Home Gaya Hidup Gatal Atas Perubahan Manusia, Kelompok Daun Gatal Gelar Pameran ‘Homo’

Gatal Atas Perubahan Manusia, Kelompok Daun Gatal Gelar Pameran ‘Homo’

Yogyakarta, Gatra.com -  Sejumlah seniman muda yang tergabung dalam kelompok Daun Gatal menggelar pameran Homo : Jagad Owah Gingsir di Bentara Budaya Yogyakarta. Pameran sepanjang 6- 13 Juli 2022 ini menghadirkan 16 karya dan sebuah karya kolektif dari kelompok yang terbentuk empat tahun silam ini.

“Pameran ini event kedua kelompok kami yang akan menampilkan berbagai karya yang telah menjadi bahan perenungan enam anggota kami tentang apa yang kami maknai dari perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat,” tutur ketua Daun Gatal, Muhammad Thoyib, Kamis (7/8).

Ia menjelaskan, Kelompok Daun Gatal didirikan pada 2018 dan berisi seniman-seniman muda di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Selain Thoyib, mereka adalah M. Fadhlil Abdi, Phaksi Kharisma Dewa, Dicki Thenoz, Andi Hanzal, Risao Pambudi, Dicky Takndare, Bayu Adi Wijaya, dan Chrisna Banyu

Nama Daun Gatal diambil dari sebutan untuk daun yang umum digunakan di Indonesia sebagai obat penghilang pegal dan nyeri, Laportea aestuans. “Spirit daun yang disebut sebagai penghilang pegal ini dirasa sangat cocok dengan suasana yang terbangun secara internal di mana tiap kami berkumpul semua kepenatan akan cair dan pulang dengan kesegaran baru,” kata Thoyib.

Dalam pameran ini, para anggota Daun Gatal menawarkan sejumlah gagasan dalam karya, seperti soal perubahan iklim dan alam dalam karya Risao Pambudi, perubahan pola konsumsi manusia Indonesia dan berbagai efeknya seperti tertuang di karya Thoyib sendiri.

Adapun Phaksi Kharisma Dewa lebih berfokus pada sisa atau jejak dari perubahan di sekitarnya dengan menghadirkan sebuah instalasi berbahan dasar sampah plastik dari lingkungan sekitarnya.

Catatan kuratorial dari Depatya Wikantri Assari menyebut pameran ini menampilkan karya-karya yang bersinggungan dengan perubahan yang dialami atau dirasakan oleh masing-masing perupa.

“Beberapa karya akan menampilkan tentang kesendirian dalam membenahi suatu masalah, tentang dialektika dominasi antara laki-laki dan perempuan, antara mayoritas dan minoritas, serta tentang perubahan pola atau inisiatif di mana melakukan hal bodoh adalah jalan menuju pengakuan,” tuturnya.

Menurutnya, pameran ini tidak bermaksud memberi penilaian pada suatu perubahan yang dialami manusia. Perubahan itu berupa bentuk fisik, pola pikir, gaya hidup, kesehatan mental, status sosial hingga aspek-aspek di luar diri manusia yang kadang sulit untuk dimengerti.

“Karya-karya Daun Gatal hanya bermaksud mengajak para penikmatnya agar dapat bersama-sama untuk berkontemplasi tentang bagaimana perjalanan kita sebagai makhluk hidup. Pameran Homo : Jagad Owah Gingsir ini menjadi sebuah tempat untuk mempertanyakan seperti apakah seharusnya menjadi seorang manusia,” katanya.

137