Home Regional Kisah Pejuang 'Wadas Melawan' yang Kini Berbalik Rela Tanahnya Diukur: 'Saya Dibully'

Kisah Pejuang 'Wadas Melawan' yang Kini Berbalik Rela Tanahnya Diukur: 'Saya Dibully'

Purworejo, Gatra.com-Siang itu, puluhan warga penolak quarry Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabuoaten Purworejo, Jawa Tengah, mendatangi kantor desa. Hari itu, Jumat (15/7/2022) adalah hari terakhir Panitia Pengadaan Tanah (P2T) PSN Bendungan Bener melakukan pengukuran tanah terdampak.quarry tahap dua.

Tapi kehadiran beberapa perempuan yang terkenal dengan 'Wadon Wadas' dan para laki-laki penolak quarry itu tidak untuk demo, apalagi menghadang para petugas. Mereka justru ingin bertemu dengan Ketua P2T yang juga Kepala BPN Kabupaten Purworejo, Andri Kristanto dan anggotanya.

Suasana penuh tawa mewarnai pertemuan yang menjadi saksi bahwa sebagian besar warga Wadas tak lagi 'melawan' tanah mereka diambil batu andesitnya. "Karena Bapak dan Ibu sudah rela tanahnya diukur, maka saya berkomitmen untuk langsung mengolah data tersebut, supaya prosesnya sama dengan tahap satu, tiga bulan (hingga pembayaran ganti untung)," kata Andri Kristanto di hadapan para warga.

Usai pertemuan, Ketua Wadon Wadas, Waliyah, mengaku jika dulu dirinya berjuang keras menolak quarry di desanya. "Saya menolak karena takut imbasnya nanti, saya bisa nggak punya apa-apa. Nggak punya rumah, nggak punya tanah. Ternyata sekarang dapat uang banyak, sekarang sudah tahu, apa-apanya (tanah, bangunan, pohon) dibeli mahal sekali," kata Wlaiyah yang didampingi tiga anghota Wafon Wadas lainnya.

Dari perjuangannya beberapa waktu lalu, Waliyah mengaku bisa belajar banyak. Ia dan teman-temannya pun bisa kemana-mana, Jogja, Semarang bahkam ke Jakarta untuk menyuarakan aspirasi mereka.

Perempuan warga Dusun Randuparang RT/RW: 04/04, Desa Wadas itu memilih memperbolehkan tanahnya dijadikan tambang batu andesit PSN Bendungan Bener karena sudah melihat bukti nyata pembayaran ganti untung. Teman-temannya telah memperoleh pembayaran dan bisa membeli tanah serta mobil.

"Yang membujuk terus ya anak saya, nggak ada orang lain yang maksa saya," kata Waliyah.

Ada miskomunikasi yang ia akui saat ia berada di barisan penentang quarry di Desa Wadas. "Teman saya banyak yang nolak. Setahu kami dampaknya nanti kami nggak punya tanah, nggak punya rumah semua digusur. Bahkan mata air di desa kami juga akan hilang. Kalau suasana di desa ini berangsur ya membaik. Tapi di dusun saya, saya nggak berani keluar,, dibully. Semua tetangga (yang masih menolak quarry) marah," kata Waliyah.

Dusun Randuparang temoat perempuan 60 tahum itu tinggal memang menjadi basis warga yang menolak quarry hingga kini. Sementara warga lain sudah mau tanahnya diidentifikasi dan diinventarisasi oleh Panitia Pengadaan Tanah (P2T) PSN Bendungan Bener. Jika tak ada aral melintang, Bulan November mendatang, mereka sudah bisa memperoleh ganti untung.

1521