Home Gaya Hidup Keseteraan Jadi Tolak Ukur Kebahagiaan Gen Z

Keseteraan Jadi Tolak Ukur Kebahagiaan Gen Z

Jakarta, Gatra.com– Psikolog Klinis Dewasa, Tara de Thouars, BA, M. Psi mengatakan, Gen Z adalah generasi yang sangat terbuka dengan perbedaan. Penelitian McKinsey&Company menunjukkan beberapa kategori perilaku Gen Z yang membedakannya dengan generasi-generasi sebelumnya.

"Salah satunya adalah Undefined ID, dimana generasi ini menghargai setiap individu tanpa memberi label tertentu dan memiliki keterbukaan yang besar untuk memahami keunikan tiap individu. Perilaku ini tentunya akan turut mempengaruhi mereka saat mencari pekerjaan,” jelasnya dalam webinar bertajuk “Creating Positive Vibes at Work: Tolerance is Key”, Jumat (24/6).

Sebuah studi yang dilakukan oleh Randstad Workmonitor tahun 2022 menunjukkan 41% dari Gen Z yang tersebar di wilayah Eropa, Asia Pasifik dan Amerika lebih memilih menganggur dibandingkan tidak bahagia di tempat kerja.

Terlihat pula bahwa salah satu tolok ukur dari kebahagiaan bagi Gen Z adalah betapa prinsip keseteraan, keberagaman dan inklusivitas dapat ditegakkan di tempat kerja, dimana 41% responden mengaku tidak akan memilih tempat kerja yang tidak mempromosikan keragaman dan inklusivitas. 

Hal ini menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang bagi para perusahaan saat mereka mengakuisisi talenta baru, yaitu bagaimana toleransi dapat dibangun menjadi sebuah budaya di setiap level organisasi.     

Nyatanya, salah satu bentuk intoleransi yang masih kerap terjadi adalah workplace bullying, yaitu serangkaian perilaku yang dilakukan secara sengaja dan berulang untuk mengintimidasi, menjatuhkan atau menyakiti orang lain di tempat kerja.

Contohnya kekerasan fisik, verbal, pengucilan, pemboikotan, sabotase pekerjaan, dan lainnya. Workplace bullying bisa dilakukan secara langsung, maupun secara online (via telepon, atau cyberbullying).

Tindakan ini melibatkan tiga pihak, pertama adalah pelaku, yang kebanyakan menyerang titik lemah target agar mereka terlihat berkuasa. Sehingga menutupi ketidakmampuan atau ketidakpuasan dalam dirinya.

Head of Communication Unilever Indonesia, Kristy Nelwan menyampaikan bahwa pihaknya berkomitmen mewujudkan berbagai upaya dan langkah nyata untuk turut berpartisipasi menegakkan kesetaraan, keberagaman dan inklusivitas di lingkungan tempat kami beroperasi.

"Bagi Unilever Indonesia, ada Equity, Diversity, and Inclusion Board yang bertugas menjalankan dan memonitor berbagai upaya Perusahaan," katanya.

Seperti misalnya webinar hari ini yang bertujuan agar para mahasiswa selaku Gen Z—yang akan mendominasi angkatan kerja di masa depan, untuk semakin peka dan berani mengambil aksi nyata menindaklanjuti segala bentuk intoleransi yang mungkin mereka hadapi nanti.

Webinar ini melibatkan lebih dari 300 mahasiswa dari berbagai wilayah Indonesia. Webinar ini membekali para mahasiswa dengan kesadaran mengenai isu yang harus mereka prioritaskan saat mulai memasuki lapangan kerja nanti.

Yaitu pentingnya bekerja di dalam lingkungan yang memiliki vibes positif dengan mengedepankan nilai-nilai kesetaraan, keberagaman dan inklusivitas. “Sejalan dengan strategi ‘The Unilever Compass’, Unilever berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif," pungkasnya.

718