesia mengangkat tema energi berkelanjutan menjadi salah satu bahan garapan bersama. Kolaborasi di antara negara-negara G20 diharapkan akan membuat transisi energi berkelanjutan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Juru Bicara G20 Maudy Ayunda, seperti dikutip di laman kominfo.go.id, mengatakan bahwa transisi energi sangat penting untuk dibahas negara-negara G20. Para anggota G20 bisa melakukan kerjasama dalam beberapa bentuk kolaborasi.

Pertama, secara bersama-sama memberikan akses kerja sama dengan lembaga internasional berkaitan dengan penelitian dan teknologi energi bersih. Kedua, bersama-sama mendorong penggunaan teknologi pintar dan bersih dalam setiap sendi kehidupan masyarakat yang dapat meningkatkan efisiensi energi, pengurangan emisi, dan pengembangan energi terbarukan. Dan yang ketiga adalah kolaborasi pembiayaan penggunaan energi yang berkelanjutan.

Menurut Maudy, penggunaan energi fosil yang tidak efesien telah meningkatkan emisi CO2 yang menyebabkan serangkaian kerusakan lingkungan. "Aktivitas manusia telah berdampak luas pada kerusakan atmosfer, laut, kriosfer, dan biosfer secara permanen. Kerusakan alam permanen di muka bumi ini ditanggung oleh kita sendiri," kata Maudy. Kerusakan alam juga telah memunculkan ancaman lain dalam bentuk penyakit-penyakit baru yang berpotensi menjadi pandemi.

"Munculnya banyak penyakit baru hingga menyebabkan pandemi. Di seluruh dunia, termasuk Indonesia adalah salah satu dampak nyata," ujar Maudy.

Melalui Presidensi G20 tahun ini, Indonesia akan berupaya mendorong langkah-langkah konkret energi baru terbarukan (EBT) yang berkeadilan dan bersih untuk dunia. Hal itu ditegaskan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam webinar "Menagih Kontribusi Swasta dan BUMN di Masa Transisi Menuju Zero Carbon Emission 2060" Rabu 20 April 2022.

Arifin menyampaikan bahwa Kementerian ESDM telah menyusun peta jalan transisi energi menuju netral karbon atau net zero emission pada 2060, atau bisa lebih cepat jika didukung negara atau lembaga dunia lainnya. Dalam peta jalan itu terdapat beberapa strategi utama, antara lain dari sisi pasokan melalui pengembangan EBT secara masif dengan mengurangi pemanfaatan energi fosil. Pengurangan itu dilakukan dengan tidak lagi menambah pembangkit energi fosil baru, kecuali yang telah berkontrak atau sedang berkonstruksi.

Pada pertengahan Februari lalu, Pemerintah telah meluncurkan Forum Transisi Energi G20. Forum ini diluncurkan sebagai bagian Presidensi G20 Indonesia yang dimulai 1 Desember 2021 hingga konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 di November 2022. Kesempatan ini sangat penting bagi Indonesia sebagai warga global yang mempunyai peran penting mendukung energi bersih dan iklim dunia.

Forum Transisi Energi G20 diharapkan dapat menjembatani fokus Indonesia dalam mendorong negara maju dan berkembang pada keanggotaan G20 untuk mempercepat proses transisi energi serta memperkuat sistem energi global yang berkelanjutan.

"Transisi Energi G20 diharapkan akan menghasilkan hasil persidangan G20 yang lebih konkrit guna memperkuat sistem energi global yang berkelanjutan, serta transisi energi yang berkeadilan dalam konteks pemulihan berkelanjutan," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam sambutannya pada peluncuran Transisi Energi G20.

Melalui forum Transisi Energi G20, Indonesia diharapkan mampu menghimpun komitmen global yang lebih kuat dalam rangka mencapai target global pada akses energi yang ditargetkan Agenda 2030 sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.