Home Ekonomi PMK Bikin Rugi, Pemerintah Diminta Beri Kompensasi dan Tampung Ternak yang Terpapar

PMK Bikin Rugi, Pemerintah Diminta Beri Kompensasi dan Tampung Ternak yang Terpapar

Jakarta, Gatra.com - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak menimbulkan banyak kerugian bagi peternak. Terlebih menjelang Iduladha, beberapa hewan ternak yang ingin dikurbankan ternyata malah terserang wabah PMK.

Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau, Nanang, mengatakan bahwa kerugian tak hanya menyasar hewan yang berpenyakit, tetapi juga hewan yang sehat. Pasalnya, mereka yang selamat namun masuk di zona merah yang terpapar, tidak bisa dikirim ke luar daerah.

Dampaknya, Nanang menyebut akan ada panic selling, sehingga peternak terpaksa menjual di dekat daerah mereka saja dengan harga yang memprihatinkan.

"Yang harusnya mau Iduladha bisa menikmati 10-25% dari harga normal, terpaksa turun 10-15%. Belum lagi yang terpapar dan tidak bisa diselamatkan, itu harus dipotong paksa," kata Nanang melalui webinar Iduladha Dibayang-bayangi PMK, Kamis (30/6).

Pemotongan itu pun sangat besar. Nanang memberi contoh, satu sapi yang biasa dijual dengan harga Rp25 juta, bisa menjadi Rp8 juta hingga Rp10juta saja.

"Ini membuat peternak sangat terpukul," ungkapnya.

Para peternak memang sempat mengajukan tuntutan kepada pemerintah. Salah satunya dengan adanya kompensasi bagi ternak yang terinfeksi. Kompensasi bisa berbentuk santunan atau ganti rugi, yang disetujui dengan prasyarat tertentu.

"Peternak menunggu itu, sehingga tidak kehilangan peluang untuk dapatkan kompensasi," kata Nanang.

Menurut dokter hewan ini, perjalanannya PMK masih cukup panjang, bisa lebih dari tiga tahun. Itu juga belum tentu rampung. Oleh karena itu, Nanang berharap beberapa hewan ternak yang terpapar PMK dan harus dipotong bersyarat agar ditampung pemerintah.

"Kami minta ke Badan Pangan Nasional bisa memberi penugasan kepada Bulog atau PT Berdikari untuk mau menampung ternak yang terpapar dari peternak, sehingga ini bisa menjadi buffer stock," kata Nanang.

Langkah itu dinilai strategis. Sebab, selama ini Bulog kerap mengimpor kerbau dari India. Jika diganti dengan kerbau atau sapi yang bersyarat potong, menurut Nanang itu akan mengurangi ketergantungan impor. Sejurus itu, peternak pun diuntungkan.

55