Home Internasional Mundurnya PM Inggris, Parlemen Rusia: Badut Telah Pergi

Mundurnya PM Inggris, Parlemen Rusia: Badut Telah Pergi

Moskow, Gatra.com - Kremlin mengatakan pihaknya berharap pemimpin Inggris berikutnya akan "lebih profesional," pasca mundurnya Perdana Menteri Boris Johnson sebagai pemimpin Partai Konservatif yang berkuasa di negara itu pada Kamis (7/7).

Politisi itu memang akan tetap sebagai Perdana Menteri dan tetap sebagai "penjaga" sampai pemilihan diadakan akhir tahun ini.

"Kami berharap suatu hari nanti di Inggris Raya akan ada lebih banyak orang profesional yang dapat membuat keputusan melalui dialog," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dikutip Themoscowtimes, Kamis (7/7). 

"Tapi saat ini, ada sedikit harapan untuk itu (mundurnya Johnson)," tambahnya.  

"Dia [Johnson] benar-benar tidak menyukai kita," kata Peskov tentang calon pemimpin Inggris itu. "Dan kita juga tidak menyukainya," tambahnya. 

Pemimpin Inggris telah menjadi salah satu pendukung terkuat Kyiv setelah invasi skala penuh Moskow ke Ukraina pada Februari. Johnson telah mengunjungi ibu kota Ukraina dua kali sejak perang dimulai dan bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky. 

Hubungan antara Moskow dan London juga memburuk ketika pemerintah Inggris memberikan sanksi kepada puluhan orang kaya Rusia yang memiliki hubungan dengan Kremlin menyusul serangan tersebut.

"Badut telah pergi," tulis ketua parlemen Vyacheslav Volodin di Telegram setelah pengunduran diri politisi Inggris itu. 

“Boris Johnson berada di balik penembakan kota-kota kita yang damai: Belgorod, Kursk. Orang-orang Inggris harus tahu itu,” ujarnya.

“Dia adalah salah satu ideolog utama yang percaya bahwa Kyiv harus berperang melawan Rusia hingga Ukraina terakhir. Adalah tepat bagi para pemimpin Eropa untuk memikirkan ke mana arah kebijakan semacam itu,” katanya.

Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev juga mempertimbangkan, menulis di Telegram bahwa "'sahabat' Ukraina akan pergi." 

"Kemenangan" dalam bahaya!" dia menambahkan. Ia mengatakan bahwa pengunduran diri Johnson adalah hasil dari kesombongan Inggris dan kebijakan yang biasa-biasa saja.

103