Home Gaya Hidup Pasca Covid-19, Apakah WFH, WFO, Hibrida atau WFA yang Jadi Preferensi Karyawan?

Pasca Covid-19, Apakah WFH, WFO, Hibrida atau WFA yang Jadi Preferensi Karyawan?

Jakarta, Gatra.com -- Pembatasan kegiatan saat puncak pandemi Covid-19 mengharuskan karyawan bekerja dari rumah atau work form home (WFH). Setelah itu, karyawan menyadari bahwa pekerjaan dapat dilakukan dari jarak jauh atau tidak dari kantor.

 

Kesadaran itu terbentuk dengan keharusan para karyawan menyelesaikan tugas sebelum tenggat waktu dan dituntut produktif dari rumah.

 

Tren bekerja jauh dari kantor tumbuh, dari rumah ke tempat lain bahkan kota atau daerah lain, yang biasa disebut work from anywhere (WFA). Tren terbaru yang semakin populer saat ini adalah hybrid working, dimana karyawan dapat bekerja baik dari kantor maupun di luar kantor secara bersamaan tergantung kebutuhan.

 

Survei Jakpat kepada 1.436 responden terkait tempat bekerja mereka menunjukkan bahwa selama tiga bulan terakhir sudah banyak dari responden yang bekerja di kantor. Survei itu menunjukkan sebanyak 63% responden selama tiga bulan belakangan telah kembali bekerja dari kantor atau work from office (WFO).

 

Pada posisi ke-dua 30% dari responden selama tiga bulan terakhir bekerja dari rumah atau yang disebut juga sebagai work from home (WFH). Selanjutnya, 23% responden survei bekerja hibrida atau hybrid work, dan 16% responden bekerja dari mana saja atau work from anywhere (WFA).

 

Survei tersebut juga menghasilkan temuan tempat bekerja responden selama tiga bulan terakhir dibedakan dari jenis pekerjaan; penuh waktu (fulltime) dan juga pekerja lepas (freelance).

 

Sebanyak 79% pekerja paruh waktu telah kembali bekerja di kantor, 24% bekerja dari rumah, 23% bekerja secara hibrida, dan 12% bekerja dari mana saja. Hal itu menunjukkan bahwa tren bekerja dari kantor masih sangat dominan pada tipe karyawan fulltime.

 

Berbeda dengan freelance, mayoritas pekerja lepas atau sebanyak 52% mengaku mereka bekerja dari rumah. Hal itu wajar karena pekerja lepas biasanya tidak harus melakukan pekerjaannya dari kantor.

 

Namun demikian, 30% dari pekerja lepas mengaku belakangan ini bekerja dari kantor. Di lain sisi, 28% freelancer mengaku bekerja dari mana saja dan sisanya 25% mengaku bekerja secara hibrida.

 

Hasil ketiga dari survei menunjukkan hasil tempat bekerja karyawan yang dibedakan dari jenis atau tipe perusahaannya; perusahaan swasta nasional, perusahaan swasta lokal, perusahaan rintisan (startup), perusahaan multinasional, pemerintahan, dan perusahaan milik negara.

 

Tren di BUMN, Pemerintahan dan Swasta

 

Mayoritas dari karyawan yang bekerja di perusahaan milik negara atau sebanyak 76% mengaku bahwa dalam masa tiga bulan terakhir mereka telah bekerja dari kantor. Selebihnya, sebanyak 36% pegawai yang bekerja di perusahaan milik negara mengaku bekerja dari rumah, 32% bekerja secara hibrid, dan 28% bekerja dari mana saja.

 

Temuan survei dari pegawai di kantor pemerintahan juga hampir sama seperti pegawai di perusahaan milik negara. Sebanyak 71% pegawai di kantor pemerintahan mengaku bahwa mereka bekerja dari kantor. Selebihnya, 33% mengaku bekerja dari rumah, 31% bekerja secara hibrida, dan 21% lainnya mengaku bekerja dari mana saja.

 

Di lain sisi, mayoritas karyawan atau sebanyak 75% karyawan perusahaan swasta nasional mengaku bahwa akhir-akhir ini mereka bekerja dari kantor. Selebihnya, 24% dari mereka bekerja dari rumah, 21% bekerja secara hibrida, dan 13% bekerja dari mana saja.

 

Hasil survei dari tiga jenis perusahaan di atas menunjukkan bahwa mayoritas karyawannya telah bekerja dari kantor. Hal itu memang wajar terutama untuk pegawai yang bekerja di pemerintahan terutama bagi mereka yang terkait dengan pelayanan publik yang kemungkinan tidak bisa dilakukan dari rumah.

 

Tren Karyawan Startup dan Mutlinasional

 

Di lain sisi, tren perusahaan rintisan (startup) dan perusahaan multinasional menunjukkan hal yang sedikit berbeda. Meski mayoritas atau sebanyak 49% karyawan perusahaan rintisan telah kembali bekerja di kantor, 42% dan 34% dari karyawannya mengaku bekerja dari rumah dan hibrid secara berturut-turut.

 

Hal tersebut menunjukkan bahwa tren angka karyawan yang bekerja dari rumah dan hibrid tidak berbanding jauh dari karyawan yang bekerja dari kantor. Sebanyak 25% dari karyawan startup juga mengaku bekerja dari mana saja belakangan ini.

 

Di perusahaan multinasional, 53% karyawannya telah kembali bekerja di kantor beberapa bulan terakhir ini. Selebihnya, 40% karyawanya mengaku bekerja dari rumah, 37% bekerja secara hibrida, dan 22% bekerja dari mana saja.

 

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat jumlah signifikan terkait karyawan di perusahaan rintisan dan perusahaan multinasional yang bekerja dari rumah. Bekerja secara hibrid juga mulai populer di kalangan karyawan startup dan perusahaan multinasional.

 

Preferensi Karyawan Terkait Tempat Kerja

 

Hasil survei yang tidak kalah menarik adalah terkait preferensi para pegawai atau keryawan terkait tempat bekerja mereka.

 

Walaupun bekerja secara hibrid, kombinasi bekerja dari rumah dan kantor, digadang-gadang akan menjadi tren bekerja ke depannya, ternyata hanya 21% dari responden yang memiliki preferensi bekerja secara hibrid.

 

Mayoritas dari responden atau sebanyak 44% jika diminta untuk memilih tempat yang cocok untuk melakukan pekerjaan pasca Covid-19, mereka lebih memilih bekerja dari kantor.

 

Sementara, 19% dari responden memiliki preferensi bekerja dari mana saja dan sisanya sebanyak 15% memilih bekerja dari rumah.

 

Temuan itu bisa jadi mengisyaratkan bahwa banyak dari karyawan yang sudah “cukup puas” bekerja dari rumah. Kebanyakan dari mereka ingin bekerja lagi dari kantor pasca pandemi Covid-19. Hasil survei itu dipublikasikan di laman Jakpat pada 20 Juli lalu.

 

 

965