Home Sumbagsel Harga Minyak Goreng Curah Belum Stabil di Sumsel, Ini Penyebabnya

Harga Minyak Goreng Curah Belum Stabil di Sumsel, Ini Penyebabnya

Palembang, Gatra.com - Harga minyak goreng curah pada beberapa pasar di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) hingga kini belum stabil, Senin (20/6). Minyak goreng tersebut rata-rata masih menjual dikisaran Rp18.000 per kilogram (Kg).

Analisis PSP Madya Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Sumsel, Rudi Arpian, mengatakan pemerintah telah resmi mencabut program subsidi minyak goreng curah pada 31 Mei 2022 lalu. Dimana, harga minyak goreng curah tersebut kini masih belum turun sesuai Harge Eceran Tertinggi (HET) yang ditarget pemerintah sebesar Rp14.000 per liter atau Rp15.500 per Kg.

“Ada beberapa hambatan yang bikin harga belum turun sesuai dengan harapan pemerintah dan harapan masyarakat. Seperti kondisi infrastruktur jalan dan jauhnya lokasi distributor di Palembang untuk mensuplay agen dan pedagang pengecer di daerah, misal Musi Rawas Utara 379 Km, Empat Lawang 303 Km, Lubuklinggau 320 Km, Musi Rawas 296 Km, OKU Selatan 271 Km dari pusat Palembang,” ujarnya di Palembang.

Menurutnya, dengan adanya permintaan Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk memperbaiki suplay minyak goreng melalui pendirian pabrik minyak makan merah tentu merupakan kabar baik bagi petani swadaya Indonesia, khususnya di wilayahnya ada secercah harapan bagi petani swadaya guna ikut berpartisifasi.

“Selama ini, petani swadaya menghadapi fenomena harga TBS (Tandan Buah Segar) yang tak stabil sehingga penjualan TBS mengalami penurunan secara drastis, mengingat petani swadaya sangat bergantung dengan industri besar,” katanya.

Dikatakannya, penurunan tersebut terjadi sejak adanya pelarangan ekspor, ada sekitar 104.779 Kepala Keluarga (KK) petani non mitra atau swadaya yang terimbas langsung dari pelarangan ekspor CPO dan turunannya, hingga terjadi penurunan harga TBS.

Karena itu, lanjutnya, Provinsi Sumsel perlu membangun pabrik minyak makan merah sebagai solusi dalam mengatasi masalah ketersediaan maupun harga minyak goreng yang terjadi di Indonesia, khususnya Sumsel.

“Harapannya para petani bisa turut berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan minyak goreng lokal. Koperasi sawit yang tidak bergantung kepada industri besar sehingga petani mendapat keuntungan dari hasil tandan buah segar sawit,” ujarnya.

Dijelaskannya, Sumsel memiliki potensi luas areal sawit sebanyak 1.221.374 hektare (Ha) dengan produksi 3.323.670 ton CPO. Untuk sawit yang terbanyak ada di lima daerah, yakni Kabupaten Musi Banyuasin (313.125 Ha), Kabupaten OKI (224.865 Ha), Kabupaten Banyuasin (190.973 Ha), Kabupaten Musi Rawas (114.879 Ha) dan Kabupaten Muara Enim (87.889 Ha) yang dikelola 119.870 KK.

“Dari luasan area tersebut terdapat luas area petani swadaya 510.914 Ha dengan produksi 1.747.797 ton CPO dan dikelola oleh petani swadaya murni 104.779 KK,” ujarnya.

Mengingat potensi tersebut, sambungnya, Provinsi Sumsel tentu siap menjadi salah satu dari empat provinsi proyek percontohan pendirian pabrik minyak makan merah oleh Menteri Koperasi dan UKM sesuai permintaan Presiden Jokowi.

“Jadi, petani swadaya dapat bergabung di koperasi, ke depan petani swadaya bukan cuma memproduksi TBS saja, tapi juga koperasinya bisa berdagang minyak makan merah, sekaligus menyediakan sumber nutrisi dan antioksidan bagi kesehatan,” katanya.

1197