Home Ekonomi Sandiaga: Pecinan Glodok Masuk ADWI, Pariwisata Sumbang 4,3% PDB

Sandiaga: Pecinan Glodok Masuk ADWI, Pariwisata Sumbang 4,3% PDB

Jakarta, Gatra.com – Kawasan Pecinan Glodok, Tamansari, Jakarta Barat (Jakbar), masuk dalam salah satu dari 50 Desa Terbaik Desa Wisata Indonesia Bangkit gelaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Bapakekraf).

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) dalam keterangan pers diterima pada Rabu (29/6), menyampaikan, Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 tidak hanya menyasar daerah pedalaman Nusantara.

Menurutnya, ADWI merupakan program unggulan Kemenparekraf/Bapakekraf untuk meningkatkan potensi kawasan, salah satunya Pecinan Glodok yang kaya akan tradisi asli Tiongkok, mulai dari arsitektur, kuliner, sampai seni dan budaya.

“Saya melihat akulturasi dari berbagai budaya. Ada budaya dari Tiongkok, ada budaya dari Portugis, ada budaya Muslim, ada budaya juga dari Melayu, dan banyak sekali,” katanya.

Kemudian, ujar dia, ada Wushu dan pencak silat. “Semua di sini bersatu padu dalam suatu keberagaman berbasiskan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Ini adalah pariwisata berbasis komunitas,” katanya.

Sandi menuturkan, ia menyaksikan itu pada akhir pekan kemarin ketika mengunjungi Desa Wisata Pecinan Glodok bersama rombongan. Jajaran pemerintah setempat dan masyarakat serta pelaku usaha ekonomi kreatif di sana menyambutnya secara khusus.

Ia mengungkapkan, Desa Wisata Pecinan Glodok akan mendapatkan pembinaan dan pendampingan oleh salah satu mitra tersebut melalui program Desa Mitra Bakti BCA selama satu tahun.

Untuk tahun ini, lanjut Sandi, ADWI 2022 berkolaborasi dengan mitra strategis untuk mengembangkan desa wisata, khususnya 50 desa wisata terbaik. Mitra tersebut yakni, Astra, BCA, BNI, dan Grab.

”Dari 3.500 peserta desa wisata, Kampung Wisata Pecinan Glodok berhasil menembus 50 besar di seluruh Indonesia. Alhamdulillah,” katanya.

Sebagaimana penilaian desa wisata yang lain, destinasi wisata di Desa Wisata Pecinan Glodok telah memenuhi standar penilaian tim juri ADWI 2022 yang terdiri dari tujuh kategori. Pertama, daya tarik pengunjung (alam dan buatan, seni dan budaya). Kedua, suvenir (kuliner, fesyen, dan kriya). Ketiga, homestay. Keempat, toilet umum. Kelima, digital dan kreatif. Keenam, Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability (CHSE) dan ketujuh, kelembagaan desa.

Bicara kekhasan, Desa Wisata Pecinan Glodok memiliki historis menarik. Itu semua terbangun dari hasil kolaborasi seluruh etnis yang ada, seperti Tionghoa, Sunda, Betawi, Jawa, dan lainnya. Untuk menuju ke desa wisata ini, wisatawan dapat memilih moda transportasi perkotaan yang mudah didapatkan.

Sedangkan jika dari Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), bisa menggunakan Damri dan moda transportasi lainnya. Kemudian, dari di dalam Kota Jakarta, pelancong dapat mengakses Trans Jakarta dan Commuter Line.

Banyak destinasi plesiran yang ikonik di sana. Begitu memasuki area desa wisata ini, wisatawan sudah disambut oleh bangunan-bangunan dengan desain arsitektur khas Tiongkok. Kemudian, masuk lebih jauh, wisatawan akan disuguhkan berbagai lokasi wisata menarik, mulai dari wisata sejarah, kuliner, seni dan budaya, hingga berbelanja.

Seperti Pancoran Chinatown Point, Pecinan Glodok itu merupakan destinasi baru dan tempat strategis bersejarah di pusat Kota Jakarta. Pancoran Chinatown Point memadukan bangunan hunian klasik-elegan dengan area komersial serta citywalk dan mal tematik. Lalu, ada Gang Gloria yang merupakan salah satu pusat jajanan.

Pada masa jayanya, sejumlah restoran di Gang Gloria menjadi tempat jajanan favorit. Nama Kopi Tak Kie, barber shop Ko Tang, Gado-Gado Direktur, dan Soto Betawi Afung adalah bagian dari substreet ini.

Ada pula Pantjoran Tea House. Itu merupakan kedai teh legendaris di kawasan Pecinan Glodok. Eksterior bangunan mengikuti bentuk bangunan aslinya, yaitu eks Apotek Tjung Hwa, bagian dari sejarah Kesehatan warga Batavia pada awal abad ke-20.

Kemudian, Petak Enam. Itu merupakan tempat wisata kuliner yang terletak di Gedung Chandra Glodok. Petak Enam terdiri dari beragam menu makanan khas Tiongkok, Barat, dan Nusantara dengan konsep foodcourt. Bangunan Petak Enam memiliki desain dan arsitektur yang unik karena bernuansa Tiongkok dengan hiasan lampion merah dan ornamen-ornamen khas Negeri Tirai Bambu.

Membahas potensi seni, Desa Wisata Pecinan Glodok memiliki keberagaman yang terafilisasi dengan budaya masyarakat Betawi. Misalnya Tanjidor. Salah satu kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Seni musik ini dimainkan secara berkelompok. Biasa disingkat tanji yang berarti menabuh dan tambur yang berbunyi dor dor dor, maka digabunglah menjadi tanjidor.

Perangkat musik yang digunakan pada Tanjidor, yaitu alat musik tiup dan pukul. Kemudian ondel-ondel. Merupakan boneka raksasa yang terbuat dari anyaman bambu yang dihiasi dengan pakaian dan pernak-pernik aksesoris yang membuatnya terlihat seperti manusia.

Ondel-ondel juga merupakan bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dipesta rakyat. Seni bela diri asli mereka yang dikenal adalah silat Beksi. Silat Beksi diciptakan oleh Lie Tjeng Hok, seorang petani Tionghoa peranakan yang menciptakan ilmu beladiri khas percampuran antara ilmu beladiri keluarganya dan ilmu-ilmu beladiri yang dipelajarinya dari guru-guru silat Betawi.

Tak ketinggalan, ada barongsai. Tarian Singa khas Tiongkok itu memperlihatkan ketangkasan serta kekompakan para pemain sehingga gerakan tarian dinamis dan selaras dengan musik, serta membuat singa yang dimainkan seolah-olah hidup.

Bicara budaya pun menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong. Mulai dari Cap Go Meh yang merupakan penutup dari rangkaian perayaan tahun baru Imlek. ‘Cap Go’ berarti lima belas dalam dialek Hokkien, maka perayaannya jatuh pada hari ke-15 setelah perayaan Imlek atau bertepatan dengan munculnya bulan purnama.

Ada pula Candra Naya merupakan bangunan bersejarah abad ke-18 di Jakarta, rumah bagi keluarga Khow Van Tamboen, terutama anggota berpangkat tertinggi. Kemudian Klenteng Toa Se Bio, merupakan gabungan dari dua kata, yaitu ‘Toase’ yang berarti pesan dan ‘bio’ yang berarti candi.

Candi dimaksudkan agar menghormati pesan-pesan perdamaian yang dibawa dari Tiongkok pada waktu itu. Kemudian, ada Gereja Santa Maria de Fatima. Salah satu Gereja Katolik di Jakarta yang dibangun dengan arsitektur Tiongkok pada awal abad ke-19. Gereja ini sebelumnya bernama Gereja Toa Se Bio, karena dulunya berada di jalan Toa Se Bio.

Sementara untuk produk kriya, di Desa Wisata Pecinan Glodok, wisatawan dapat membawa oleh-oleh seperti keramik dan porselen, Poci Teh Keramik, dan pernak-pernik lampion.

Desa Wisata Pecinan Glodok termasuk kedalam wisata urban yang terletak di perkotaan dengan beragam fasilitas penginapan, mulai dari hotel bintang lima hingga rumah kos serta pemanfaatan rumah warga yang dibuat sebagai motel. Itu semua sudah lengkap dengan fasilitas umum yang dibutuhkan para wisatawan.

Sandi mengatakan, Desa Wisata Pecinan Glodok memiliki banyak potensi wisata menarik. ”Yang ditonjolkan menurut saya budaya, wisata sejarah, dan paling menarik banget wisata kuliner sebetulnya,” uja dia.

Menurutnya, wisata kuliner di sana antara lain Bebek Goreng Bikin Taji dan Pizza Plano. “Ada tadi juga kalau kita lihat akulturasi budaya Tiongkok, ada barongsai, ada tari, ada wushu, ada juga pencak silat. Ini semua menjadi satu kesatuan,” ungkapnya.

Sandi juga mengatakan, pihaknya sedang mencanangkan penciptaan 1,1 juta lapangan kerja baru pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di tahun ini. ”Dan sampai tahun 2024, kita targetkan 4 juta lapangan kerja baru,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, hasil dari program ADWI 2022 yakni desa wisata menjadi lokomotif pengembangan pariwisata yang tahun ini naik kelas. “Dari posisi 44 ke 32 oleh World Economic Forum. Itu pertama,” katanya.

Adapun yang kedua, ujar Sandi, dampak ekonominya pariwisata bisa menyumbangkan 4,3% dari produk domestik bruto (PDB). Ekonomi kreatif Indonesia sudah nomor 3 besar dunia, yakni sudah mencapai 7,8%.

Output berikutnya adalah posisi Indonesia sekarang sebagai ASEAN Tourism Forum Chairman. Di mana saya diberi kepercayaan dan amanah,” katanya.

Adapun hasil terakhir, adalah sidang umum PBB menyatakan bahwa pariwisata Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan merupakan best practice. Indonesia sudah mengalahkan Thailand.

“Kita sudah mengalahkan Malaysia. Itu output-nya dan konkret yang sudah bersama-sama dengan pemerintah daerah dan komunitas, sudah mampu kita hasilkan,” ujar Sandi.

190