Home BUMN Targetkan Tekan 30% Emisi di 2030, Pertamina Pimpin Transisi Energi Berkeadilan

Targetkan Tekan 30% Emisi di 2030, Pertamina Pimpin Transisi Energi Berkeadilan

Jakarta, Gatra.com - Pertamina menargetkan penurunan emisi karbon sebesar 30 persen pada 2030 melalui peningkatan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan serta menjalankan transisi energi yang berkeadilan.

“Target tersebut lebih tinggi dari pada target nasional yang sebesar 29%,” kata Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati. “Kami juga siap berkolaborasi untuk mencapai target net zero emission di 2060,” ujar Nicke.

Transisi energi menjadi sorotan utama publik global seiring dengan semakin nyatanya ancaman perubahan iklim. Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato kunci pada S20 High Level Policy Webinar on Just Energy Transition, memandang bahwa ada tiga tantangan besar dalam transisi energi yang perlu mendapatkan perhatian semua pihak, yaitu akses terhadap energi bersih, pendanaan, serta dukungan riset dan teknologi.

"Kita harus mendorong energi bersih untuk semua, terutama energi untuk elektrifikasi dan clean cooking, leaving no one behind," imbuhnya.

Merespon tantangan tersebut, Pertamina mendorong berbagai upaya transisi energi yang adil, berkelanjutan, terjangkau sekaligus meningkatkan ketahanan energi. Perseroan mengalokasikan capex sebesar 14 persen dari total dana investasi untuk transisi energi di Indonesia. Angka itu jauh lebih tinggi dari rata-rata investasi perusahaan energi dunia yang sebesar 4.3%.

Tiga pilar inisiatif strategis Pertamina mendorong pertumbuhan energi baru terbarukan mencakup yang pertama, Low Carbon Solutions yaitu pengurangan emisi dan dekarbonisasi. Kedua, Future Business yaitu pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik dan implementasi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCUS).

Ketiga, New & Renewable Energy yang mencakup pengembangan green hydrogen, panel surya, amonia dan hidro, grey hydrogen, bio energy, bio blending, biomass, biogas dan biomethane. Dari berbagai inisiatif tersebut, perseroan menargetkan peningkatan total kapasitas EBT menjadi 10,2 Gigawatt pada tahun 2026.

Pelibatan Masyarakat Desa

Untuk mempercepat transisi energi hijau, Pertamina menerapkan program berbasis Community Involvement Development (CID) pada desa di sekitar fasilitas operasional Pertamina.

Salah satu yang menjadi prioritas adalah Program Desa Energi Berdikari dimana Pertamina memberikan akses energi kepada masyarakat dengan menggunakan potensi sumber energi hijau di desa tersebut. Seperti di Desa Ujung Alang, Cilacap yang sejak lama telah terisolasi tanpa listrik dan membuat desa ini tertinggal dibanding desa lainnya. Sekitar 80 persen penduduknya bekerja sebagai nelayan musiman dan buruh tambak.

Pada tahun 2017, Pertamina mengembangkan teknologi Hybrid Energy Pole (HEOP) dan membangun 15 kincir angin dan 24 solar panel di desa ini. Sehingga dari sumber energi terbarukan tersebut menghasilkan 16.200 watt peak listrik yang disimpan dalam storage dan disalurkan ke 78 rumah tangga, sekolah, mesjid dan dua rumah produksi di desa itu. Teknologi HEOP juga berhasil mengurangi emisi hingga 126,4 ton CO2 eq/tahun.

Sepanjang 2021, 19 program Desa Energi Berdikari Pertamina telah berhasil mengurangi emisi lebih dari 261 ribu ton CO2 per tahun, memberikan manfaat akses energi kepada lebih dari 1.900 kepala keluarga serta memberikan peningkatan ekonomi mencapai Rp1,9 Miliar. Di 2022 ini,

Pertamina melanjutkan program Desa Energi Berdikari hingga 40 titik yang terdiri 28 program pemanfaatan energi surya, 2 program energi microhydro, 6 program energi biogas 6 dan 4 program energi dari pengolahan sampah.

Pengakuan internasional

Beberapa penghargaan telah diraih oleh Pertamina termasuk dari JP Morgan yang memasukkan Pertamina dalam JESG EMBI (JP Morgan ESG Emerging Market Bond Instrument) Index dengan skor 44.2 pada bulan Juni 2022. Angka itu lebih tinggi dari batas yang ditetapkan index tersebut yaitu 20.

Semakin tinggi angka index menunjukkan keberhasilan menjalankan usaha yang lebih baik terutama dalam aspek lingkungan, keberlanjutan dan tata kelola perusahaan.

Pengakuan itu membantu Pertamina mendapatkan akses pendanaan yang lebih luas di pasar obligasi dengan bunga yang lebih kompetitif.

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR