Home Pendidikan IMA-IFAC Luncurkan Studi Diversitas, Ekuitas, dan Inklusivitas Asia Pasifik

IMA-IFAC Luncurkan Studi Diversitas, Ekuitas, dan Inklusivitas Asia Pasifik

Jakarta, Gatra.com – Institute of Management Accountants (IMA®) dan International Federation of Accountants (IFAC) baru-baru ini merilis laporan bertajuk “Diversifying Asia-Pacific Accounting Talent: A Critical Imperative to Achieve Transformational Outcomes.”. Laporan kolaboratif tersebut memfokuskan pada isu-isu dan solusi tentang topik diversitas, ekuitas dan inklusivitas (DE&I) di wilayah Asia Pasifik.

Laporan ini mencakup berbagai temuan dari hasil survei yang dilakukan secara daring pada akhir 2021 terhadap lebih dari 1.100 akuntan profesional, baik aktif dan tidak aktif, di kawasan Asia-Pasifik. Laporan ini juga mencakup temuan dari hasil wawancara dari 32 praktisi akuntansi dan akademisi yang beragam dalam tingkat pengalaman, asal negara, jenis kelamin, etnis, dan usia. Survei tersebut mengidentifikasi bahwa 95% responden terdaftar sebagai anggota profesi akuntan di Indonesia, Filipina, Singapura, Vietnam, Australia, dan Jepang.

Penelitian DE&I regional tersebut fokus pada dua bidang demografis utama: gender dan etnisitas. Dalam laporan tersebut, terdapat 47% responden perempuan dan untuk data kelompok minoritas diambil dari Indonesia, Filipina, Singapura, dan Australia, di mana 44% responden mengaku sebagai anggota kelompok minoritas.

Studi menemukan bahwa ketidaksetaraan dan perilaku eksklusif dalam profesi adalah alasan utama kurangnya keterwakilan dari keragaman talenta di tingkat senior. Data tersebut juga mengungkapkan disparitas di seluruh negara di kawasan Asia-Pasifik. Misalnya, Filipina memiliki persentase tertinggi dari responden yang memandang profesi ini setara (91%) dan inklusif (90%). Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia berada di peringkat kedua dengan 82% dan 81%, diikuti oleh Singapura (78% dan 80%) dan Vietnam (73% dan 77%).

Senior Director, IMA Southeast Asia & Australasia, Josh Heniro menyatakan, pengaruh sosial-budaya memiliki dampak signifikan pada profesi akuntan di kawasan Asia-Pasifik yang juga memengaruhi tempat kerja. “Karena beberapa negara dalam sampel kami didominasi oleh satu ras saja (seperti Jepang), sementara data tentang kelompok minoritas utamanya datang dari Australia, Indonesia, Filipina, dan Singapura,” kata Josh.

Menurutnya, jawaban responden mengungkap bahwa masih terdapat ketidaksetaraan dan kondisi tempat kerja yang eksklusif sehingga berkontribusi menghambat karir mereka. “Karena itu, penting bagi pelaku bisnis dan asosiasi profesi untuk menerapkan upaya terfokus guna menutup kesenjangan keragaman agar dapat menarik dan mempertahankan bakat-bakat terbaik. Penelitian kami mengungkapkan bahwa upaya ini adalah bagian integral dari profesi kami untuk dapat bertahan, berubah, dan berkembang,” ucap Josh.

Salah satu fokus dalam laporan adalah analisis mendalam dari enam negara di kawasan Asia-Pasifik yaitu, Indonesia, Filipina, Singapura, Vietnam, Australia, dan Jepang. Analisis tersebut menawarkan pandangan umum tentang DE&I berdasarkan beberapa sumber seperti literatur terkait; berbagai inisiatif DE&I yang aktif; analisis hasil survei; dan dari hasil wawancara langsung dengan beberapa akuntan profesional yang masih aktif dan yang sudah tidak aktif.

Para narasumber juga menyatakan, meski ada inisiatif yang mencoba untuk menarik, mempertahankan, dan mempromosikan generasi kepemimpinan profesional berikutnya, upaya tersebut belum membawa hasil yang memadai. Salah satunya dikarenakan keengganan dari manajemen perusahaan untuk menutup kesenjangan keragaman di tingkat senior.

Namun di sisi lain, berbagai organisasi dan profesi kini bertransformasi untuk memenuhi tuntutan lingkungan, sosial, dan bisnis. Perlu upaya yang luas dan terarah untuk mencapai hasil transformasional yang dibutuhkan. Laporan tersebut menghasilkan beberapa saran untuk dapat mengimplementasikan DE&I di bagian kedua dalam empat kategori utama: kesadaran, daya tarik, promosi, dan akuntabilitas.

“Masih kurangnya keragaman talenta pada posisi kepemimpinan bukan karena kurangnya kemampuan, namun karena masih adanya eksklusivitas di organisasi golongan tertentu yang mengakar,” kata CFO IFAC Russell Guthrie.

"Kini keputusan berada di tangan para akuntan profesional apakah mereka ingin mengimplementasikan solusi yang disarankan dalam laporan ini untuk memperbaiki kesenjangan DE&I yang ada dan dapat memastikan keberlangsungan profesi kami dan keberhasilannya,” imbuh Russel.

93