Home Gaya Hidup Pelatihan Advokat Peradi, Praktisi Media: Tulisan Harus SEO Friendly

Pelatihan Advokat Peradi, Praktisi Media: Tulisan Harus SEO Friendly

Jakarta, Gatra.com – Suatu tulisan atau berita menarik dan penulisannya sesuai kaidah jurnalistik bisa jadi tidak terdeteksi oleh mesin pencari Google. Pasalnya, selain menarik dan sesuai kaidah, tulisan juga di antaranya harus ramah atau friendly search engine optimization (SEO).

“Google itu punya salah satu syarat agar media atau penulis atau publishing, tulisan kita bisa ditangkap Google. Syarat itu adalah SEO friendly,” kata praktisi media, Fathan Qorib dalam pelatihan bertajuk “Artikel Hukum Populer dan Sosial Media Bagi Advokat” pada akhir pekan ini.

Ia lantas mencontohkan, advokat misalnya akan membuat tulisan opini tentang korupsi. Inti bahasannya mengenai pemberantasan korupsi di Indonesia mengkhawatirkan.

“Untuk membuat itu sebagai SEO friendly, rekan-rekan bisa tentukan apa kalimat atau kata yang menjadi SEO,” ujarnya dalam pelatihan menulis yang dihelat secara daring untuk advokat gelaran DPN Peradi ini.

Untuk menentukan kata atau kalimat sebagai kata kunci, lanjut dia, bisa juga memanfaatkan mesin pengguna soal kata atau kalimat yang banyak dicari orang di mesin pencari Google. “Disediakan Google untuk melihat kata-kata atau apa saja yang banyak dicari masyarakat di mesin pencari,” katanya.

Setelah menentukan kata atau kalimat yang banyak dicari, kata Fathan dalam webinar yang dipandu oleh Ketua Bidang Humas Publikasi DPN Peradi, R. Riri Purbasari Dewi tersebut, kata atau kalimat tersebut harus terdapat pada bagian judul dan paragraf pertama.

Kata atau kalimat kunci tersebut juga harus ada di beberapa paragraf lainnya. Jumlah kata atau kalimat sekitar 1-2% dari total kata dari tulisan. ?Tujuannya, agar mesin pencari dapat mendeteksi kata-kata kunci sehingga menjadi rujukan di mesin pencari.

“Secara otomatis mesin pencari Google akan melihat dan menangkap itu sebagai sebuah kata yang banyak dicari orang. Itu akan menjadi SEO friendly yang akan dilihat orang,” ujarnya.

Panitia pelatihan menulis bagi advokat Peradi. (Ist)

Ia menyampaikan, kata atau kalimat kunci itu harus spesifik atau khusus. Kata pemberantasan tadi sebenarnya masih kurang spesifik. Ia mencontohkan, kalau bahasannya soal BUMN bangkrut atau pailit, maka bisa menggunakan BUMN pailit sebagai kata kunci SEO.

“Itu khusus. Kalau kita sebut dalam judul BUMN pailit, terus dalam artikel di paragraf pertama ada dicantumkan BUMN pailit, terus ada kata-kata pailit jumlahnya 1-2% dari jumlah kata dalam artikel itu bisa masuk dalam SEO friendly,” ujarnya.

Pelatihan secara daring ini dihelat dalam dua sesi. Pada sesi kedua, Ketua Panitia Fernando Yohannes memandu acara dengan menghadirkan jurnalis atau praktisi media Agus Syahbani yang menyajikan cara membuat siaran pers.

Sementara itu, Ketua Harian DPN Peradi, R. Dwiyanto Prihartono, menyampaikan, pihaknya memberikan pelatihan menulis agar para advokat Peradi piawai menulis, termasuk membuat opini di media massa.

“Mampu, capable untuk menjalin hubungan dengan publik itu membutuhkan satu kemampuan untuk menulis secara baik,” katanya.

Menurutnya, advokat juga harus mempunyai kemampuan menulis karena kerap berhubungan dengan media mengenai perkara yang ditangani serta agar bisa memberikan pandangan atau opini mengenai berbagai hal yang dikuasai, khususnya mengenai persoalan hukum kepada masyarakat.

“Ini menjadi sangat penting karena kritik dari orang luar, advokat-advokat zaman sekarang dianggap kurang sensitif dan kurang memberikan dalam masalah hukum negara dan persoalan-persoalan negara. Misalnya soal itu, sehingga kemampuan kita untuk nulis dan kemudian tulisan kita itu dianggap penting dan mau dibaca oleh orang dan dianggap memberikan informasi yang cukup, harus intropeksi diri [soal] kemampuan [menulis],” katanya.

Dwi, demikian advokat senior ini karib disapa, advokat juga harus mengetahui kondisi khalayak atau warganet sehingga bisa menyampaikan informasi secara tepat, menarik, dan informatif.

“Anak muda sekarang yang lahir suah pegang gadget itu menyukai tulisan-tulisan yang pendek, tidak mau membaca yang panjang. Tantangangannya luar biasa, bagaimana kita membuat tulisan komunikatif, informatif, dan edukatif,” katanya.

Ia menjelaskan, Peradi memberikan pelatihan menulis bagi advokat karena advokat harus peka dan bisa merespons berbagai pekembangan yang cepat, khususnya mengenai hukum seiring kian canggihnya teknologi. “Maka kegiatan ini dilaksanakan,” katanya.

130