Home Regional Ongkos Pesawat dan Harga Ternak Picu Inflasi di Kepri

Ongkos Pesawat dan Harga Ternak Picu Inflasi di Kepri

Batam, Gatra.com - Kantor Bank Indoneaia (BI) Perwakilan Kepri mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) dalam satu bulan ini terjadi inflasi sebesar 0,81 persen (mtm). Namun besaran itu terhitung lebih rendah dibandingkan bulan April 2022, yang mengalami inflasi sebesar 1,09 persen (mtm).

Inflasi terutama didorong oleh kenaikan harga kelompok makanan bergejolak (volatile food) utamanya daging dan telur ayam ras, kelompok komoditas yang harganya yang diatur pemerintah (administered prices), utamanya tarif angkutan udara serta kelompok inti yang didorong kenaikan harga air kemasan, tiket bioskop dan kopi bubuk.

Pada saat yang sama, IHK Nasional juga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,40% (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,95% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan Kepri pada Mei 2022 mengalami inflasi sebesar 4,88% (yoy), atau meningkat dibandingkan April 2022 sebesar 4,28% (yoy), dan berada di atas sasaran kisaran inflasi Nasional sebesar 3 ± 1% (yoy).

Kepala Kantor Perwakilan BI Kepri Musni K Admaja mengatakan, inflasi di Kepri pada Mei 2022 bersumber dari kenaikan harga komoditas kelompok makanan, minuman dan tembakau utamanya daging ayam ras, telur ayam ras dan aneka cabai serta kelompok transportasi utamanya tarif angkutan udara.

"Kenaikan harga daging dan telur ayam ras utamanya didorong oleh kenaikan harga pakan, sementara kenaikan harga sayur-sayuran dan aneka ikan disebabkan oleh kondisi cuaca yang berpengaruh terhadap penurunan pasokan. Secara spesial, Kota Batam dan Kota Tanjungpinang mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,79 persen (mtm) dan 1,02 persen (mtm)," katanya,” dalam keterangan tertulis Jumat (3/6).
Musni merinci, secara tahunan Kota Batam mengalami inflasi sebesar 4,94 persen  (yoy), dan Kota Tanjungpinang mengalami inflasi sebesar 4,41 persen (yoy). Komoditas utama penyumbang inflasi di Kota Batam adalah angkutan udara, kacang panjang, telur dan daging ayam ras, sedangkan komoditas penyumbang inflasi di Kota Tanjungpinang adalah angkutan udara, daging ayam ras dan aneka ikan.

Memasuki bulan Juni 2022, tekanan inflasi diperkirakan masih berlanjut namun cenderung melemah. Beberapa risiko inflasi yang perlu diwaspadai adalah kenaikan permintaan bahan pangan khususnya daging sapi menjelang hari raya Idul Adha pada bulan Juli 2022, di tengah isu penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

"Penurunan pasokan cabe akibat kondisi cuaca di sentral penghasil yang kurang kondusif juga menjadi pemicu terjadinya inflasi di Kepri. Serta penyebab lainnya, yakni dampak lanjutan dari kenaikan harga bahan bakar minyak global yang dapat berpengaruh terhadap tiket angkutan udara," katanya.

Musni memastikan, upaya pengendalian inflasi oleh TPID akan difokuskan untuk meningkatkan pemantauan harga dan pasokan serta meningkatkan pengawasan terhadap kondisi ternak yang didatangkan dari luar wilayah Kepri, menjaga kelancaran distribusi barang termasuk aktivitas bongkar muat, serta mengoptimalkan kerja sama antar daerah (KAD).

Dalam jangka panjang, TPID akan terus mendorong upaya pengendalian inflasi dengan meningkatkan kapasitas produksi lokal, melalui penguatan kelembagaan nelayan dan petani, perluasan lahan dan implementasi teknik budidaya yang lebih baik seperti Program Lipat Ganda, program urban farming, integrated farming dan digital farming. 

58